TEMPO.CO, Depok - Andre Widianto, mahasiswa jurusan teknik mesin Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, deg-degan. Pria berusia 20 tahun itu, menunggu waktu perlombaan mewakili Indonesia pada ajang bergengsi Shell Eco-marathon Drivers World Championship (DWC) yang akan diselenggarakan di Shell Eco-marathon (SEM) Eropa 2016 di London, Inggris pada 30 Juni–3 Juli 2016.
Andre dipilih menjadi pengemudi mobil Kalabia Evo 5. Mobil tersebut adalah kendaraan super irit yang meraih juara pertama kategori mobil urban concept gasoline di SEM Asia 2016. Ajang Shell Eco-marathon DWC ini dikhususkan untuk mobil UrbanConcept yang digerakkan oleh mesin pembakaran dalam (Internal Combustion Engine).
Rasa khawatir masih meliputi dirinya, lantaran tim terbaik dari seluruh dunia bakal ikut dalam ajang balap untuk menemukan mobil paling cepat dan paling hemat di dunia. Andre tergabung dalam Tim Sadewa Universitas Indonesia.
Tim Sadewa menjadi satu dari tiga tim mahasiswa Indonesia yang lolos seleksi awal untuk mengikuti tersebut. Prestasi ini diraih Tim Sadewa UI setelah pada ajang Shell Eco-marathon Asia Maret 2016 lalu, mobil karya mereka yaitu Kalabia Evo 5 berhasil meraih gelar juara pertama untuk kategori UrbanConcept berbahan bakar gasoline (bensin) dengan catatan jarak tempuh 275 km/liter bensin.
"Rasa deg-degan ada. Apalagi, ini baru pertama kali," kata mahasiswa FTUI, angkatan 2013 itu, Kamis 19 Mei 2016.
Sisa waktu sebelum pertandingan, ia terus berlatih. Akhir pekannya selalu dihabiskan di Perpustakaan lama UI, untuk mengendarai Kalabia Evo 5. Paling minim, ia harus memutar 15 putaran dengan panjang satu putaran 500 meter.
Soalnya, panjang lintasan yang bakal ditempuh pada ajang lomba di London, itu, sekitar 17,6 kilometer. Mobil tersebut berhasil mencatat rekor jarak 275 km/liter. Tapi, kata dia, Karbala lima pernah pendapatkan rekor sampai 422 km/liter.
Ia menuturkan dalam lomba SEM DWC, berbeda dengan lomba yang SEM Asia Maret 2016 lalu. Soalnya, SEM DWC yang dinilai kecepatan dan kehematan kendaraan. Sedangkan, yang SEM Asia kemarin, hanya kendaraan yang paling hemat. "Ini yang membuat deg-degan. Mobil dituntut untuk cepat dan irit," ujarnya.
Ia mengaku selalu berlatih setiap hari. Bahkan, Andre selalu memperhatikan cara membawa motor yang dia gunakan setiap hari untuk kuliah ke kampus UI. Soalnya, cara mengemudikan bisa berpengaruh dengan bahan bakar yang dikeluarkan.
Sehingga, Andre setiap hari terus bereksperimen cara mengemudikan motor agar lebih irit saat dikemudikan. Musababnya, mesin yang digunakan Kalabia Evo 5 adalah modifikasi mesin motor.
Ia menuturkan beberapa kendala juga masih menjadi persoalan Tim Sadewa Universitas Indonesia, untuk mempersiapkan lomba di London itu. Salah satunya mesin yang mati saat dikemudikan.
Meski begitu, kendala utama dan yang menjadi pekerjan rumah Tim Padawa adalah penyesuaian sistem pengereman. Ia mengatakan sistem pengereman mesti dioptimalkan karena perubahan rules untuk kompetisi DWC London 2016 yang mengharuskan dapat melakukan pengereman pada kecepatan 50km/h pada jarak 20 meter
Karena lomba tersebut merupakan pengalaman pertama, Tim Sadawa tidak bakal menganggap remeh lawan-lawan mereka dari seluruh dunia. Terutama tim asal Prancis yang dinilai bakal menjadi rival paling berat. "Peroleh Prancis untuk kendaraan urban konsep selalu tinggi."
IMAM HAMDI