Mengenal Lebih Dekat Vaksin Pfizer, Pertama Digunakan di Dunia Pekan Ini

Reporter

Terjemahan

Minggu, 6 Desember 2020 10:18 WIB

Jarum suntik terlihat di depan logo Biontech dan Pfizer yang ditampilkan dalam ilustrasi yang diambil pada 10 November 2020. [REUTERS / Dado Ruvic / Ilustrasi / File Foto]

TEMPO.CO, Jakarta - Inggris menjadi negara Barat pertama yang mengizinkan penggunaan vaksin Covid-19. Otoritas kesehatan di negara itu memberikan izin kepada vaksin yang dikembangkan Pfizer-BioNTech pada Rabu lalu dan rencananya vaksinasi sudah akan dilakukan di awal pekan ini.

Negara berikutnya yang bakal sebar penggunaan vaksin Pfizer untuk warganya kemungkinan adalah Amerika Serikat. Pekan ini, otoritas kesehatan di negara itu dijadwalkan akan membahas permohonan izin penggunaan darurat vaksin yang dibuat dengan teknologi baru tersebut.

Baca juga:
Membandingkan Rantai Distribusi Dingin Vaksin Pfizer dan Vaksin lainnya

Pfizer, seperti halnya Moderna--yang juga telah mengajukan izin penggunaan darurat di Amerika dan Eropa, mengembangkan vaksin Covid-19 menggunakan teknik mRNA. Belum ada satupun vaksin yang sudah digunakan selama ini menggunakan teknik tersebut, sekalipun studinya sudah berjalan puluhan tahun.

Banyak yang kemudian bertanya-tanya seperti apa vaksinasi nanti yang akan dijalaninya menggunakan vaksin jenis baru tersebut. Seperti apa perbedaan yang akan dirasakan dibandingkan vaksinasi umumnya.

Advertising
Advertising

Berikut ini, beberapa pertanyaan dan jawabannya tentang vaksin Pfizer untuk bisa mengenalinya lebih dekat,

Berapa besar efektivitasnya?

Sekitar 95 persen. Uji klinis fase 3 vaksin ini melibatkan 42 ribu relawan, sekitar separuhnya menerima suntikan vaksin dan sisanya plasebo. Total, ada 170 relawan yang kemudian terinfeksi Covid-19 tapi hanya 8 yang berasal dari kelompok penerima suntikan berisi vaksin atau sekitar 5 persen. Angka itu jauh melampaui ekspektasi WHO yang sudah cukup puas dengan efektivitas vaksin lebih dari 50 persen untuk penggunaan darurat di tengah pandemi yang masih berkecamuk.

Apa isi vaksin ini?

Bahan aktifnya adalah messenger RNA (mRNA) yang membawa instruksi pembuatan protein paku seperti yang ada pada virus corona Covid-19, SARS-CoV-2. Protein paku ni yang berperan virus itu bisa menginfeksi sel. Bahan aktif mRNA dalam vaksin itu sendiri sintetis, tidak diekstrak dari SARS-CoV-2 hidup. Bahan itu 'dikemas' dalam sebuah material lemak berukuran nano.

Dilarutkan dalam cairan garam, material itu kemudian diinjeksikan ke dalam jaringan otot lengan atas. Bahan aktif mRNA akan direspons sel-sel imun yang mengikuti instruksi membuat protein paku sehingga seakan-akan tubuh kedatangan (terinfeksi) virus corona Covid-19.

Baca juga:
Harapan dari Vaksin Pfizer, Ini 4 Pertanyaan yang Belum Terjawab

Protein itu lalu akan dianggap tamu asing oleh sistem imun tubuh yang kemudian menyerangnya. Seperti dijelaskan Uur ahin, Direktur Eksekutif BioNTech, antibodi dari sel B dan T akan teraktivasi. "Memori imunitas pun tersimpan yang artinya sistem imun tubuh telah mempelajari bagaimana mengalahkan patogen itu dan bisa bereaksi cepat jika bertemu dengan material yang sama di masa berikutnya."

Berapa lama memori imun itu akan bertahan?

Pertanyaan ini belum ada jawabannya tapi WHO mengatakan minimum 6 bulan sudah bisa diterima. Pfizer per saat ini baru berjarak empat bulan dari suntikan dosis kedua terhadap para relawan uji klinis.

<!--more-->

Berapa lama jarak vaksinasi dan imunitas tubuh terbentuk?

Uji klinis mulai memperkirakan perkembangan imun tubuh tujuh hari setelah suntikan dosis yang kedua, atau empat minggu setelah suntikan dosis pertama. Sahin menduga perkembangannya bisa jadi lebih awal lagi. Detailnya dijanjikan disampaikan dalam publikasi ilmiah tak lama lagi.

Apa yang terjadi terhadap mRNA dalam tubuh?

Materian ini aktif selama beberapa hari lalu meluruh dengan cepat.

Baca juga:
Raksasa Farmasi Rancang Harga Vaksin Covid-19, Simak Perbandingannya

Apakah satu kali dosis suntikan saja cukup?

Butuh dua dosis suntikan, dan yang kedua itu berperan untuk booster hingga didapat efek kekebalan tubuh. Jarak antar dosis suntikan dalam uji klinis bervariasi 19-42 hari.

Apakah ada efek samping?

