Kisah Romeo, Fani dan 140 Orangutan yang Harus Dilepasliarkan
Reporter
Sri Gunawan Wibisono (Kontributor)
Editor
Yudono Yanuar
Kamis, 29 Agustus 2019 06:21 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Romeo duduk di pinggiran saung Pulau 5 Borneo Orangutan Survival (BOS) Samboja Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Polah lincah Fani di sebelahnya seperti tidak digubrisnya.
Romeo, orangutan jantan yang genap berusia 36 tahun, lebih asyik menggaruk perut tambunnya. Selama proses me time ini, ia tetap mengawasi sekelilingnya.
Bahkan terkadang melototi pengunjung konservasi yang kebetulan melintas.
Lima tahun sudah Romeo menghuni pulau buatan seluas setengah hektare. Pulau pra pelepasliaran orangutan yang dibentengi parit air sedalam 1,5 meter.
Romeo merupakan satwa sitaan sirkus Taiwan. Orangutan tertua di Samboja tinggal bersama pasangannya Fani dan Isti. Di situ, mereka sedang diobservasi apakah layak ikut program pelepasliaran ke hutan restorasi Kehje Sewen di Kutai Timur (Kutim).
“Seperti manusia, mereka ibaratnya sudah lulus sekolah menengah atas. Harus lulus kuliah dulu,” papar Koordinator tour guide BOS Samboja, Imam Muslim, Senin, 26 Agustus 2019.
Contohnya adalah Romeo ini. Meskipun lulus program rehabilitasi, ia tidak kunjung ikut program pelepasliaran. Padahal Romeo paling senior tinggal di BOS Samboja.
“Peluangnya sekarang 50 : 50 untuk ikut program pelepasliaran,” papar Imam.
Memang kenyataannya, Romeo kesulitan beradaptasi dengan alam liar. Selama di pulau buatan, ia terlihat lebih nyaman berinteraksi di darat dibandingkan di atas pohon.
Bukan hanya itu, ia seperti tidak takut keberadaan manusia. Prilaku ini bertolak belakang dengan insting orangutan pada umumnya.
“Romeo seharusnya lebih sering di atas pohon dibandingkan di atas tanah. Logikanya, musuh alami mereka lebih banyak ada di atas tanah,” kata Imam.
Padahal, Romeo, Fani dan Isti punya kecerdasan di atas rata rata.
Romeo yang rutin mengecek kedalaman air parit mempergunakan ranting. Ataupun Isti yang berhasil mencuri kano pawang serta pindah ke Pulau 4.
“Romeo pernah kabur saat paritnya dangkal sedangkan Isti menaiki perahu kano menuju Pulau 4,” papar Imam.
Pulau 4 sendiri berpenghuni kelompok lain: Papa, Vera dan Citra.
“Sepertinya sudah cocok di Pulau 4 sehingga kami membiarkan Isti tinggal di situ,” katanya.
Selanjutnya: Dilatih Hidup di Alam Liar