Tim Peneliti Klaim Vaksin Nusantara Diminati di Negara Lain

Minggu, 20 Juni 2021 18:35 WIB

Politikus senior Partai Golkar Aburizal Bakrie menerima penyuntikan vaksin sel dendritik SARS-CoV-2 atau Vaksin Nusantara di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, Jumat, 16 April 2021. Penyuntikan dilakukan langsung oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Foto: Istimewa.

TEMPO.CO, Jakarta - Belum selesai uji klinis dan memicu kontroversi di tanah air, terapi kekebalan tubuh melawan Covid-19 berbasis vaksin sel dendritis diklaim diminati masyarakat dari banyak negara. Vaksin Nusantara, nama yang dipakai untuk mempopulerkan terapi itu, dikembangkan oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto bersama tim peneliti di RSPAD Gatot Soebroto.

Dokter yang juga peneliti utama dalam riset uji klinis Vaksin Nusantara, Kolonel Jonny, menyebut ketertarikan datang dari beberapa negara tetangga di Asia Tenggara. Tapi tim belum bisa melayaninya karena uji klinis belum memasuki fase final--terhambat isi nota kesepahaman antara Kementerian Kesehatan, BPOM, dan TNI AD yang membatasi terapi bukan sebagai vaksin yang bersifat massal.

"Sudah banyak yang tertarik. Filipina sudah mau, Malaysia sudah mau, bahkan Singapura sendiri sudah mau," ujar Jonny melalui sambungan telepon, Jumat malam, 18 Juni 2021.

Vaksin sel dendritik untuk SARS-CoV-2 dikembangkan dari teknik terapi kanker. Perbedaan vaksin ini dari vaksin umumnya terletak pada motor aktivitasnya yang tidak menggunakan antigen (virus inaktif atau subunit protein si virus). Vaksin Nusantara memanfaatkan sel dendritik yang dipanen dari darah, tapi bisa diambil juga dari sumsum tulang, si pasien yang akan disuntikkan vaksin.

Sel dendritik disebutkan mampu menangkap antigen-antigen asing yang masuk ke tubuh, lalu bergerak ke area T Sel dari organ limfoid untuk menemukan klon yang tepat dan memulai respons imunitas. Artinya, penerapan vaksinnya bersifat individual. "Karena sifatnya individu, kami lagi merencanakan biar orang luar negeri itu datang ke Indonesia," kat Jonny.

Sambil jalani terapi Vaksin Nusantara, Jonny berangan, mereka datang berwisata ke daerah-daerah di Indonesia. "Sebelum pulang ke negaranya disuntikkan vaksinnya, ya itu maunya kami supaya mendatangkan devisa buat negara juga," tutur Jonny yang merupakan dokter spesialis penyakit dalam ginjal-hipertensi itu.

Terpisah Guru Besar Biologi Molekuler dari Universitas Airlangga (Unair), Chairul Anwar Nidom, mengaku sempat mengikuti pertemuan dengan tim peneliti vaksin Nusantara di RSPAD Gatot Soebroto, pada Selasa, 8 Juni 2021 lalu. Dia bertemu di antaranya dengan Terawan dan chief scientific officer dari Aivita Biomedica—pengembang vaksin Covid-19 berbasis sel dendritik di Amerika Serikat—Gabriel Nistor.

"Saya satu-satunya akademisi yang tidak termasuk tim peneliti ikut hadir dalam pertemuan itu," kata Nidom.

Dalam pertemuan yang berlangsung selama kurang lebih satu jam itu, profesor di Fakultas Kedokteran Hewan Unair itu, juga mendengar ada satu negara di Eropa yang tertarik dengan Vaksin Nusantara. "Jumlahnya fantastis, sekitar 5 juta dosis," kata Nidom, tanpa menyebutkan nama negaranya.

Ketika dikonfirmasi, Jonny menerangkan, belum mengetahui negara eropa mana yang ikut meminati Vaksin Nusantara itu. "Tapi memang peminatnya sudah banyak," kata Jonny menambahkan.

Advertising
Advertising

Baca juga:
Covid-19 Varian Delta Tebar Risiko Rawat Inap, Jika Belum Divaksin

Berita terkait

Unair Buka 1.200 Kuota Penerima KIP Kuliah 2024

17 jam lalu

Unair Buka 1.200 Kuota Penerima KIP Kuliah 2024

Unair menerima kuota KIP Kuliah sebanyak 660 mahasiswa pada 2023.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Farmasi Unair Raih Juara Pertama Kompetisi Internasional Se-Asia Pasifik

20 jam lalu

Mahasiswa Farmasi Unair Raih Juara Pertama Kompetisi Internasional Se-Asia Pasifik

Keempat mahasiswa Unair itu diumumkan menjadi juara pertama dalam kompetisi Industrial Skills Event (ISE).

Baca Selengkapnya

Unair Buka Pendaftaran Mahasiswa Baru Jalur Mandiri, Ini Besaran UKT dan IPI

22 jam lalu

Unair Buka Pendaftaran Mahasiswa Baru Jalur Mandiri, Ini Besaran UKT dan IPI

Universitas Airlangga (Unair) membuka pendaftaran penerimaan mahasiswa baru 2024 jalur seleksi mandiri.

Baca Selengkapnya

Fenomena Flexing Mahasiswa KIP Kuliah di Media Sosial, Ini Kata Dosen Unair

1 hari lalu

Fenomena Flexing Mahasiswa KIP Kuliah di Media Sosial, Ini Kata Dosen Unair

Banyak yang mempertanyakan kelayakan mahasiswa tersebut sebagai penerima bantuan biaya KIP Kuliah.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

2 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Kenaikan UKT di ITB dan Temuan Senyawa Penghambat Kanker Mengisi Top 3 Tekno Hari Ini

4 hari lalu

Kenaikan UKT di ITB dan Temuan Senyawa Penghambat Kanker Mengisi Top 3 Tekno Hari Ini

Kenaikan UKT bagi mahasiswa angkatan 2024 di ITB memuncaki Top 3 Tekno Tempo hari ini, Sabtu, 4 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

4 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

4 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

4 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

5 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya