Penggabungan Bintang Langka Diduga Ciptakan Bintang Aneh

Kamis, 17 Februari 2022 17:33 WIB

Ilustrasi dua bintang kerdil putih yang bergabung. (Nicole Reindl (CC BY 4.0))

TEMPO.CO, Jakarta - Para astronom dari Universitas Tübingen, Jerman, menemukan jenis bintang baru yang aneh. Berawal dari PG1654+322 dan PG1528+025, dua buah bintang yang berada di dalam galaksi kita, tetapi mereka berada di suatu tempat antara 10.000 dan 25.000 tahun cahaya dari Bumi.

Jika permukaan bintang normal terdiri dari hidrogen dan helium, maka bintang-bintang yang baru ditemukan ini ditutupi karbon dan oksigen dalam jumlah besar, yang merupakan produk sampingan dari fusi nuklir helium.

Para ahli melaporkan 'kelimpahan yang sangat tinggi' dari karbon dan oksigen - masing-masing menyumbang sekitar 20 persen komposisi permukaan untuk kedua bintang. Bintang yang tertutup karbon dan oksigen sebanyak ini biasanya telah menyelesaikan reaksi fusi nuklir yang berlangsung di intinya.

Namun, suhu dan diameter dari dua bintang yang baru ditemukan menunjukkan bahwa inti helium terus menyatu di dalamnya – sebuah temuan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Diperkirakan bahwa jenis bintang baru ini dibentuk oleh penggabungan dua bintang kerdil putih – sisa-sisa bintang yang sudah lama mati dan panas.

Penelitian yang dilakukan oleh tim astronom, yang dipimpin oleh Profesor Klaus Werner dari Universitas Tübingen, dan diterbitkan dalam makalah baru di Monthly Notices of the Royal Astronomical Society. Penelitian menggunakan teleskop binokular besar di Arizona

Advertising
Advertising

"Kami biasanya mengharapkan bintang dengan komposisi kimia permukaan bintang yang ditemukan telah menyelesaikan fusi helium di pusatnya dan berada pada tahap akhir menjadi kerdil putih," kata Profesor Werner. "Bintang-bintang baru ini merupakan tantangan berat bagi pemahaman kami tentang evolusi bintang."

Menurut tim, karbon dan oksigen normal di bintang tua yang menggabungkan helium, tetapi hanya di intinya. Jadi sangat tidak biasa melihat mereka dalam jumlah besar di permukaannya.

Untuk memahami arti penting dari penemuan ini, kita harus memahami proses 'pembakaran helium' yang terjadi di bintang-bintang. 'Pembakaran helium' mengacu pada fusi nuklir helium menjadi karbon dan oksigen. Itu terjadi setelah bintang tua dan telah mengkonsumsi semua hidrogen di intinya.

Untuk diketahui, siklus hidup khas bintang seperti Matahari kita dimulai dengan fusi nuklir hidrogen menjadi helium. Kemudian, jauh di dalam bintang, reaksi nuklir dimulai yang mengubah helium menjadi karbon dan oksigen.

Bintang 'mati' dalam perjalanan jutaan tahun dan menyusut menjadi 'kerdil putih' – bintang kecil yang sangat padat yang biasanya seukuran planet.

Bintang-bintang yang ditutupi dengan karbon dan oksigen, bukan hidrogen, dianggap karena dimulainya kembali fusi helium secara eksplosif, yang kemudian membawa abu yang terbakar - karbon dan oksigen - ke permukaan.

"Namun, peristiwa ini tidak dapat menjelaskan bintang-bintang yang baru ditemukan ini," kata Profesor Werner. "Mereka memiliki jari-jari yang lebih besar dan melakukan fusi helium secara damai di pusatnya."

Baca:
Banyak Bintang Kecil di Langit, Mana yang Terkecil?

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Samuel Sekuritas: IHSG Ditutup Melemah di Sesi I, Saham ASII Paling Aktif Diperdagangkan

1 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Ditutup Melemah di Sesi I, Saham ASII Paling Aktif Diperdagangkan

IHSG melemah di sesi pertama hari ini, menutup sesi di level 7,082.9 atau -0,22 persen.

Baca Selengkapnya

"Badai Geomagnetik Parah" Melanda Bumi, NOAA Beri Peringatan Dampaknya

4 hari lalu

"Badai Geomagnetik Parah" Melanda Bumi, NOAA Beri Peringatan Dampaknya

NOAA beri peringatan dampak badai geomagnetik parah yang melanda bumi. Bisa mengganggu komunikasi dan jaringan listrik.

Baca Selengkapnya

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

7 hari lalu

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.

Baca Selengkapnya

5 Hal yang Perlu Dipersiapkan untuk Pelihara Ikan di Akuarium Air Asin

15 hari lalu

5 Hal yang Perlu Dipersiapkan untuk Pelihara Ikan di Akuarium Air Asin

Akuarium air asin memerlukan salinitas, derajat keasaman, hingga perawatan tertentu agar zat kimia seperti amonia, nitrit, dan nitrat tidak masuk ke dalam airnya.

Baca Selengkapnya

8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

23 hari lalu

8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperingati Hari Bumi dengan aktivitas yang menghargai dan melindungi planet ini. Berikut di antaranya.

Baca Selengkapnya

Siang Ini Amerika dan Kanada Alami Gerhana Matahari Total, Begini Tahapan Terjadinya

37 hari lalu

Siang Ini Amerika dan Kanada Alami Gerhana Matahari Total, Begini Tahapan Terjadinya

Walaupun Indonesia tidak alami gerhana matahari total yang terjadi hari ini, tetapi ini merupakan fenomena menarik di dunia.

Baca Selengkapnya

Gerhana Matahari Total 8 April Akan Sebabkan Ledakan di Matahari, Ini Penjelasan BMKG

38 hari lalu

Gerhana Matahari Total 8 April Akan Sebabkan Ledakan di Matahari, Ini Penjelasan BMKG

Gerhana matahari total 8 April akan membuat ledakan-ledakan di matahari terlihat.

Baca Selengkapnya

Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

41 hari lalu

Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

Sistem yang disebut dengan kode astronomi TYC 2505-672-1 memecahkan rekor alam semesta untuk gerhana matahari terlama.

Baca Selengkapnya

Benarkah Bumi Akan Alami Kegelapan pada 8 April 2024?

47 hari lalu

Benarkah Bumi Akan Alami Kegelapan pada 8 April 2024?

Ahli Astronomi dan Astrofisika BRIN Thomas Djamaluddin mengatakan informasi yang menybut Bumi akan mengalami kegelapan pada 8 April 2024 tidak benar.

Baca Selengkapnya

Kalimantan Timur Jadi Penerima Pertama Dana Karbon FCPF di Asia Pasifik

47 hari lalu

Kalimantan Timur Jadi Penerima Pertama Dana Karbon FCPF di Asia Pasifik

Kalimantan Timur menjadi penerima dana karbon pertama Forest Carbon Partnership Facility di Asia Pasifik.

Baca Selengkapnya