Sejuta Kasus Covid-19 di Indonesia, FKUI Beri 5 Catatan Penyebab

Selasa, 26 Januari 2021 12:41 WIB

Petugas medis bersiap melakukan tes usap Covid-19 secara drive thru di Genomik Solidaritas Indonesia Laboratorium, Cilandak, Jakarta, Senin, 4 Januari 2021. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memilih tetap memperpanjang PSBB transisi hingga 17 Januari 2021. ANTARA/Wahyu Putro A

TEMPO.CO, Jakarta - Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Ari Fahrial Syam mengatakan hari ini, Selasa, 26 Januari 2021, jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia bakal tembus 1 juta kasus. Ari menyebut angka tersebut sebagai batas psikologis dan akan tertembus karena per artikel ini dibuat total kasus Covid-19 yang sudah dilaporkan sebanyak 999.256 sedangkan penambahan kasus harian mencapai ribuan.

“Melihat sikap inkonsistensi kita semua. Serta berubah-ubahnya istilah dan peraturan membuat masyarakat semakin sulit memahami bagaimana arah pengendalian penanganan Covid-19 di negeri tercinta ini,” kata Ari dalam keterangan tertulis, Senin malam, 25 Januari 2021.

Dia merujuk kepada istilah-istilah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) ataupun Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat. Perpanjangan pemberlakukan pembatasan itu telah berulang kali dilakukan namun tanda-tanda berakhirnya pandemi belum dapat diprediksi.

Menurutnya, perlu evaluasi terhadap upaya pembatasan-pembatasan sosial saat ini karena faktanya jumlah kasus baru tetap tak tertahankan hingga bakal tembus satu juta hari ini. Jumlah kasus aktif juga disebutnya masih tinggi yakni di atas 150 ribu.

"Kondisi ini membuat ketersediaan berbagai fasilitas kesehatan, seperti ruang isolasi dan ICU menjadi sangat terbatas, sebagian bahkan menyampaikan kapasitas ruangan sudah digunakan lebih dari 90 persen," kata dia.

Advertising
Advertising

Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI itu menjelaskan, pasien-pasien menunggu ruangan juga menumpuk di IGD, terutama di beberapa rumah sakit rujukan di kota-kota besar, seperti Jakarta. “Bahkan kita sudah juga mendengar ada pasien yang meninggal di IGD karena tidak sempat masuk ICU,” kata dia.

Melihat kondisi itu semua Ari memberikan evaluasi penanganan kasus Covid-19 di Indonesia sebagai berikut,

Baca juga:
Tanggapi Menkes, Dekan FKUI Blak-blakan Penerapan 3T Covid-19 di Indonesia

1. Jalanan masih macet

Melihat status PSBB ketat, dirinya merasakan bahwa tidak ada perbedaan dalam kehidupan masyarakat. “Kemacetan masih terjadi di jalan-jalan yang saya lalui, baik saat pulang maupun pergi untuk memeriksa pasien, walaupun tidak separah seperti saat sebelum pandemi,” kata Ari.

<!--more-->

Dia mengaku memiliki sedikit harapan ketika di malam tahun baru beberapa kota melakukan penjagaan ketat. Polisi dan tentara turun ke jalan menjaga masyarakat agar tidak berkumpul dan efektif.

Sayang, Ari mempertanyakan, kenapa kondisi penjagaan yang ketat tidak terus dipertahankan terutama pada malam. “Ini kan tujuannya agar kita bisa mengurangi kasus dulu, rem dan gas harus benar-benar diterapkan,” ujar dia.

2. Istilah berganti-ganti membingungkan

Mengenai istilah PSBB atau PPKM saat ini, dia tidak ingin berandai-andai. Tapi memang dari awal istilah lockdown atau karantina wilayah seperti tabu untuk dijalankan di Indonesia. Dia juga tidak ingin membandingkannya dengan negara lain.

“Tetapi kita bisa melihat bahwa beberapa negara, sebut saja Australia atau Cina sudah berhasil mengendalikan pandemi ini,” kata lulusan master biologi molekuler dari University of Queensland, Australia, itu.

Secara umum, dia menyebutkan, peningkatan jumlah kasus harian juga semakin turun di belahan negara lain. Ari juga mengingat istilah-istilah yang diganti seperti OTG, ODP dan PDP yang berganti menjadi suspek, kontak erat dan konfirmasi.

3. Penegakan hukum yang lemah

Berbeda dengan negara lain, Ari melihat penegakan hukum di Indonesia masih lemah. Memang beberapa media kadang kala meliput penegakan hukum yang dilakukan untuk para pelanggar protokol kesehatan. Namun, memang tampaknya penegakan hukum tidak dilakukan secara masif dan konsisten.

Baca juga:
Dokter dan Epidemiolog Ngeri Lonjakan Kasus Covid-19 Pasca Demo Omnibus

“Sedihnya pelanggar protokol Kesehatan dilakukan oleh para tokoh politik atau tokoh masyarakat yang harusnya menjadi health influencer malah sebaliknya. Memberi contoh yang tidak baik kepada masyarakat,” katanya menambahkan.

<!--more-->

4. Bencana alam berujung pengungsian

Saat sedang berjuang untuk menekan angka Covid-19, di awal tahun 2021, Indonesia mengalami berbagai bencana antara lain banjir besar di 11 kabupaten di Kalimantan Selatan dan gempa bumi Mamuju, Sulawesi Barat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan dalam akun Twitter-nya bahwa pada periode Januari 2021 ini telah terjadi 201 bencana dan sebagian besar adalah bencana banjir, yaitu 136 kasus.

