Memukau, Enzim Mutan Ini Mampu Urai Botol Plastik dalam 10 Jam
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Zacharias Wuragil
Kamis, 16 April 2020 20:20 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti yang bekerja untuk sebuah perusahaan rintisan solusi bioindustri di Prancis, Carbios, telah memutasi enzim bakteri untuk bisa mengurai sampah plastik dan mendaurulangnya hanya dalam hitungan jam. Enzim itu bisa mengurai polimer polyethene terephthalate (PET) menjadi unsur-unsur penyusun komposit kimianya, yang bisa digunakan ulang nantinya untuk membuat produk yang baru.
PET adalah polimer termoplastik yang paling jamak penggunaannya di dunia modern sekarang ini. Polimer ini ada dalam bentuk aneka botol, serat pakaian poliester, wadah makanan, dan beragam komponen dan kemasan tahan panas.
Proses daur ulang plastik konvensional melalui proses termomekanikal tidak menghasilkan kualitas cukup tinggi, dan kebanyakan hasilnya hanya bisa digunakan untuk produk seperti pakaian dan karpet. Carbios bekerja sama dengan industri seperti Pepsi dan L'Oreal mengambangkan teknologi itu.
Hasilnya dipaparkan dalam sebuah makalah ilmiah yang dipublikasikan di jurnal Nature terbit awal April ini. Berjudul “An engineered PET-depolymerase to break down and recycle plastic bottles”, artikel itu disusun bersama ilmuwan di Carbios dan mitra akademisnya, Toulouse Biotechnology Institute
Makalah itu mengumumkan enzim PET hidrolase bisa mengurai polimer PET hingga 90 persen dalam waktu sepuluh jam. “Efisiensi dan optimasi yang tinggi ini mengalahkan seluruh PET hidrolase lainnya yang pernah dilaporkan,” bunyi abstrak dari makalah itu.
Kemampuan mengurai hingga 90 persen itu bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kandidat kedua paling menjanjikan yakni galur bakterium yang disebut 201-F6. Memang masih ada 10 persen kristal plastik yang tersisa, tapi penelitinya mengatakan enzim yang didesain ulang itu masih lebih efisien daripada enzim pencernaan manusia dalam memecah pati--karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air.
<!--more-->
Enzim baru ini sebenarnya sudah didapati di tumpukan sampah dedaunan pada 2012 lalu di Jepang. “Dia terlupakan tapi kini beralih menjadi yang terbaik,” kata Alain Marty asal Université de Toulouse, Prancis, dan chief science officer di Carbios.
Enzim baru ini juga juga jauh lebih efektif dari segi biaya. Penelitian membandingkannya dengan membuat plastik baru dari minyak bumi yang disebut akan menghabiskan biaya 25 kali lebih mahal. “Ini benar-benar terobosan dalam produksi dan daur ulang PET,” kata Saleh Jabarin, profesor di University of Toledo, Ohio, Amerika Serikat, dan anggota Komite Saintifik di Carbios.
John McGeehan dari pusat inovasi enzim di University of Portsmouth, Inggris, setuju temuan dari Prancis itu merupakan langkah yang besar. Menurutnya, keuntungan utama dari enzim baru ini bahwa dia tidak memiliki kesulitan dalam membuat bahan plastik murni dari campuran plastik, bahkan botol plastik dengan warna berbeda.
Kohei Oda di Kyoto Institute of Technology, yang melaporkan bakteri pemakan plastik pada 2016, bahkan mendorong segera produksi skala industri."Pekerjaan ini menunjukkan potensi penggunaan hidrolase untuk mengolah limbah botol plastik yang ditumpuk di dunia,” katanya.
Pakar degradasi enzim plastik di Helmholtz Center Berlin, Jerman, Gert Weber, juga mengatakan enzim rekayasa baru mengungguli semua enzim yang dikenal digunakan untuk depolimerisasi plastik sejauh ini. "Temuan ini memungkinkan menggunakan enzim untuk mendaur ulang polimer sintetik lainnya, seperti poliamida atau poliuretan," kata Weber.
Menurut Marty, timnya berharap adanya uji potensi industri dan komersil dari material hasil enzim yang mereka kembangkan itu pada 2021. “Target kami sudah akan ada produksi skala industri pada 2024, 2025,” kata deputi chief executive di Carbios, Martin Stephan, menambahkan.
FUTURISM INTERNATIONAL BUSINESS TIMES | SCIENCE | ARSTECHNICA