Kapsul Bunuh Diri Futuristis Ini Akan Digunakan Pertama di Swiss

Selasa, 4 Januari 2022 17:26 WIB

Ilustrasi Kapsul Bunuh Diri Sarco. Dok.EXIT INTERNATIONAL

TEMPO.CO, Jakarta - Exit International, sebuah lembaga nirlaba yang berbasis di Winnellie, Australia, mendesain apa yang disebut kapsul bunuh diri Sarco, kependekan dari sarkofagus. Lembaga ini meng-advokasi legalisasi baik eutanasia sukarela maupun bunuh diri dengan bantuan (biasanya dibantu dokter).

Belum lama ini kapsul Sarco mengantongi lampu hijau dari badan kajian medis Swiss untuk digunakan di negara itu. “Dia memiliki penampilan yang futuristik seperti sebuah wahana yang akan membawa kita berpetualang ke suatu tempat,” kata Philip Nitschke, pendiri Exit International, pada awal Desember 2021. Dia menambahkan, “Kapsul ini menambahkan sensasi selebrasi dan perayaan kepada kematian seseorang.”

Kapsul bunuh diri Sarco bekerja seperti ini: ketika orang di dalamnya menekan tombol ‘teleportasi kematian’, sebuah kaleng berisi nitrogen cair yang tersembunyi di dasar kapsul akan membanjiri seisi kapsul itu dengan gas nitrogen, menyebabkan level oksigen drop hingga kurang dari lima persen dalam semenit.

Berbeda dari cara kerja kamar gas, di mana orang di dalamnya menghirup gas beracun (seperti hidrogen sianida atau Zyklon B), gas nitrogen tidaklah beracun dan tidak berbau. Bahkan, faktanya, nitrogen ada berlimpah (78 persen) dalam udara yang kita hirup. Begitu gas nitrogen murni terhirup, ini kondusif untuk merasakan disorientasi dan sedikit euforia, mirip dengan bagaimana rasanya berada dalam kabin pesawat yang tekanan udaranya tiba-tiba merosot.

Pada akhirnya, kematian datang dengan menipisnya oksigen dan berlebihnya karbon dioksida dalam darah dalam maksimal 10 menit. Kapsul Sarco yang bisa didaur ulang, karena terbuat dari material dasar kayu, kemudian bisa diangkat untuk dijadikan peti jenazah dan ditempatkan dimanapun diinginkan.

Advertising
Advertising

Ada tiga kapsul bunuh diri Sarco di dunia saat ini. Pertama di antara koleksi Museum Kultur Pemakaman Jerman di Kassel. Yang kedua ada di laboratorium Exit International di Belanda. Di Belanda pula, di Rotterdam, perusahaan itu tengah mencetak dengan teknik 3D untuk kapsul yang ketiga.

“Yang ada di Jerman itu biru. Satu di laboratorium saya memiliki warna material cetak, dan satu yang sedang dicetak kemungkinan ungu,” kata Nitschke.

Exit International akan segera mengapalkan kapsul ungu itu ke Swiss di mana orang pertama yang menginginkan meninggal di dalamnya telah menunggu. “Ungu adalah warna yang bermartabat,” kata Nitschke. Dia dan timnya mengaku khawatir apakah membuat kapsul itu terlalu mencolok. “Tapi saya memang tidak berpikir kematian seseorang harus tidak menarik,” katanya.

Bunuh diri dengan pendampingan, asalkan dengan motif yang dinilai tidak egois, telah dilegalkan di Swiss sejak 1942. Pada 2020, sekitar 1.300 warganya berdatangan ke tempat-tempat yang melayani eutanasia untuk mengakhiri hidup.

Berdasarkan perundang-undangaan di Swiss, psikiater adalah ahli yang harus memutuskan apakah seseorang memiliki kapasitas mental untuk menempuh bunuh diri dengan pendampingan itu atau tidak. “Psikiater hadir dengan prasangka dan penilaian mereka sendiri,” kata Nitschke.

Untuk mendukung setiap keputusan tersebut, Nitschke dan timnya juga mengembangkan program kecerdasaan buatan, dengan maksud mengeliminasi variabilitas dan bias. Sekalipun metode dengan AI itu tak disukai ahli seperti John Hooker, profesor bidang tanggung jawab sosial dan etika bisnis dan riset di Carnegie Mellon University di Pittsburgh, Amerika Serikat. Menurutnya, metode AI tak berkecukupan untuk bisa memahami alam pikiran seseorang dan berkomunikasi cukup dalam.

“Ini tidak cukup dengan hanya menentukan respons yang tepat atas pertanyaan-pertanyaan. Anda harus memastikan bahwa seseorang berada dalam pemikirannya yang tepat, dan memiliki daya nalar atau penjelasan atau justifikasi yang tinggi dan koheren,” kata Hooker.

Meski ada perdebatan soal etik yang panjang, Nitschke mengatakan, kapsul Sarco adalah cara paling humanis untuk diterapkan di negara seperti Amerika Serikat. Alasannya, tak butuh jarum untuk menyuntikkan obat ke aliran dalam tubuh, “Juga tak perlu memaksakan menelan obat yang bisa bikin muntah, seperti yang kerap terjadi di beberapa klinik eutanasia di Swiss.”

