TEMPO.CO, Washington DC - Tahun 2016 semakin mengarah ke tahun terpanas dalam sejarah. Bahkan, Mei lalu telah memecahkan rekor temperatur terpanas bulan Mei dalam 137 tahun, menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).
Data NOAA, menunjukkan Mei adalah bulan yang selama ini terus mengalami pelonjakan suhu di darat dan laut selama 30 tahun. Mei ini adalah yang terpanjang dan terpanas sejak pencatatan suhu dimulai pada 1880. "Keadaan iklim seperti ini menjadi alarm untuk kita," kata David Carlson, Ketua World Climate Research Program, kepada World Meteorological Organization.
Menurut peta Land & Ocean Temperature Percentiles yang dibuat NOAA, kondisi tersebut semakin terasa khususnya di Alaska, Kanada, Meksiko, Amerika Tengah, utara Amerika Selatan, utara Eropa, Afrika, Oseania, serta sebagian selatan dan timur Asia.
Temperatur yang semakin panas disebabkan konsentrasi karbon dioksida (CO2) yang terlalu tinggi di atmosfer, yaitu melampaui 400 bagian per juta pada Mei di Kutub Selatan. Kenaikan CO2 juga menyebabkan pemanasan global dan mencairkan salju dan es di Artik dan Greenland. “Melelehnya salju Maret dan Mei lalu seharusnya baru bisa kita lihat di bulan Juli. Sesuatu yang tidak normal sekarang telah dianggap normal,” sambung Carlson. Mencairnya salju dan es menjadi indikator bagi para ilmuwan dalam mengukur tingkat keparahan pemanasan global.
IQRA ARDINI | CNN | ERWIN Z.