TEMPO.CO, Orleans - Berpikirlah dua kali sebelum berlibur ke pulau vulkanik yang indah. Para ilmuwan Prancis mengingatkan, gunung api tidak benar-benar dormant dan dapat aktif kembali jauh lebih cepat daripada perkiraan semula.
Hanya dalam hitungan pekan, gunung api dapat berubah dari tenang dan stabil hingga meletus dan memuntahkan lava ke daerah di sekitarnya. Teori lama beranggapan butuh bertahun-tahun untuk melakukan transformasi semacam itu.
Peringatan tersebut akan memaksa sejumlah resor, yang mengandalkan pemandangan gunung api sebagai daya tarik turisme, mengantisipasi ancaman itu. Banyak kepulauan di Yunani memiliki situs gunung api tidur, begitu juga dengan Italia, sedangkan Pulau Lanzarote di Spanyol bahkan terbentuk oleh erupsi gunung api.
Reevaluasi ini dilakukan oleh Alain Burgisser, ahli vulkanologi di Orleans Institute of Earth Sciences, Prancis. Dia mengatakan teori lama yang telah diterima secara luas itu bisa jadi keliru. Dalam teori itu, bilik magma yang ukurannya bisa mencapai ratusan meter kubik perlu waktu ratusan hingga ribuan tahun untuk memanas kembali dan memuntahkan magma yang disimpannya, membangunkan gunung api dari masa tidurnya.
Burgisser dan seorang ilmuwan Amerika memeriksa erupsi Gunung Pinatubo di Filipina pada 1991 dan letusan Gunung Soufriere Hills di Montserrat, Karibia. Mereka menemukan bahwa pada kenyataannya, bilik magma dapat memanas hanya dalam beberapa pekan. Gunung Pinatubo, misalnya, cuma butuh 20 hari untuk aktif kembali, bertentangan dengan siklus 500 tahun yang diyakini sebelumnya.
Alasannya, magma panas meningkatkan kekuatan magma yang lebih berat untuk bercampur sehingga temperatur keseluruhan naik 100 kali lebih cepat daripada perkiraan. Model matematika yang dikembangkan Burgisser menunjukkan bahwa pemanasan kembali berlangsung dalam tiga tahap. Ketika magma panas baru naik dan tiba di bawah bilik, batuan cair itu akan mencairkan magma lama yang telah mengental.
Kepadatan magma yang baru meleleh ini akan berkurang dan mulai naik ke arah bilik, memaksa sisa magma kental untuk bercampur. Proses percampuran inilah yang memungkinkan panas menyebar ke seluruh bilik ratusan kali lebih cepat daripada yang diprediksi ahli vulkanologi. “Tergantung ukuran bilik dan viskositas magma yang dikandungnya, beberapa bulan sudah cukup untuk mengaktifkan gunung itu,” kata Burgisser.
Burgisser mengatakan penemuan ini dapat membantu perencanaan langkah darurat dan prosedur evakuasi. Getaran seismik juga dapat digunakan sebagai peringatan dini terjadinya erupsi.
Peringatan ini muncul setelah para ilmuwan mengatakan gunung api super terbesar di dunia, Yellwstone, akan segera meletus dengan kekuatan ribuan kali lipat daripada erupsi Gunung St. Helens pada 1980. Kaldera Taman Nasional Yellowstone telah meletus tiga kali dalam 2,1 juta tahun dan hasil monitoring menunjukkan gunung itu akan segera meletus.
SCIENCE DAILY | AMRI MAHBUB