Musibah ini menebar tempat-tempat pengungsian. Berdasarkan data dari BNPB, ada 1.677.133 penduduk yang menderita dan terpaksa mengungsi. “Terus terang, kita bisa melihat sendiri bahwa agak sulit menerapkan protokol kesehatan kepada para korban bencana di pengungsian,” katanya.

Di satu sisi, juga harus melihat bahwa daya tahan tubuh mereka rentan mengalami penurunan, mengingat stres akibat kehilangan atau kerusakan harta benda, kondisi istirahat yang tidak optimal, dan makan minum yang juga terganggu karena tinggal di pengungsian. Oleh karena itu, Ari menjelaskan, dukungan tim kesehatan termasuk kesehatan masyarakat untuk mitigasi adanya peningkatan kasus Covid-19 di tempat-tempat pengungsian sangat diperlukan.

5. Cakupan vaksinasi rendah dan berharap ke masyarakat.

Vaksinasi Covid-19 sudah berjalan, walaupun pencapaian jumlahnya masih rendah dan ada masalah pada proses registrasi para calon penerima vaksin. Sehingga vaksin yang sudah ada di tangan terpaksa belum bisa disuntikkan.

"Hal ini tampaknya sudah disadari oleh Kementerian Kesehatan dan terlihat ada upaya-upaya yang dilakukan untuk memperpendek proses ini agar pemberian vaksin dapat dilaksanakan dengan cepat," katanya.

Dia mengingatkan, masyarakat harus tetap konsisten dalam melaksanakan protokol kesehatan khususnya 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Diperingatkannya pula bagi mereka yang masih menolak percaya bahaya virus corona Covid-19.

Baca juga:
Pandemi Covid-19 di Indonesia, 83 Persen Dokter dan Tenaga Kesehatan Sudah Goyah

“Padahal sudah ratusan dokter dan tenaga kesehatan yang meregang nyawa karena Covid-19 bahkan puluhan guru besar gugur karena Covid-19,” ujar dia.

Berita terkait

Olahraga dan Modifikasi Gaya Hidup, Investasi Kesehatan bagi Anak Muda

10 jam lalu

Olahraga dan Modifikasi Gaya Hidup, Investasi Kesehatan bagi Anak Muda

Olahraga bisa menjadi investasi kesehatan di masa datang dan penting bagi anak muda zaman sekarang mengubah gaya hidup sehat dengan rajin berolahraga.

Baca Selengkapnya

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

1 hari lalu

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

Imunisasi atau vaksinasi tidak hanya diperuntukkan bagi bayi dan anak-anak tetapi juga orang dewasa. Simak alasannya.

Baca Selengkapnya

Alur dan Besaran Bantuan Perbaikan Rumah Korban Terdampak Gempa Garut dari BNPB

1 hari lalu

Alur dan Besaran Bantuan Perbaikan Rumah Korban Terdampak Gempa Garut dari BNPB

BNPB terus mengupayakan penanggulangan dampak gempa Garut.

Baca Selengkapnya

Hari Ketiga Usai Gempa Garut, 267 Rumah Warga Terdampak dan 11 Warga Terluka

1 hari lalu

Hari Ketiga Usai Gempa Garut, 267 Rumah Warga Terdampak dan 11 Warga Terluka

Sebanyak 267 rumah warga terdampak gempa yang terjadi pada Sabtu malam, 27 April 2024.

Baca Selengkapnya

Data Terbaru Gempa Garut, Belum Ada Laporan Korban Jiwa

1 hari lalu

Data Terbaru Gempa Garut, Belum Ada Laporan Korban Jiwa

BNPB terus melakukan pemutakhiran data tiga hari setelah gempa Garut yang terjadi pada Sabtu, 27 April 2024.

Baca Selengkapnya

Imbauan BNPB untuk Warga Terdampak Gempa Garut

2 hari lalu

Imbauan BNPB untuk Warga Terdampak Gempa Garut

Gempa dengan magnitudo 6,2 mengguncang wilayah Jawa Barat pada Sabtu malam, 27 April 2024 pada sekitar jam 23.29 WIB. Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB memberi imbauan kepada warga yang terdampak gempa tersebut.

Baca Selengkapnya

Gempa M6,2 di Kabupaten Garut Rusak Sejumlah Bangunan

2 hari lalu

Gempa M6,2 di Kabupaten Garut Rusak Sejumlah Bangunan

Sedikitnya empat orang luka-luka akibat gempa yang terjadi pada Sabtu malam ini.

Baca Selengkapnya

Bencana Tanah Longsor di Toraja Utara, BNPB Peringatkan Masih Ada Retakan Tanah

2 hari lalu

Bencana Tanah Longsor di Toraja Utara, BNPB Peringatkan Masih Ada Retakan Tanah

Dua kali tanah longsor yang terjadi pada Jumat pagi lalu menimbun sembilan warga. Tiga di antaranya tewas.

Baca Selengkapnya

Hari Kesiapsiagaan Bencana 2024, Muhadjir Effendy: Bencana Bukan Urusan Sembarangan

3 hari lalu

Hari Kesiapsiagaan Bencana 2024, Muhadjir Effendy: Bencana Bukan Urusan Sembarangan

Menko PMK Muhadjir Effendy meminta Sumatera Barat bisa mencanangkan sadar bencana setiap harinya dalam puncak Hari Kesiapsiagaan Bencana 2024.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

3 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya