Tentang Covid-19 varian Lambda yang Menyedot Perhatian di Amerika Latin

Jumat, 9 Juli 2021 09:42 WIB

ilustrasi - Dokter memegang botol ampul kaca mengandung sel molekul virus corona Covid-19 asal Inggris yang telah mengalami mutasi RNA menjadi varian baru. (ANTARA/Shutterstock/pri.)

TEMPO.CO, Jakarta - Ketika banyak negara bergulat dengan Covid-19 varian Delta, ada varian lain yang juga telah mulai menyita perhatian yaitu varian Lambda. Varian ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat di Amerika Latin karena serangkaian mutasinya yang diduga tidak biasa.

Meskipun Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) belum melacak varian ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendaftarkannya sebagai Variant of Interest pada 15 Juni lalu. Sementara Inggris menambahkannya ke daftar varian yang sedang diselidiki tersebut pada 23 Juni.

Penasihat penyakit virus baru di Pan-American Health Organization, Jairo Méndez Rico, menjelaskan, saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa varian Lambda lebih agresif daripada varian lain. “Mungkin saja tingkat penularannya lebih tinggi, tapi lebih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan untuk memastikan itu," ujar dia, seperti dikutip Financial Times, Kamis 8 Juli 2021.

Menurut WHO, varian Lambda pertama kali diidentifikasi di Peru pada Agustus 2020 dan kini telah menyebar ke sedikitnya 29 negara. Varian ini paling dominan di Peru, menjadi 81 persen dari semua kasus baru di negara itu sepanjang Mei-Juni lalu.

Sementara sistem pelaporan varian Covid-19 global GISAID menyebutkan setidaknya sudah ada 563 kasus infeksi varian ini di Amerika Serikat. Para peneliti di University of Nevada, Las Vegas, misalnya, mendeteksi varian Lambda di air limbah yang menunjukkan bahwa varian itu sudah menyebar di masyarakatnya.

Advertising
Advertising

Jeff Barrett, Direktur Inisiatif Genomik Covid-19 di Wellcome Sanger Institute, Inggris, Covid-19 varian Lambda membawa kombinasi mutasi yang tidak biasa dengan potensi mengubah kemampuannya untuk menular atau menolak vaksinasi. Dia mengutip hasil studi dari University of Chile--belum peer review--yang menemukan bahwa varian itu lebih menular daripada varian Alpha.

Namun, penelitian ini baru sebatas dilakukan di laboratorium. “Sulit untuk menilai seberapa jauh lebih menular varian Lambda dalam dunia nyata karena fasilitas pengurutan genetik di Amerika Selatan jarang,” tutur Barrett.

Menurut WHO, mutasi yang dibawa oleh suatu varian secara teoritis dapat meningkatkan ketahanannya terhadap perlindungan yang diberikan oleh vaksin. Untungnya, studi dari NYU Grossman School of Medicine menawarkan lebih banyak bukti bahwa vaksin yang ada saat ini masih efektif melawan varian Lambda.

Petugas pemakaman menggunakan pakaian pelindung saat menata peti mati jenazah korban virus corona atau COVID-19 di Lima, Peru, 9 Mei 2020. REUTERS/Sebastian Castaneda

Faheem Younus, kepala bagian penyakit menular di School of Medicine di University of Maryland, AS, berpendapat kekhawatiran tentang varian Lambda adalah hal yang berlebihan. "Ini Variant of Interest, bukan Variant of Concern,” cuit dia akun Twitter-nya, Kamis.

Varian tertentu ditetapkan Variant of Concern jika semakin banyak bukti untuk kemampuannya menular lebih cepat, mengelak dari vaksin, dan menyebabkan sakit yang lebih parah dibandingkan Covid-19 varian awal saat pandemi merebak tahun lalu.

BUSINESS INSIDER | FINANCIAL TIMES

Baca juga:
Hadapi 15 Varian Sekaligus, Vaksin Covid-19 Ini Hanya Capai Efikasi 48 Persen

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

18 jam lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

1 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

2 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

2 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

3 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

3 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

3 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

4 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya