Setahun Pandemi, Begini Varian Baru Virus Corona 'Serang' Keyakinan Ilmuwan

Jumat, 5 Maret 2021 07:30 WIB

Ilustrasi vaksin COVID-19 atau virus corona. REUTERS/Dado Ruvic

TEMPO.CO, Jakarta- Chris Murray, ahli penyakit di University of Washington, Amerika Serikat, yang memproyeksikan infeksi dan kematian akibat virus corona Covid-19 di seluruh dunia, mengubah asumsinya tentang perjalanan pandemi. Dia semula berharap penemuan beberapa vaksin yang efektif bisa membantu mencapai kekebalan kelompok (herd immunity), atau hampir menghilangkan penularan melalui kombinasi inokulasi dan infeksi sebelumnya.

Murray dihadapkan kepada data uji coba vaksin di Afrika Selatan yang menunjukkan tidak hanya varian baru virus corona menyebar dengan cepat meredam efek vaksin, tapi virus juga dapat menghindari kekebalan alami pada orang yang sebelumnya telah terinfeksi. "Saya tidak bisa tidur setelah melihat datanya. Lalu kapan itu (pandemi) akan berakhir?” kata dia.

Murray yang juga direktur di Institute for Health Metrics and Evaluation itu sedang memperbarui modelnya untuk memperhitungkan kemampuan varian virus dalam melepaskan diri dari kekebalan alami. Dia berharap dapat memberikan proyeksi baru paling cepat pekan ini.

Selain itu, sebuah konsensus baru muncul di antara para ilmuwan, Reuters mewawancarai 18 spesialis yang melacak pandemi atau sedang bekerja untuk mengekang dampaknya. Banyak yang menggambarkan bagaimana terobosan akhir tahun lalu dari dua vaksin, Pfizer dan Moderna, dengan sekitar 95 persen kemanjuran terhadap Covid-19 memicu harapan bahwa virus dapat diatasi sebagian besar, mirip dengan cara campak.

Namun, kata mereka, data dalam beberapa pekan terakhir tentang varian baru dari Afrika Selatan dan Brasil melemahkan optimisme itu. Bahkan, ilmuwan vaksin terkemuka di Pfizer, Phil Dormitzer, pada awal Januari, mengakui varian baru virus corona menjadi "babak baru" di mana perusahaan harus terus memantau mutasi yang dapat mengurangi efek vaksin.

Advertising
Advertising

Pada akhir Januari, dampak vaksin menjadi lebih jelas. Data uji klinis Novavax menunjukkan vaksinnya 89 persen efektif dalam uji coba di Inggris, tapi hanya 50 persen efektif dalam mencegah Covid-19 di Afrika Selatan. Sepekan kemudian, data AstraZeneca menunjukkan bahwa vaksin hanya menawarkan perlindungan terbatas dari penyakit ringan terhadap varian Afrika Selatan.

Banyak ilmuwan sekarang percaya, SARS-CoV-2 tidak hanya akan tetap bersama manusia sebagai virus endemik, tapi terus beredar di masyarakat. Bahkan kemungkinan akan menyebabkan beban penyakit dan kematian yang signifikan selama bertahun-tahun yang akan datang.

Akibatnya, kata para ilmuwan, orang bisa berharap untuk terus mengambil tindakan seperti rutin memakai masker dan menghindari tempat keramaian selama lonjakan Covid-19. “Terutama bagi orang yang berisiko tinggi,” kata para ilmuwan itu.

Peter Ben Embarek, anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang bertugas menyelidiki asal-usul penyakit virus corona (Covid-19) mengunjungi pasar makanan laut Huanan di Wuhan, provinsi Hubei, Cina, Ahad, 31 Januari 2021. Kunjungan ini dijaga ketat oleh para petugas keamanan. REUTERS/Thomas Peter

Beberapa ilmuwan, termasuk Murray, mengakui bahwa pandangannya bisa membaik. Vaksin baru, yang telah dikembangkan dengan kecepatan tinggi, masih--tampaknya--mampu mencegah rawat inap dan kematian, bahkan ketika varian baru menjadi penyebab infeksi.

