TEMPO.CO, Jakarta - Tubuh manusia saat ini masih mengandung material genetik kerabat purba terdekat, Neanderthal, yang punah sekitar 40 ribu tahun lalu. Namun jejak genetik itu menyusut drastis akibat seleksi alam setelah perkawinan campur antara manusia modern dan Neanderthal. Saat ini hanya 1-4 persen asam deoksiribonukleat (DNA) Neanderthal yang tertinggal di genom manusia modern.
Hasil studi tim peneliti dari University of California Davis, Amerika Serikat, menunjukkan seleksi alam menghapus sebagian besar varian gen Neanderthal yang lemah dan berbahaya dari genom manusia. Laporan riset yang dimuat dalam jurnal PLOS Genetics, Rabu lalu, menyebutkan varian gen itu hanya bisa bertahan pada kelompok Neanderthal karena populasi mereka kecil.
Kondisi tersebut berbeda ketika varian gen Neanderthal berpindah ke genom manusia modern. Seleksi alam terjadi lebih ketat pada manusia karena populasinya yang besar. Agar bisa bertahan hidup, manusia menjalani proses seleksi yang panjang hingga akhirnya membuat varian gen Neanderthal itu lenyap.
Menurut kepala tim peneliti, Ivan Juric, seleksi alam tak terlalu efektif pada populasi Neanderthal yang kecil. Variasi gen itu kemudian masuk ke tubuh manusia lewat perkawinan campur.
Setelah berada di dalam populasi manusia yang lebih besar, menurut Juric, varian gen Neanderthal perlahan hilang akibat seleksi alam. “Seandainya jumlah Neanderthal lebih banyak ketika mereka bertemu dengan manusia modern, kita mungkin memiliki campuran gen yang berbeda,” ujarnya.
Neanderthal berevolusi dari kerabatnya di Afrika sekitar setengah juta tahun silam. Mereka bermigrasi keluar dari benua itu dan menetap di kawasan Eropa hingga Eurasia. Sejumlah temuan arkeologi menunjukkan Neanderthal sudah memiliki kebudayaan.
Perkawinan campur dengan Neanderthal diperkirakan terjadi 50-80 ribu tahun lalu, setelah manusia bermigrasi keluar dari Afrika. Mereka bertemu di kawasan Eropa ketika bumi tengah berada pada zaman es. Kawasan itu menjadi tempat percampuran (melting pot) karena alam yang dingin membatasi pergerakan migrasi.
Keturunan pertama perkawinan beda jenis ini menjadi makhluk hybrid. Mereka memiliki separuh gen yang diwariskan dari manusia dan Neanderthal. Kondisi ini membuat para hybrid bisa melanjutkan perkawinan dengan manusia modern lainnya dan mewariskan gen Neanderthal pada keturunannya.
Populasi Eropa dan Asia serta masyarakat non-Afrika saat ini adalah keturunan para hybrid tersebut. Keturunan mereka mendapat keuntungan dari gen Neanderthal, seperti peningkatan sistem imunitas manusia modern Eropa ketika mengalami radang.
Meski bisa membuat kuat, varian gen Neanderthal dapat membawa dampak buruk seandainya saat ini tetap ada di dalam genom manusia. “Manusia mungkin kesulitan punya anak dan mempertahankan kelangsungan hidup generasi selanjutnya,” kata Juric.
Spesies manusia terus bermigrasi ke berbagai penjuru dunia. Sementara itu, Neanderthal yang mendiami Eropa dan Asia ternyata tak bisa bertahan hidup seperti manusia. Yang tersisa dari Neanderthal hanyalah jejak material genetik yang dibawa manusia modern dan diwariskan kepada para keturunannya.
Hasil studi John Stewart dari Bournemouth University dan Chris Stringer dari Museum Sejarah Alam, AS, pada 2012 menggambarkan bagaimana manusia bertahan melewati seleksi alam dan kerasnya zaman es serta bermigrasi ke seluruh dunia. Mereka mengambil alih wilayah yang ditempati kerabat tuanya, Neanderthal dan Denisovan, di kawasan Eurasia.
EUREKALERT | NATURE | LIVESCIENCE | PHYS.ORG | GABRIEL YOGA