TEMPO.CO, Jakarta - Snap, induk usaha aplikasi layanan pesan foto dan video Snapchat, akan segera menawarkan sahamnya ke publik. Dokumen untuk melakukan initial public offering (IPO) pun sudah didaftarkan, Kamis kemarin.
Dari IPO itu, Snap berharap mendapat dana segar sebesar US$ 3 miliar atau sekitar Rp 40 triliun. Perusahaan itu kemudian akan melantai di bursa saham New York Stock Exchange dengan simbol SNAP.
Penjualan saham perdana Snapchat ini disebut-sebut akan menjadi IPO teknologi terbesar setelah Facebook. Banyak pengamat menilai IPO Snap akan sukses karena perusahaan ini memiliki layanan unik dengan pengguna yang berlimpah.
Baca: CEO Uber Mundur, Elon Musk Bertahan di Dewan Penasihat Trump
Dalam prospektusnya, Snap "menjual" kelebihannya untuk IPO itu berupa 158 juta pengguna aktif pada akhir 2016 dan sekitar 2,5 miliar foto snap yang dibuat setiap hari.
Namun Snap juga membuka diri bahwa, meski mengalami pertumbuhan sangat masif, perusahaan tersebut sejauh ini masih merugi. Pada 2016, kerugian itu mencapai US$ 514,6 juta atau sekitar Rp 6,8 triliun. Pendapatannya, kebanyakan dari iklan, mencapai US$ 400 juta (Rp 5,3 triliun).
Dari dokumen itu terlihat bahwa tren pendapatannya menurun, sementara kerugian justru bertambah. Snap, yang menyebut diri sebagai perusahaan kamera, diduga kian kedodoran setelah Facebook menyediakan fitur stories yang memiliki ciri sama.
Baca: GoPro Rugi Rp 5 Triliun pada 2016
TECHCRUNH | NURDIN