Di Indonesia, sampel diambil dari lima kawasan Jakarta; Bogor; Depok; Tangerang Selatan; dan Bekasi. Jumlahnya cukup mencengangkan. Dari 21 sampel (per sampel rata-rata 500 mililiter) yang diambil, 76 persen di antaranya terkontaminasi mikroplastik. Artinya, ada 1,9 mikroplastik pada tiap 500 mililiter air keran. Sebagian besar responden yang diambil air kerannya sebagai sampel menyatakan air tersebut untuk minum, mandi, mencuci pakaian, serta memandikan hewan peliharaan.
Pemilik rumah di Peninggilan Utara, Yanuar Hartanto, terkejut atas hasil penelitian itu. Sebab, air di rumahnya tak berwarna, berasa, dan berbau. Sampel diambil pada pertengahan Januari lalu. "Kaget juga saat tahu hasilnya karena airnya terlihat biasa saja," kata dia.
Yanuar, merupakan salah satu responden yang air rumahnya diambil sebagai sampel. Dia mengatakan, empat penghuni rumahnya menggunakan air yang berasal dari galian sumur itu untuk semua keperluan. Dari mandi, mencuci, masak, sampai minum. Meski begitu, ia mengatakan hasil penelitian itu tak akan membuatnya mengubah penggunaan air di rumahnya itu. "Normal saja, tetap buat minum juga," ujar Yanuar.
Mikroplastik dari sampel air di Jakarta. (Orb Media)
Rumah Martini di Jalan Haji Najihun, Gandaria Utara, Jakarta Selatan, pun berada di lingkungan yang relatif terawat. Sampel air diambil dari rumahnya pada pertengahan Januari lalu. Air di rumahnya tak berbau, tapi kadang-kadang putih keruh seperti berkapur. Meski begitu, Martini masih menggunakan air itu untuk memasak. "Khusus air minum, sejak awal memang saya beli," kata dia.
Selama ini, negara di seluruh penjuru dunia menghasilkan 300 juta ton plastik setiap tahunnya. Itu setara dengan berat 46 Piramida Gizza. Lebih dari 40 persen plastik tersebut hanya digunakan sekali, kadang kurang dari satu menit, lalu dibuang.
Pemakaian yang singkat itu tidak sebanding dengan keberadaannya di lingkungan yang bisa bertahan selama berabad-abad. Sebuah studi memperkirakan lebih dari 8,3 miliar ton plastik telah dihasilkan sejak dekade 1950. Lambatnya proses pengolahan air limbah memungkinkan lebih banyak serat plastik terproduksi. Pengujian lain dibutuhkan untuk melihat hal tersebut.
Adapun di daratan Jakarta, Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Isnawa Adji mengatakan sampah plastik mencapai 15 persen dari total 6.500-7.000 ton sampah yang dihasilkan tiap hari. Menurut dia, solusinya adalah mengganti bahan baku plastik dari bahan yang mudah terurai. “Masalahnya, produsennya belum banyak,” kata dia.
Plastik tersebut tidak bisa hancur. Tapi menjadi potongan-potongan mikroskopis yang dimakan ikan dan satwa laut lainnya dan dapat ditemukan di pasar-pasar ikan di Asia Tenggara, Afrika Timur, dan California. Ini mengilhami Orb Media untuk melihat keberadaan mikroplastik dalam saluran air ledeng dan sumur.
Selanjutnya: Metode analisis