4 Ahli Politik, Kimia dan Penginderaan Jauh Dikukuhkan Jadi Profesor Riset

Kamis, 23 Desember 2021 10:56 WIB

Tangkapan layar pengukuhan Muhammad Rokhis Khomaruddin, peneliti utama dari Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa, BRIN, sebagai profesor riset pada Kamis 23 Desember 2021. Seluruhnya ada empat profesor yang dikukuhkan. Tiga lainnya dari bidang politik dan kimia.

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak empat peneliti utama di lingkungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendapat pengukuhan sebagai profesor riset pada Kamis pagi ini, 23 Desember 2021. Keempatnya berasal dari bidang ilmu politik sebagai dua peneliti dan lainnya dari bidang kimia dan teknologi penginderaan jauh.

Keempat profesor riset yang dikukuhkan tersebut yakni Irtanto dari Balitbangda Provinsi Jawa Timur, Agus Haryono dari Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik, Siswanto dari Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Humaniora, dan Muhammad Rokhis Khomaruddin dari Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa.

Kepada mereka, Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, berpesan agar membina para periset di bawahnya untuk dapat bekerja lebih baik sehingga penelitian yang dilakukan dapat memberikan hasil maksimal bagi masyarakat. "Dengan demikian di masa mendatang, kualitas SDM iptek BRIN terus meningkat dan mampu bersaing di tingkat global," katanya dalam keterangan tertulis.

Dalam orasi ilmiah yang disiarkan pula secara online, Irtanto menjelaskan perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi telah melahirkan otonomi daerah. Otonomi daerah diharapkan dapat memelihara hubungan yang serasi, baik antara pusat dan daerah maupun antardaerah sehingga dapat meningkatkan pembangunan daerah dan kinerja birokrasi pelayanan publik.

Advertising
Advertising

“Namun, dalam pelaksanaannya, otonomi daerah justru menimbulkan berbagai konflik antar daerah otonom kabupaten/kota dan bahkan konflik internal kepala daerah dan wakilnya,” kata Irtanto.

Menurut Irtanto, Konflik dalam otonomi daerah perlu direspons dengan penyelesaian konflik dan perlu dikonstruksi demi masa depan kelangsungan pemerintahan daerah. Penanganan konflik perlu melibatkan pihak yang berkonflik dengan mempertimbangkan win-win solution (menang-menang) untuk mengakomodasi semua kepentingan.

Agus Haryono , dalam orasinya, menjelaskan isu permasalahan sampah yang timbul akibat dari pemakaian plastik yang tidak ramah lingkungan. Fenomena mikroplastik yang mencemari lautan Indonesia mengakibatkan juga cemaran terhadap biota laut yang bersifat karsinogen menjadikan bukti pentingnya pengembangan kemasan ramah lingkungan.

Menurutnya, minyak kelapa sawit dan biomassa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku biopolimer, biokomposit, dan bioaditif. "Melalui proses modifikasi struktur makromolekul yang tepat, aplikasi menjadi optimal pada kemasan, dan pelapis yang ramah lingkungan,” kata Agus.

Sifat termal, sifat mekanik, dan sifat biodegradasi pada biopolimer sawit disebutnya dapat dikontrol secara optimum menjadi material yang berkinerja tinggi. Dengan berbasis riset dan inovasi, minyak kelapa sawit dapat diolah menjadi bahan baku polimer yang ramah lingkungan.

Siswanto menyampaikan orasi masalah perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam sengketa Irian Barat dari pasif netral menjadi aktif mediasi. Perubahan disebutnya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

“Faktor internal adalah rekomendasi para elite dan pergantian pejabat di era Presiden Kennedy. Faktor eksternal adalah meningkatnya eskalasi konflik Irian Barat pada awal tahun 1962 sehingga berpotensi menjadi perang terbuka dan masuknya pengaruh Uni Soviet ke Indonesia,” kata Siswanto.

Muhammad Rokhis Khomaruddin menyampaikan orasi tentang deteksi permasalahan lingkungan, difokuskan pada pemanfaatan data penginderaan jauh yang selanjutnya dapat digunakan untuk mitigasi bencana. Ini seperti yang, menurutnya, telah berhasil diterapkan untuk DKI Jakarta dengan performa baik.

“Hasil model simulasi berbasis penginderaan jauh tidak hanya dapat memperkirakan potensi bencana di masa mendatang, tetapi dapat juga memperkirakan penyebab terjadi bencana dan memperkirakan potensi jumlah korban jiwa terhadap suatu bencana," kata Rokhis.

Dengan dikukuhkannya keempat profesor riset tersebut menambah jumlah profesor pada tingkat nasional menjadi 7.833 orang.

Baca juga:
Hari Ibu, Peneliti BRIN Curhat Bawa Bayi saat Riset ke Lapangan


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

23 jam lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

2 hari lalu

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

BRIN terus berupaya menemukan metode yang paling baru, efektif, dan efisien dalam proses pemurnian protein.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

2 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

3 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

3 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

3 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

4 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Kisruh Rumah Dinas Puspiptek, Pensiunan Peneliti Pernah Laporkan BRIN ke Kejaksaan Agung

5 hari lalu

Kisruh Rumah Dinas Puspiptek, Pensiunan Peneliti Pernah Laporkan BRIN ke Kejaksaan Agung

Penghuni rumah dinas Psupiptek Serpong mengaku pernah melaporkan BRIN ke Kejaksaan Agung atas dugaan penyalahgunaan aset negara

Baca Selengkapnya

Pensiunan Puspitek Sebut Permintaan Pengosongan Rumah Dinas Sudah Ada Sejak 2017, Namun Batal

5 hari lalu

Pensiunan Puspitek Sebut Permintaan Pengosongan Rumah Dinas Sudah Ada Sejak 2017, Namun Batal

Pensiunan Puspitek menyatakan Menristek saat itu, BJ Habibie, menyiapkan rumah dinas itu bagi para peneliti yang ditarik dari berbagai daerah.

Baca Selengkapnya