TEMPO.CO, Canberra - Para peneliti meyakini populasi koala terus menurun. Penyakit dan meluasnya populasi manusia dipercaya sebagai faktor utama penyebab merosotnya jumlah hewan berkantung khas Australia itu. Faktor alam seperti kekeringan berkepanjangan dan kebakaran hutan di Australia berada di urutan selanjutnya.
Untuk mencegah menyusutnya populasi koala, para ahli ekologi Australia yang tergabung dalam Asosiasi Taman Nasional Australia merekrut sukarelawan untuk membantu sensus yang akan dilakukan di negara bagian Queensland dan New South Wales. Populasi koala di wilayah dua negara bagian itu paling rentan mengalami penurunan.
Melalui program yang disebut Great Koala Count, peneliti berharap dapat melacak jumlah koala di alam liar dan berapa penurunan populasinya sehingga dapat diambil tindakan perlindungan terhadap mamalia endemik itu.
"Anda harus perhatikan pohon tinggi, pohon kecil, atau pohon yang rimbun dengan baik agar dapat memastikan keberadaan koala," kata Profesor Robert Close dari University of Western Sydney, saat memberikan wejangan kepada sukarelawan.
Seperti dikutip dari laman CBS News, Rabu, 20 November 2013, para sukarelawan dibekali ponsel berkamera dan kuesioner sebelum diterjunkan ke dalam hutan untuk melihat seberapa banyak koala hidup yang berada di pohon.
Grainne Cleary dari Asosiasi Taman Nasional Australia mengatakan, konservasi koala dilakukan dengan mengadopsi teknologi abad ke-21. "Kami menggunakan aplikasi ponsel pintar sehingga memudahkan orang untuk berkontribusi," katanya.
Berdasarkan data pemerintah Australia, populasi koala di Queensland dan New South Wales telah mengalami penurunan. Selama 1990 dan 2010, jumlah koala di dua negara bagian itu masing-masing turun 33 dan 43 persen. Populasi koala dikhawatirkan terus menurun karena berbagai faktor.