Efek KIPI Vaksin AstraZeneca Lebih Keras, Efektivitas Lebih Tinggi?

Kamis, 10 Juni 2021 19:29 WIB

Petugas medis menyuntikkan vaksin Covid-19 AstraZeneca pada warga di Rusun Rawa Bebek, Pulo Gebang, Jakarta Timur, Kamis, 10 Juni 2021. Permohonan untuk vaksinasi bagi warga 18 tahun ke atas sudah disetujui Kementerian Kesehatan. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Efek Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dari vaksin AstraZeneca dikabarkan lebih keras daripada Sinovac. Lalu, apakah efek KIPI yang lebih keras membuat vaksin AstraZeneca memiliki efektivitas lebih tinggi?

Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Ari Fahrial Syam menjelaskan bahwa efek KIPI yang lebih keras tidak bisa menjadi acuan apakah efektivitas vaksin lebih tinggi.

“Enggak begitu, kita tidak bisa bilang korelasi antara efek KIPI dan efektivitas vaksin,” ujar dia melalui sambungan telepon, Kamis sore, 10 Juni 2021.

Jika dilihat dari pengujian yang ada, kata Ari yang juga Dekan FKUI itu, memang AstraZeneca memiliki efektivitas yang lebih tinggi dibanding Sinovac. Namun, pengujian AstraZeneca menggunakan sampel dari luar negeri, sementara Sinovac dari Indonesia.

“Jadi kalau bicara efektivitas harus head to head, harus sama-sama diuji di Indonesia, sampelnya orang Indonesia. Jadi kita tidak bisa bilang efektivitas AstraZeneca lebih tinggi, karena sampelnya kan dari luar,” tutur dia.

Advertising
Advertising

Ari, peraih gelar master biologi molekuler di University of Queensland Australia itu juga menambahkan bahwa sejak awal dirinya sudah menyarankan agar vaksin yang akan digunakan di Indonesia harus diuji klinis dengan sampel orang Indonesia. “Tapi ya meskipun efek KIPI AstraZeneca lebih keras, secara umum tidak mengkhawatirkan, jadi tidak masalah,” katanya.

Dihubungi terpisah, Ahli Patologi Klinis dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Tonang Dwi Aryanto, menjelaskan, sebenarnya respons masing-masing orang terhadap vaksinasi memang berbeda-beda kekuatannya “Jadi berat ringannya gejala tidak bisa menjadi ukuran mutlak,” ujar dia kepada Tempo, Kamis.

Sinovac dibuat dari inactivated whole—virus utuh yang sudah dimatikan. Dengan kondisi itu, tersisa sifat perangsang imun terutama pada yang paling dominan, protein S. Dengan kondisi ini, respons imun yang timbul relatif lebih lemah daripada produk AstraZeneca.

Sementara, AstraZeneca dibuat dengan teknologi yang lebih kompleks. Ada bagian dari virus Covid-19—sebagian kecil saja, dengan membersihkan dulu dari bagian-bagian lain, ditanamkan dalam vektor (virus pembawa). Maka tubuh penerima vaksin harus merespons dua benda asing sekaligus, vaksin yang dibawa dan virus pembawanya.

AstraZeneca menggunakan virus pembawa yang bukan biasa menginfeksi manusia, melainkan benda asing yang harus direspon sistem imun pasien vaksinasi. Dengan metode yang lebih kompleks itu, kata Tonang, diharapkan efektivitas vaksin lebih tinggi, walau konsekuensinya, respons tubuh cenderung lebih kuat. Akibatnya gejalanya juga lebih terasa.

Tapi, Tonang yang juga seorang epidemiolog itu berujar, tidak juga harus diartikan bahwa kalau tidak ada gejala, berarti responsnya tidak kuat atau bahkan tidak ada, karena semua kembali kepada kekuatan tubuh masing-masing. “Respons dalam tubuh mungkin kuat, tapi tidak sampai timbul gejala signifikan karena tubuh kita kuat.”

Minimalnya, dosen ilmu patologi klinik di UNS itu berharap bisa lebih menggambarkan mengapa yang menerima AstraZeneca, cenderung merasakan efek yang lebih kuat dalam bentuk gejala lebih signifikan, daripada produk Sinovac.