Bagaimana jika seseorang berubah pikiran begitu berada dalam kapsul bunuh diri? “Mereka tinggal tak perlu menekan tombol,” kata Nitschke. Kapsul, kata dia, tak terkunci sehingga orang di dalamnya bisa sewaktu-waktu bangkit ke luar. Sebaliknya, seketika setelah tombol gas nitrogen ditekan, tak ada waktu untuk menyesal karena kurang dari semenit orang di dalamnya langsung tak sadarkan diri.

POPULAR MECHANICS

Catatan Redaksi:
Jangan remehkan depresi. Untuk bantuan krisis kejiwaan atau tindak pencegahan bunuh diri di Indonesia, bisa menghubungi : Yayasan Pulih (021) 78842580


Baca juga:

Studi: Badai Bersemi lebih Banyak di Masa Depan


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Tim SAR Belum Temukan Pria yang Loncat dari Jembatan Barelang Batam, Sempat Telepon Pacar

4 hari lalu

Tim SAR Belum Temukan Pria yang Loncat dari Jembatan Barelang Batam, Sempat Telepon Pacar

Pria itu diduga melompat setelah meminjam handphone seorang pengunjung Jembatan Barelang. Kota Batam.

Baca Selengkapnya

AFC Nobatkan Rafael Struick Bintang Masa Depan Usai Piala Asia U-23 2024, Ini Profil Striker Timnas Indonesia

5 hari lalu

AFC Nobatkan Rafael Struick Bintang Masa Depan Usai Piala Asia U-23 2024, Ini Profil Striker Timnas Indonesia

Strikter Timnas Indonesia U-23, Rafael Struick raih penghargaan Bintang Masa Depan usai Piala Asia U-23. Kalahkan Ali Jasim dari Irak.

Baca Selengkapnya

Kasus Kematian Brigadir RAT, Beda Pernyataan Polda Sulawesi Utara dan Si Pengusaha Tambang

7 hari lalu

Kasus Kematian Brigadir RAT, Beda Pernyataan Polda Sulawesi Utara dan Si Pengusaha Tambang

Kematian Brigadir RAT masih menyisakan misteri. Untuk apa ia di Jakarta, padahal tugasnya di Manado? Kenapa beda keterangan Polda Sulut dan pengusaha?

Baca Selengkapnya

Bertemu Pemerintah Belanda, AMAN Kaltim Minta Pastikan Komitmen Lindungi Masyarakat Adat sebelum Investasi di IKN

7 hari lalu

Bertemu Pemerintah Belanda, AMAN Kaltim Minta Pastikan Komitmen Lindungi Masyarakat Adat sebelum Investasi di IKN

AMAN Kaltim meminta pemerintah Belanda memastikan komitmen pemerintah Indonesia melindungi masyarakat adat sebelum berinvestasi di proyek IKN Nusantara.

Baca Selengkapnya

Mengenal Navarone Foor, Pesepak Bola Belanda Keturunan Indonesia

8 hari lalu

Mengenal Navarone Foor, Pesepak Bola Belanda Keturunan Indonesia

Pada 2017, Navarone Foor pernah masuk dalam deretan nama incaran untuk naturalisasi

Baca Selengkapnya

8 Tanda-Tanda Perlu Konsultasi Kesehatan Mental ke Psikiater

8 hari lalu

8 Tanda-Tanda Perlu Konsultasi Kesehatan Mental ke Psikiater

Ketahui tanda-tanda kita perlu konsultasi kesehatan mental ke psikiater. Salah satunya adalah gangguan tidur kronis yang sering dialami.

Baca Selengkapnya

Jumlah Kematian Akibat Senjata Api di Amerika Serikat Capai Rekor Tertinggi

9 hari lalu

Jumlah Kematian Akibat Senjata Api di Amerika Serikat Capai Rekor Tertinggi

Amerika Serikat tengah menjadi sorotan pasca-penembakan terbaru di Buffalo dan legalisasi senjata api di Tennessee. Bagaimana fakta-faktanya?

Baca Selengkapnya

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

9 hari lalu

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Menlu Belgia Hadja Lahbib mengatakan negaranya akan mendukung resolusi yang mengakui Palestina sebagai anggota penuh PBB

Baca Selengkapnya

Tertarik Pengelolaan Air di Proyek IKN, Pemerintah Belanda Kumpulkan LSM-LSM

9 hari lalu

Tertarik Pengelolaan Air di Proyek IKN, Pemerintah Belanda Kumpulkan LSM-LSM

Pemerintah Belanda mengumpulkan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk meminta pandangan mereka tentang proyek Ibu Kota Nusantara (IKN).

Baca Selengkapnya

RI Minta Dukungan Belanda soal Perjanjian Bilateral Dagang dengan Uni Eropa

9 hari lalu

RI Minta Dukungan Belanda soal Perjanjian Bilateral Dagang dengan Uni Eropa

Pemerintah Indonesia dan Belanda sepakat membahas kelanjutan rencana perjanjian bilateral dagang RI-Uni Eropa (IEU-CEPA).

Baca Selengkapnya