Menerka Erupsi Gunung Merapi, Menanti Kubah Lava
Reporter
Pribadi Wicaksono (Kontributor)
Editor
Zacharias Wuragil
Kamis, 12 November 2020 10:00 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan tak ada perubahan perilaku Gunung Merapi yang kini statusnya sudah dinaikkan dari Waspada menjadi Siaga. BPPTKG menjawab pertanyaan besar apakah erupsi bakal tak terduga yang sulit diantisipasi hingga dampaknya akan sangat besar.
Pertanyaan mengacu kepada indikasi sering terjadi guguran ke arah barat, arah ke Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Ini seperti yang dilaporkan, di antaranya, pada Minggu siang lalu di mana guguran terjadi sejauh 3.000 meter
Kepala BPPTKG Hanik Humaida, membeberkan Gunung Merapi memiliki sedikitnya lima tipe erupsi: freatik, sub plinian, vulkanian, Merapi, hingga tipe Merapi plus eksplosif. "Jadi ketika aktivitas Merapi mulai naik, kemungkinan tipe erupsinya ya hanya diantara lima tipe tersebut, tidak ada perubahan perilakunya (di luar tipe itu)," ujar dia, Rabu 11 November 2020.
Menurut Hanik, saat ini belum bisa terbaca seberapa besar kekuatan erupsi Merapi karena kubah lava belum muncul di permukaan kawah. Jangkauan, kecepatan dan arah lontaran material vulkanik (gas, padat, cair) yang bakal dimuntahkan belum bisa diprediksi.
Meski begitu, BPPTKG telah menghitung dan mempersiapkan skenario terburuk kekuatan erupsi Gunung Merapi saat ini. Tujuannya, mengantisipasi jika Merapi bakal erupsi dengan kekuatan tak terduga melalui berbagai gejala yang dimunculkannya dari waktu ke waktu.
Baca juga:
BMKG Bantah Cuaca Yogya Mendadak Panas Saat Merapi Siaga
Salah satu skenario yang disiapkan adalah jika erupsi yang terjadi eksplosif atau tipe kelima. Berdasarkan simulasi, ini bisa terjadi jika volume kubah lava yang terbentuk di permukaan mencapai 10 juta meter kubik dan laju ekstrusi atau keluarnya magma sampai 100 ribu meter kubik per hari.
<!--more-->
Skenario ini melihat bukaan kawah di selatan dan barat. "Kubah lava yang terbentuk runtuh, akibatnya bisa memicu awan panas yang luncurannya bisa menerjang jauh ke arah sungai-sungai berhulu ke Merapi."
Dari simulasi sementara BPPTKG dengan skenario terburuk itu, awan panas bisa mencapai 9 kilometer ke Kali Gendol dan 6 kilometer ke Kali Opak yang ada di wilayah Kabupaten Sleman, selain juga sejauh 6 kilometer ke Kali Woro yang ada di Kabupaten Magelang.
Awan panas yang biasa disebut dengan Wedhus Gembel itu juga bisa mengarah ke Kali Kuning sejauh 7 kilometer, Kali Boyong sejauh 6,5 kilometer, Kali Krasak 7 kilometer, Kali Putih 5 kilometer, Kali Senowo 8 kilometer, Kali Trising 7 kilometer dan Kali Apu 4 kilometer.
"Jadi kalau kubah lava itu sudah ada di permukaan akan bisa diketahui berapa kecepatannya, volumenya berapa," ujar Hanik.
BPPTKG menuturkan dari gejala yang dimunculkan Merapi saat ini atau ketika kubah lava belum tampak, potensi bahaya jika Merapi erupsi secara eksplosif dampaknya dihitung berjarak maksimal 5 kilometer dari puncak.
Skenario erupsi Merapi yang disiapkan kali ini, juga membaca gejala kekuatannya belum mengarah sama atau melampui kekuatan erupsi pada 2010. Namun, ujar Hanik, erupsi kali ini memang gejalanya sudah melampui erupsi 2006 yang mana saat itu terjadi ekstrusi magma secara efusif atau leleran, bukan letusan.
Baca juga:
Gunung Merapi Siaga, Gejala Erupsi Eksplosif Menguat
"Tapi walaupun seismisitas dan gejala seperti deformasi kali ini sudah melebihi erupsi 2006, kubah lava belum juga muncul, jadi potensi erupsi eksplosif kali ini kuat," ujarnya