Belum diketahui penyebab semburan dan ledakan pada Telkom 1 yang dikendalikan dari stasiun pengendali utama di Cibinong, Jawa Barat. Menurut Djamaluddin, wahana luar angkasa yang sudah tua memang berpotensi mengalami masalah pada sistem kendali atau bahan bakar. "Yang biasa meledak itu roket kecil pada satelit," ujarnya.
Kondisi itu tampaknya mempengaruhi satelit dan menyebabkan komunikasi ke bumi lenyap. Stasiun di bumi pun tidak bisa mengendalikannya. Karena itu, kata Djamaluddin, Telkom mematikan sistem satelit Telkom 1. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi gangguan pada orbit, memperkecil risiko tabrakan, dan menghindari gangguan frekuensi. "Satelit Telkom 1 sudah menjadi sampah antariksa," kata dia.
Menurut Djamaluddin, Lapan sudah menerima surat dari Telkom. Sesuai dengan prosedur tentang obyek antariksa, Lapan akan melaporkan kejadian itu ke Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Ketua Kelompok Keilmuan Teknik Telekomunikasi dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Adit Kurniawan, menduga Telkom 1 rusak karena tidak bisa dikendalikan lagi. Satelit itu melayang keluar dari jalur orbitnya dan bertabrakan dengan obyek lain di angkasa. "Bisa saja berupa sampah," katanya, Jumat pekan lalu.
Menurut Adit, satelit biasanya dirancang untuk beroperasi selama 15 tahun. Jika kondisinya dinilai masih layak, masa operasionalnya bisa diperpanjang sekitar dua tahun. Satelit yang telah melewati usia operasional maksimal rentan mengalami masalah.
Kerusakan pada satelit biasanya terjadi pada transponder yang berfungsi menerima, memperkuat, dan mengirimkan kembali sinyal lewat frekuensi tertentu. Namun masalah itu bisa segera diatasi dengan cara mengalihkan traffic layanan ke transponder lain atau cadangannya. Bisa juga dialihkan ke satelit lain.
Satelit yang dibuat pada era 1990-an memiliki sekitar 24 transponder. Generasi terbaru memiliki transponder lebih banyak. Telkom 1 memiliki 36 transponder. "Restorasi antar-transponder ada prosedurnya, begitu juga restorasi antar-satelit jika ada kegagalan," kata Adit, yang pernah bertugas di stasiun pengendali satelit INTELSAT Operation Centre, Washington, DC, pada 1989-1992.
Potensi gangguan lain adalah pergeseran posisi (pointing) antena maupun badan satelit. Menurut Adit, keduanya bisa melenceng karena pengaruh gravitasi, termasuk bulan. Akibatnya, layanan komunikasi dengan stasiun bumi terganggu. Namun hal itu bisa diatasi oleh stasiun pengendali dengan melakukan manuver untuk mengembalikan posisinya.
Adit menilai kerusakan Telkom 1 lebih fatal dari sekadar kegagalan transponder. Kehabisan sumber daya untuk bermanuver menyebabkan satelit tak bisa dikendalikan. Akibatnya, pemilik harus mengalihkan fungsi Telkom 1 ke satelit lain.
Selanjutnya: Apa yang akan dilakukan Telkom?