Baca juga:
Pemerintah Diminta Serius Antisipasi Sebaran Varian Baru Virus Corona

Banyak pengembang vaksin sedang mengerjakan suntikan penguat dan inokulasi baru yang dapat mempertahankan tingkat kemanjuran yang tinggi terhadap varian baru virus corona itu. Namun, para ilmuwan juga mengatakan masih banyak yang harus dipelajari tentang kemampuan sistem kekebalan untuk memerangi virus.

<!--more-->

Berdasarkan data yang ada, tingkat infeksi penyakit virus corona 2019 alias Covid-19 telah menurun di banyak negara sejak awal 2021. Dengan beberapa penurunan dramatis pada penyakit parah dan rawat inap di antara kelompok orang pertama yang divaksinasi.

Murray memperingatkan, jika varian Afrika Selatan, atau mutan serupa, terus menyebar dengan cepat, jumlah kasus Covid-19 yang mengakibatkan rawat inap atau kematian pada musim dingin mendatang bisa empat kali lebih tinggi daripada flu. Perkiraan kasarnya, 65 persen vaksin efektif diberikan kepada setengah dari populasi suatu negara.

“Dalam skenario terburuk, itu bisa mewakili sebanyak 200.000 kematian di Amerika terkait Covid-19 selama periode musim dingin. Ini berdasarkan perkiraan pemerintah federal tentang kematian akibat flu tahunan,” kata Murray menuturkan.

Perkiraan institutnya, hingga 1 Juni 2021 akan ada tambahan 62.000 kematian di Amerika dan 690.000 kematian global akibat Covid-19. Model tersebut mencakup asumsi tentang tingkat vaksinasi serta penularan varian virus corona Afrika Selatan dan Brasil.

Pergeseran pemikiran di kalangan ilmuwan telah mempengaruhi pernyataan pemerintah yang lebih berhati-hati tentang kapan pandemi akan berakhir. Inggris pekan lalu sebatas memperkirakan infeksi yang melambat karena lockdown yang diklaim paling ketat di dunia, meskipun mereka memiliki salah satu program vaksinasi tercepat di dunia.

Di tempat lain, prediksi pemerintah Amerika untuk kembali ke kehidupan normal telah berulang kali didorong mundur. Paling baru adalah mundur dari akhir musim panas hingga Natal, kemudian hingga Maret 2022.

Israel mengeluarkan dokumen kekebalan "Green Pass" kepada orang- yang telah pulih dari Covid-19 atau pernah divaksinasi, dan memungkinkan mereka kembali ke hotel atau teater. Namun, dokumen tersebut hanya berlaku selama enam bulan karena tidak jelas berapa lama kekebalan akan bertahan.

Ahli epidemiologi dari Johns Hopkins School of Public Health, Stefan Baral, menyebut fase darurat pandemi sudah terlewati jika rumah sakit dan ruang ICU sudah tidak lagi penuh. "Dan orang tidak meninggal secara tragis,” katanya.

Baca juga:
Efikasi Vaksin Covid-19 Drop Lawan Virus Baru dari Afrika Selatan

Para ilmuwan terkemuka sejak awal memperingatkan bahwa virus corona Covid-19 dapat menjadi endemik, bahkan mungkin tidak akan pernah hilang. Hal itu juga disampaikan oleh Michael Ryan, Kepala Program Darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

REUTERS

Berita terkait

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

1 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

2 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Ditemukan Kuburan Massal di Khan Younis Gaza, Afrika Selatan Serukan Investigasi

3 hari lalu

Ditemukan Kuburan Massal di Khan Younis Gaza, Afrika Selatan Serukan Investigasi

Afrika Selatan menyerukan pada komunitas internasional agar dilakukan investigasi yang menyeluruh terkait temuan kuburan massal di Gaza

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

3 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

3 hari lalu

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

Empat jenis vaksin sangat penting bagi jemaah haji, terutama yang masuk populasi berisiko tinggi seperti lansia dan pemilik komorbid.

Baca Selengkapnya

Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

5 hari lalu

Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

Riset menyatakan bahwa preferensi konsumen belanja offline setelah masa pandemi mengalami kenaikan hingga lebih dari 2 kali lipat.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

7 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

10 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

10 hari lalu

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

16 hari lalu

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.

Baca Selengkapnya