Untuk saat ini, menurut Tonang, apapun adanya, sudah mendapat vaksin saja harus bersyukur sambil tetap waspada dan memantau, semoga hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. “Sambil juga menyimak data-data yang terkumpul. Di luar sana, masih jauh lebih banyak lagi yang bahkan belum mendapat kesempatan divaksinasi,” katanya.

Baca:
Beda Efek KIPI Vaksin AstraZeneca dan Sinovac, Apa Kata Pakar?

Berita terkait

Alasan Sosiolog Unair Sebut Penarikan Vaksin AstraZeneca Bisa Memicu Kecemasan Publik

3 jam lalu

Alasan Sosiolog Unair Sebut Penarikan Vaksin AstraZeneca Bisa Memicu Kecemasan Publik

Peneliti Unair menilai penarikan vaksin AstraZeneca dari pasar akan memicu pro dan kontra. Masyarakat bisa ragu terhadap program vaksinasi nasional.

Baca Selengkapnya

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

13 jam lalu

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

Tim peneliti di Pusat Studi HAM Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin mengkaji proses Ibu Kota Negara (IKN): sama saja dengan PSN lainnya.

Baca Selengkapnya

Guru Besar Unair Ungkap Pentingnya Deteksi Dini Pendengaran pada Bayi

1 hari lalu

Guru Besar Unair Ungkap Pentingnya Deteksi Dini Pendengaran pada Bayi

Deteksi dini pada bayi baru lahir bisa menggunakan alat bernama auditory brainstem response (ABR).

Baca Selengkapnya

Pengukuhan Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

3 hari lalu

Pengukuhan Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

UGM mengukuhkan Edi Suharyadi sebagai guru besar aktif FMIPA UGM ke-42.Ini profil dan pidato pengukuhannya soal perkembangan riset bidang nanomaterial

Baca Selengkapnya

4 Vaksin Wajib Bagi Jamaah Haji 2024, Dua Jamaah dari Provinsi Ini Ada Tambahan Vaksin Polio

4 hari lalu

4 Vaksin Wajib Bagi Jamaah Haji 2024, Dua Jamaah dari Provinsi Ini Ada Tambahan Vaksin Polio

Jamaah Haji 2024 wajib menerima 3 vaksin, namun khusus jamaah dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, ada penambahan vaksin polio.

Baca Selengkapnya

UIN Jakarta Jadi Kampus Islam Negeri dengan Guru Besar Terbanyak, Berapa Jumlahnya?

4 hari lalu

UIN Jakarta Jadi Kampus Islam Negeri dengan Guru Besar Terbanyak, Berapa Jumlahnya?

UIN Jakarta jadi PTKIN dengan guru besar terbanyak.

Baca Selengkapnya

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

5 hari lalu

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

Epidemiolog menilai penarikan stok vaksin AstraZeneca dari pasar global tak berpengaruh terhadap penanganan Covid-19 saat ini.

Baca Selengkapnya

Guru Besar Hukum UI: Presiden Indonesia Paling Besar Kekuasaannya di Bidang Legislatif

5 hari lalu

Guru Besar Hukum UI: Presiden Indonesia Paling Besar Kekuasaannya di Bidang Legislatif

Presiden Indonesia ikut dalam semua aktivitas legislasi mulai dari perencanaan, pengusulan, pembahasan, persetujuan hingga pengundangan.

Baca Selengkapnya

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

5 hari lalu

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

Perusahaan farmasi AstraZeneca telah memutuskan menarik stok vaksin Vaxzefria dari seluruh dunia. Waktunya bareng dengan sidang gugatan.

Baca Selengkapnya

Kukuhkan 7 Profesor Bidang Ilmu-Ilmu Syariah, UIN Jakarta Jadi PTKIN dengan Guru Besar Terbanyak

5 hari lalu

Kukuhkan 7 Profesor Bidang Ilmu-Ilmu Syariah, UIN Jakarta Jadi PTKIN dengan Guru Besar Terbanyak

Guru besar yang baru dikukuhkan di UIN Jakarta diharapkan turut menjadi bagian penting pengembangan akademik kampus.

Baca Selengkapnya