Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Lubang Hitam Raksasa, Lebih Terang dari Matahari

image-gnews
Gambar lubang hitam baru di Galaksi Bima Sakti yang ditemukan NASA. nasa.gov
Gambar lubang hitam baru di Galaksi Bima Sakti yang ditemukan NASA. nasa.gov
Iklan

TEMPO.CO, Peking - Lubang hitam raksasa yang ditemukan oleh kelompok ilmuwan gabungan dari kelompok ilmuwan gabungan dari University of Arizona, Amerika Serikat, dan Peking University, Cina, ternyata lebih terang dan lebih besar dari matahari, bintang terbesar dalam tata surya kita. Lubang hitam berlabel SDSS J0100 + 2802 ini memiliki 12 juta kali massa matahari dan 420 triliun kali lebih terang.

Sebagai perbandingan, lubang hitam yang berjarak 12,8 miliar tahun cahaya dari bumi ini jauh lebih terang daripada kuasar yang ada di Galaksi Bima Sakti, yang memiliki massa 4 juta kali matahari.

"Lubang hitam yang memasok energi kuasar ini juga 3.000 kali lipat lebih berat,” ujar Xiaohui Fan, profesor astronomi dari Arizona Steward Obersvatory, seperti dikutip dari Sciencedaily.

Fan menganggap penemuan lubang misterius yang konon dapat menyedot banyak benda di ruang angkasa ini dapat menjawab teka-teki tentang teori evolusi lubang hitam dan kuasar (bintang mati) di alam semesta awal setelah Big Bang pada 13,7 miliar tahun lalu. Juga, ujar dia, menimbulkan pertanyaan "bagaimana sesuatu yang begitu besar dan terang terbentuk sedemikian awal, hanya 900 juta tahun setelah Big Bang?"

Uniknya, lubang hitam raksasa ini ditemukan menggunakan teleskop Lijian 2,4 meter, yang terbilang cukup kecil untuk menemukan lubang hitam. Adalah Feige Wang, mahasiswa doktoral dari Peking University, penemu lubang misterius raksasa yang konon dapat menyedot segala benda di ruang angkasa itu.

Penemuan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan penggunaan dua teleskop yang lebih canggih di Arizona selatan, untuk menentukan jarak dan massa lubang hitam. Yakni teleskop binokular besar 8,4 meter di Gunung Graham dan teleskop cermin ganda 6,5 meter di Gunung Hopkins. Teleskop Magellan 6,5 meter di Las Campanas Observatory, Cile, dan teleskop Gemini 8,2 meter di Mauna Kea, Hawaii, juga dikerahkan untuk memperkuat bukti temuan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kuasar dari lubang hitam ini diperkirakan berasal dari masa berdekatan dengan Zaman Reionization, yaitu awal terbentuknya cahaya dan galaksi, yang mengakhiri kegelapan kosmik dan mengubah alam semesta menjadi seperti yang kita lihat sekarang. Temuan Fan dan rekan-rekan penelitiannya diterbitkan dalam jurnal Nature edisi 26 Februari 2015.

Xue-Bing Wu, profesor di Departemen Astronomi Peking University, menyebut kuasar tersebut sangat unik. Sama seperti mercusuar, dia menjelaskan, kuasar bersinar terang di alam semesta yang jauh. “Menyinari masa depan alam semesta,” ujar Wu, yang tak tergabung dalam penelitian.

Bagi Christian Veillet, Direktur Large Binocular Telescope Observatory, penemuan Fan ini menunjukkan kekuatan kolaborasi penelitian gabungan dan manfaatnya bagi ilmu pengetahuan global. “Peneliti dapat efektif menggunakan data pengamatan dan akhirnya menciptakan ilmu yang menarik.”

Ke depannya, tim peneliti akan mencari tahu proses pembentukan lubang hitam raksasa ini. Sejumlah pakar, kata Fan, akan diajak bergabung untuk menguak misteri jagat raya yang lebih dalam. Dia juga akan menggunakan Hubble Space Telescope dan Chandra X-Ray Telescope.

SCIENCEDAILY | NATURE | AMRI MAHBUB

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

48 hari lalu

Bangunan kubah ikonik di komplek Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 16 Januari 2023. Tempat peneropongan bintang Observatorium Bosscha telah genap berusia 100 tahun pada tahun 2023 ini. TEMPO/Prima Mulia
Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.


Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

27 November 2023

Harijono Djojodihardjo menerima anugerah Nurtanio Award 2023 atas andilnya dalam memajukan iptek dan riset Indonesia, khususnya di bidang dirgantara. Dok: TEMPO/ANNISA FEBIOLA.
Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.


BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.


Membuka Jalan untuk Gibran

26 September 2023

Membuka Jalan untuk Gibran

Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.


Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

21 September 2023

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko di IEMS 2023. (Foto: TEMPO/Rafif Rahedian)
Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.


Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

27 April 2023

Ilustrasi luar angkasa
Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.


Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

17 Januari 2023

Kapal Ulang-alik Atlantis meluncur ke luar angkasa untuk terakhir kalinya pada 8-7, 2011. Atlantis, salah satu pesawat ulang-alik milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat. REUTERS/Bill Ingalls/NASA/Handout
Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.


AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

9 Desember 2022

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko


BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

30 November 2022

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada tahun 2022 memberikan penghargaan Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture kepada Dr. Orbita Roswitiarti M.Sc yang memiliki rekam jejak di bidang penerbangan dan antariksa serta memberikan banyak manfaat yang berarti. (BRIN)
BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.


Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

3 Agustus 2022

Messier 15 (NASA, ESA)
Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.