Kadang ada, tapi ringan. Dalam uji klinis, vaksin yang dikembangkan itu secara umum bisa ditolerir tubuh penerimanya, dan komite pemantau data independen melaporkan tidak ada laporan masalah keamanan yang serius. Efek samping terburuk yang dilaporkan hanya pusing (4 persen) dan sakit kepala (2 persen) setelah suntikan dosis kedua. Efek samping lain adalah nyeri otot dan sakit di lokasi suntikan. "Tapi ini reaksi jamak saat Anda menerima vaksinasi," kata Özlem Türeci, ketua tim medis di BioNTech.

Apakah ini efektif pula pada orang lansia?

Ya. Rentang usia relawan yang terlibat dalam uji klinis Pfizer sampai 85 tahun dan efikasi pada mereka yang berusia di atas 65 tahun dilaporkan 94 persen--sedikit di bawah angka secara keseluruhan usia. Vaksin ini belum pernah diuji pada mereka yang berusia lebih dari 85 tahun.

Bagaimana dengan kelompok yang dianggap rentan?

Menurut BioNTech, vaksin kelihatannya sama efektif untuk relawan dengan beragam usia, jenis kelamin, dan etnis. Uji juga dilakukan terhadap mereka yang sudah terinfeksi virus corona dan tidak sakit (tanpa gejala), juga kepada mereka dengan kondisi kesehatan pre-eksisting komorbid, termasuk diabetes, kanker, hepatitis B, hepatitis C dan HIV.

Apakah vaksin ini akan melindungi semua orang?

Tidak. Dalam uji klinis, dari sekitar 20 ribu orang penerima suntikan dosis vaksin ini, delapan masih terinfeksi Covid-19 dan satu di antaranya bergejala parah. Tapi angka itu kontras dengan 164 yang positif Covid-19 dan sembilan parah di antara para penerima plasebo. Belum jelas kenapa vaksin ini tak bekerja di beberapa orang tertentu, namun kesuksesan 95 persen sudah dianggap sangat baik.

Apakah mampu menghentikan penularan virus corona?

Belum tahu. Uji yang dilakukan hanya didesain untuk memeriksa gejala dan mengkonfirmasi infeksi virus corona Covid-19. Pfizer mengatakan sedang melakukan studi lanjutan untuk menjawab pertanyaan ini dan akan merilis hasilnya segera.

Baca juga:
Bio Farma Siapkan Teknologi Cegah Vaksin Covid-19 Palsu

Beberapa vaksin bisa secara paradoks membuat penyakit lebih parah. Apakah ini termasuk risiko?

Secara teori, ya. Tapi ini belum terlihat atau dilaporkan dalam pengembangan vaksin Covid-19 saat ini. Risiko ini juga mungkin terjadi tidak secara alami, bisa karena adanya virus lain.

Apakah data utuh haril riset uji klinis vaksin ini sudah dipublikasikan?

Belum. Menurut Pfizer, setiap detil terbaru--begitu tersedia--akan dirilis ke jurnal ilmiah dilengkapi kajian dari ilmuwan lain (peer review).

NEW SCIENTIST | CNN

Berita terkait

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

1 jam lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

8 jam lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

Pejabat senior Hamas, kelompok pejuang Palestina yang menguasai Gaza, mengatakan perintah evakuasi Israel bagi warga Rafah adalah "eskalasi berbahaya

Baca Selengkapnya

Pagar Gedung Putih AS DItabrak Mobil, Sopir Tewas di Tempat

9 jam lalu

Pagar Gedung Putih AS DItabrak Mobil, Sopir Tewas di Tempat

Sebuah mobil menabrak pagar Gedung Putih pada Sabtu malam. Sopir langsung tewas di tempat kejadian.

Baca Selengkapnya

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

9 jam lalu

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

Amerika Serikat sempat menunda pengiriman amunisi senjata ke Israel pekan lalu hingga membuat para pejabat Israel khawatir

Baca Selengkapnya

Jelajah Lokasi Syuting Baby Reindeer dari Edinburgh hingga London

9 jam lalu

Jelajah Lokasi Syuting Baby Reindeer dari Edinburgh hingga London

Baby Reindeer tidak hanya menarik dari sisi cerita, lokasi syutingnya seolah mengajak penonton berkeliling Edinburgh hingga London

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

9 jam lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

Tentara Israel pada Senin 6 Mei 2024 mengusir ratusan ribu warga Palestina di Kota Rafah, selatan Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Pertama Kalinya, AS Tunda Pengiriman Senjata ke Israel

12 jam lalu

Pertama Kalinya, AS Tunda Pengiriman Senjata ke Israel

Ditundanya pengiriman senjata dari Amerika Serikat membuat pemerintah Israel kebingungan.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

12 jam lalu

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

Aksi ini terinspirasi dari gerakan demonstrasi masif dan berskala besar yang dilakukan para mahasiswa di AS, Eropa, dan sejumlah negara lain.

Baca Selengkapnya

RI - Inggris Berkomitmen Perkuat Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan

1 hari lalu

RI - Inggris Berkomitmen Perkuat Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan

Pemerintah Indonesia bertemu dengan Menteri Perdagangan Inggris Greg Hands MP untuk membahas sejumlah kerja sama di bidang ekonomi dan perdagangan.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

1 hari lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya