TEMPO.CO, Yogyakarta - Pakar Genetika Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Gunadi, meminta pemerintah mengantisipasi penyebaran varian baru virus corona B.1.1.7 asal Inggris. Varian pemilik mutasi yang memampukannya menginfeksi sel lebih mudah ini diketahui sudah ditemukan dalam sampel kasus Covid-19 di Indonesia.
Gunadi mendorong pemerintah melalui Satgas Covid-19 melakukan contact tracing dengan tepat dan cepat. Terutama pasien dari perjalanan luar negeri.
“Pemerintah juga perlu meningkatkan surveilans genomik serta membatasi mobilitas warga yang tidak perlu,” kata Gunadi yang juga Ketua Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM itu dalam keterangan kepada wartawan, Kamis 4 Maret 2021.
Gunadi menuturkan, hingga saat ini belum ada laporan riset yang menunjukkan bahwa mutasi varian Corona B.1.1.7 berpengaruh pada derajat keparahan gejala pasien yang terpapar. Dia merujuk kepada data riset terakhir yakni awal Desember 2020. Sedang potensinya meningkatkan risiko gejala berat pasien masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Sebelumnya, varian baru virus corona B.1.1.7 dinyatakan telah terdeteksi masuk ke Indonesia dengan penemuan dua kasus pada dua pekerja migran yang baru pulang ke tanah air. Meski begitu Gunadi meminta masyarakat tidak khawatir, termasuk terhadap info varian baru ini kebal dari vaksin.
”Info itu tidak benar, data riset menunjukkan bahwa varian ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efikasi vaksin yang sudah beredar, Pfizer, Moderna, AstraZeneca, maupun Sinovac,” kata dia.
Baca juga:
Diminta WHO, Uji Vaksin Sinovac di Bandung Diperpanjang 6 Bulan Lagi
Yang terpenting, Gunadi menambahkan, agar tidak terinfeksi varian baru virus corona adalah tetap menjaga protokol kesehatan secara ketat. "Selalu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak dengan menghindari kerumunan,” kata dia.