TEMPO.CO, Peking - Lubang hitam raksasa yang ditemukan oleh kelompok ilmuwan gabungan dari kelompok ilmuwan gabungan dari University of Arizona, Amerika Serikat, dan Peking University, Cina, ternyata lebih terang dan lebih besar dari matahari, bintang terbesar dalam tata surya kita. Lubang hitam berlabel SDSS J0100 + 2802 ini memiliki 12 juta kali massa matahari dan 420 triliun kali lebih terang.
Sebagai perbandingan, lubang hitam yang berjarak 12,8 miliar tahun cahaya dari bumi ini jauh lebih terang daripada kuasar yang ada di Galaksi Bima Sakti, yang memiliki massa 4 juta kali matahari.
"Lubang hitam yang memasok energi kuasar ini juga 3.000 kali lipat lebih berat,” ujar Xiaohui Fan, profesor astronomi dari Arizona Steward Obersvatory, seperti dikutip dari Sciencedaily.
Fan menganggap penemuan lubang misterius yang konon dapat menyedot banyak benda di ruang angkasa ini dapat menjawab teka-teki tentang teori evolusi lubang hitam dan kuasar (bintang mati) di alam semesta awal setelah Big Bang pada 13,7 miliar tahun lalu. Juga, ujar dia, menimbulkan pertanyaan "bagaimana sesuatu yang begitu besar dan terang terbentuk sedemikian awal, hanya 900 juta tahun setelah Big Bang?"
Uniknya, lubang hitam raksasa ini ditemukan menggunakan teleskop Lijian 2,4 meter, yang terbilang cukup kecil untuk menemukan lubang hitam. Adalah Feige Wang, mahasiswa doktoral dari Peking University, penemu lubang misterius raksasa yang konon dapat menyedot segala benda di ruang angkasa itu.
Penemuan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan penggunaan dua teleskop yang lebih canggih di Arizona selatan, untuk menentukan jarak dan massa lubang hitam. Yakni teleskop binokular besar 8,4 meter di Gunung Graham dan teleskop cermin ganda 6,5 meter di Gunung Hopkins. Teleskop Magellan 6,5 meter di Las Campanas Observatory, Cile, dan teleskop Gemini 8,2 meter di Mauna Kea, Hawaii, juga dikerahkan untuk memperkuat bukti temuan.
Kuasar dari lubang hitam ini diperkirakan berasal dari masa berdekatan dengan Zaman Reionization, yaitu awal terbentuknya cahaya dan galaksi, yang mengakhiri kegelapan kosmik dan mengubah alam semesta menjadi seperti yang kita lihat sekarang. Temuan Fan dan rekan-rekan penelitiannya diterbitkan dalam jurnal Nature edisi 26 Februari 2015.
Xue-Bing Wu, profesor di Departemen Astronomi Peking University, menyebut kuasar tersebut sangat unik. Sama seperti mercusuar, dia menjelaskan, kuasar bersinar terang di alam semesta yang jauh. “Menyinari masa depan alam semesta,” ujar Wu, yang tak tergabung dalam penelitian.
Bagi Christian Veillet, Direktur Large Binocular Telescope Observatory, penemuan Fan ini menunjukkan kekuatan kolaborasi penelitian gabungan dan manfaatnya bagi ilmu pengetahuan global. “Peneliti dapat efektif menggunakan data pengamatan dan akhirnya menciptakan ilmu yang menarik.”
Ke depannya, tim peneliti akan mencari tahu proses pembentukan lubang hitam raksasa ini. Sejumlah pakar, kata Fan, akan diajak bergabung untuk menguak misteri jagat raya yang lebih dalam. Dia juga akan menggunakan Hubble Space Telescope dan Chandra X-Ray Telescope.
SCIENCEDAILY | NATURE | AMRI MAHBUB