Sebagian besar zat ini memang akan dikeluarkan melalui kencing sehingga kadar DEHP pada urine bisa dideteksi. "DEHP atau phthalate juga berpotensi merusak liver, sehingga sistem pencernaan akan terganggu," kata Ari. Pada penelitian terhadap binatang, paparan phthalate pada liver menyebabkan berkembangnya kanker liver.
Bahaya phthalate atau DEHP tak hanya itu. Zat ini bisa masuk ke sistem reproduksi manusia sehingga menyebabkan kemandulan, terutama pada pria. Penelitian tentang ini pernah dilakukan di Jepang dengan menggunakan tikus sebagai binatang percobaan.
Studi tersebut menggunakan Benzyl Butyl Phthalate dan mendapatkan hasil bahwa pada dosis tertentu, zat ini merusak sistem reproduksi tikus jantan. Sebab, phthalate akan dikenali secara salah oleh tubuh sebagai "hormon" sehingga merusak sistem reproduksi pria.
Plankton Sagitta setosa, yang berguna bagi ekosistem laut, memakan serat mikroplastik. (Orb Media)
Selama ini, negara di seluruh penjuru dunia menghasilkan 300 juta ton plastik setiap tahunnya. Itu setara dengan berat 46 Piramida Gizza. Lebih dari 40 persen plastik tersebut hanya digunakan sekali, kadang kurang dari satu menit, lalu dibuang.
Pemakaian yang singkat itu tidak sebanding dengan keberadaannya di lingkungan yang bisa bertahan selama berabad-abad. Sebuah studi memperkirakan lebih dari 8,3 miliar ton plastik telah dihasilkan sejak dekade 1950. Lambatnya proses pengolahan air limbah memungkinkan lebih banyak serat plastik terproduksi. Pengujian lain dibutuhkan untuk melihat hal tersebut.
Plastik tersebut tidak bisa hancur. Tapi menjadi potongan-potongan mikroskopis yang dimakan ikan dan satwa laut lainnya dan dapat ditemukan di pasar-pasar ikan di Asia Tenggara, Afrika Timur, dan California. Ini mengilhami Orb Media untuk melihat keberadaan mikroplastik dalam saluran air ledeng dan sumur.
Selanjutnya: Metode analisis