TEMPO.CO, Athena - Vincent van Gogh, maestro seni lukis asal Belanda, amat menyukai warna keemasan bunga matahari yang amat kaya. Dalam sederet lukisan bunga matahari yang dibuat van Gogh pada 1888, yang kini disimpan dalam National Gallery di London, terdapat beberapa kuntum bunga matahari yang kehilangan ciri khas bunga tersebut, yakni bagian tengahnya berwarna gelap. Tempat yang seharusnya berbentuk cakram gelap itu penuh dengan kelopak kuning keemasan.
Apa yang dilukis Van Gogh pada seri bunga mataharinya itu--seperti lukisan vas dengan 15 kuntum bunga matahari--bukanlah bagian dari imajinasi artistik sang pelukis, melainkan reproduksi yang amat terperinci dari varietas bunga matahari yang mengalami mutasi genetik. Secara tak sengaja, sang pelukis telah merekam mutasi genetik yang terjadi pada bunga tersebut dalam karyanya.
Para ahli amat tertarik pada bunga mutan yang dilukis oleh seniman pasca-impresionis itu lebih dari 100 tahun silam. Sebab, dasar genetik mutasi tersebut hingga kini masih dianggap misteri.
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal PLOS Genetics, sebuah tim ilmuwan dari University of Georgia mengklaim dapat mengungkap mutasi di balik bunga matahari kuning "bermahkota tumpuk" tersebut. Mutasi telah membuat bunga itu tampak tebal membulat seperti bola, bukan pipih seperti bunga matahari biasa.
Tim peneliti menyatakan temuan ini dapat mengungkap evolusi keanekaragaman bunga. "Temuan ini memberi kita wawasan ihwal dasar molekul suatu sifat penting yang menguntungkan dari sisi ekonomi," kata John Burke, dosen biologi tumbuhan di Franklin College of Arts and Sciences, University of Georgia, Amerika Serikat. "Anda kerap melihat varietas bunga hias, yang mirip bunga dalam lukisan van Gogh, tumbuh di taman tetangga atau digunakan sebagai bunga potong. Ada pasar bagi bunga itu."
Bunga matahari tipe liar (Helianthus annuus) bukanlah bunga tunggal, melainkan bunga majemuk yang terdiri atas ribuan kuntum bunga kecil. Kuntum helaian pita kuning, yang terletak di bagian tepi bunga matahari dan menyerupai kelopak panjang, tersusun secara simetris dan tidak menghasilkan serbuk sari.
Ratusan hingga ribuan kuntum bunga tubular berkumpul di bagian tengah dan membentuk cakram. Bunga kecil di bagian cakram inilah yang dapat menghasilkan biji.
Kombinasi kedua jenis kuntum bunga kecil ini menciptakan kesan sebuah bunga tunggal berukuran besar, dan mungkin juga merupakan target menarik bagi serangga penyerbuk. "Kesuksesan sebuah famili tumbuhan amat ditentukan oleh strategi bunganya," kata Burke, yang mengetuai studi itu.
Karena perubahan simetri bunga dapat mempengaruhi interaksi antara suatu tumbuhan dan penyerbuknya, termasuk kemampuan reproduksinya, varietas bunga matahari ganjil dalam lukisan van Gogh memancing rasa keingintahuan Burke.
Bunga mutan yang digambarkan van Gogh dalam sederet lukisan bunga mataharinya justru memiliki beberapa tumpuk kuntum kuning berbentuk pita, sedangkan kuntum cakramnya mempunyai proporsi jauh lebih kecil.
Untuk memahami dasar genetik dari perbedaan ini, Burke dan timnya mengawali riset mereka dengan teknik kawin silang seperti yang dipakai Gregor Mendel, peletak prinsip dasar genetika modern. Mereka menyilangkan varietas bunga matahari biasa, atau tipe liar, dengan varietas bunga tumpuk.
Temuan awal mereka menunjukkan ada gen tunggal dominan yang bertanggung jawab atas penciptaan mutasi bunga tumpuk. Penyilangan berikutnya terhadap keturunan dari hasil kawin silang itu mengungkapkan bahwa mutasi kedua yang bersifat resesif, baik bagi gen mutasi bunga ganda maupun versi tipe liar, menghasilkan jenis bunga ketiga.
Bunga mutan ini mengadopsi bentuk kedua induknya, yaitu kuning memanjang tapi berbentuk tubular (tabung) serta mengandung struktur reproduktif kuntum cakram.
Ilmuwan mengidentifikasi gen yang bertanggung jawab dan mengurutkan kode genetiknya untuk menunjukkan bahwa dalam mutasi bunga ganda, bagian gen yang berfungsi sebagai "sakelar" on / off terganggu. Akibat gangguan itu, instruksi untuk membuat lapisan bunga terluar terus diaktifkan pada bagian bunga yang seharusnya memproduksi kuntum cakram internal.
Pada mutasi kedua, yang menghasilkan kuntum tubular, penyisipan sebuah "gen melompat" mengganggu kemampuan tanaman untuk menghasilkan bunga pita normal. Akibatnya, kuntum berbentuk tabung diproduksi di tempat yang seharusnya berisi bunga pita normal.
Setelah proses kawin silang bunga matahari, tim Burke memindai ratusan varietas bunga, mulai tipe liar, bunga tumbuk, hingga tubular. Mereka menemukan bahwa varietas bunga matahari tipe liar tidak pernah bermutasi pada gen HaCYC2c. Sebaliknya, varietas bunga tumpuk selalu mengalami mutasi yang sama pada "sakelar" on/off. Selain itu, varietas tubular selalu memiliki salinan gen yang terganggu.
"Semua bukti ini menyatakan bahwa mutasi yang kami identifikasi sama dengan yang direkam van Gogh dalam lukisannya pada era 1800-an," kata Burke.
PLOS GENETICS | AMRI MAHBUB