Kalkulasi WHO: Pandemi 2020-2021 Sebabkan Hampir 15 Juta Kematian

Jumat, 6 Mei 2022 20:56 WIB

Mayat dipindahkan ke kontainer berpendingin di luar rumah duka, karena kamar mayat kehabisan ruang di tengah wabah COVID-19 di Hong Kong, Cina, 5 Maret 2022. Hong Kong melaporkan 37.529 infeksi virus corona baru pada hari Sabtu dan 150 kematian. REUTERS/Tyrone Siu

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam sebuah analisis besar yang dilakukannya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menghitung angka kematian terkait pandemi Covid-19 di dunia antara 1 Januari 2020 dan 31 Desember 2021. Tim penelitinya mengkombinasikan data kematian di setiap negara dengan statistik dari studi-studi ilmiah yang dilaksanakan di negara yang sama.

WHO juga menggunakan sebuah model statistik untuk kalkulasi angka kematian yang mungkin selama ini tak terhitung. Tim penelitinya kemudian mengestimasi jumlah kematian jika tak terjadi pandemi--berdasarkan tren data tahun-tahun sebelum pandemi.

Perbandingan atas kedua angka yang didapat memberikan 'kelebihan' angka kematian aktual sebesar 14,9 juta. Tepatnya antara 13,3 juta sampai 16,6 juta.

Kelebihan ini termasuk di dalamnya adalah kematian secara langsung akibat virus SARS-CoV-2, seperti halnya juga yang secara tidak langsung seperti orang-orang yang meninggal prematur karena beban sistem layanan kesehatan yang membeludak. Selisih angka kematian juga telah menghitung risiko kematian yang lebih rendah di jalan maupun lingkungan kerja di masa pandemi.

Sebagai pembanding, data dari dasbor Johns Hopkins University, Amerika Serikat, jumlah korban meninggal yang terkonfirmasi karena Covid-19 di dunia tercatat sudah lebih dari 6,2 juta per rilis perhitungan WHO ini, Kamis 5 Mei 2022.

Advertising
Advertising

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menilai data total hampir 15 juta kematian tersebut menyedihkan yang tak hanya menunjuk kepada dampak pandemi. "Tapi juga kepada kebutuhan seluruh negara untuk menginvestasikan sistem kesehatan yang lebih kuat yang dapat mempertahankan layanan kesehatan esensial selama krisis, termasuk sistem informasi kesehatan yang lebih kuat," katanya.

Data sebaran kematian

Data kelebihan 14,9 juta kematian dibandingkan masa tanpa pandemi hasil perhitungan tim peneliti WHO sebanyak 84 persen di antaranya terkonsentrasi di kawasan Asia Tenggara, Eropa dan Amerika. Tim dipimpin Profesor Debbie Bradshaw dan Kevin McCormack dan didukung Profesor Jon Wakefield dari University of Washington, AS.

Jika dihitung berdasarkan data per negara, mereka mendapati sebesar 68 persen di antara kelebihan kematian itu terkonsentrasi hanya di 10 negara. Negara-negara kelompok pendapatan menengah mendominasi hingga 81 persen untuk data 14,9 juta kematian itu. Urutan kedua adalah negara pendapatan tinggi, sebesar 15 persen. Sisanya berasal dari negara berpendapatan rendah.

Warga berdoa di makam keluarganya yang meninggal akibat wabah Covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta Utara, Kamis, 12 Agustus 2021. Kematian akibat wabah Covid-19 secara nasional masih mencapai di angka 1000 perharinya. Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Covid-19, daerah dengan kasus kematian terbanyak nomor satu di Indonesia sekaligus di Jawa disumbang oleh Jawa Tengah. Sebanyak 386 kasus kematian ditemukan di daerah itu perhari ini. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Perkiraan untuk periode 24 bulan (2020 dan 2021) tersebut juga telah dirinci berdasarkan usia dan jenis kelamin. Hasilnya sekaligus mengkonfirmasi kalau tingkat kematian Covid-19 global lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan (57:43), serta lebih tinggi angka kematian di antara pasien orang dewasa yang lebih tua.

"Pengukuran ini adalah sebuah komponen penting untuk memahami dampak dari pandemi, menyediakan informasi bagi para pembuat keputusan untuk memberi panduan kebijakan untuk bisa mengurangi kematian dan mencegah krisis di masa mendatang," kata Samira Asma, Asisten Direktur Jenderal WHO bidang Data, Analisis dan Distribusi.

Sedangkan Ibrahima Socé Fall, Asisten bidang Respons Kedaruratan, menegaskan bahwa data adalah landasan kerja WHO untuk memajukan kesehatan, menjaga keselamatan dunia, dan melayani mereka yang rentan. "Kami tahu di mana terdapat kesenjangan data, dan kami harus secara bersama mengintensifkan dukungan kepada negara-negara, sehingga setiap negara memiliki kemampuan untuk melacak wabah real-time, memastikan distribusi layanan kesehatan yang esensial, dan mengawal kesehatan populasi," katanya.

WHO, NEW SCIENTIST

Baca juga:
Hepatitis Akut Misterius pada Anak-anak, CDC Cores Faktor SARS-CoV-2


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

5 jam lalu

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.

Baca Selengkapnya

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

2 hari lalu

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

Korban tewas akibat banjir bandang dahsyat di Afghanistan utara telah meningkat menjadi 153 orang di tiga provinsi

Baca Selengkapnya

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

4 hari lalu

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

Epidemiolog menilai penarikan stok vaksin AstraZeneca dari pasar global tak berpengaruh terhadap penanganan Covid-19 saat ini.

Baca Selengkapnya

Alasan Perusahaan Tutup Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta

4 hari lalu

Alasan Perusahaan Tutup Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta

Tutupnya pabrik sepatu Bata di Purwakarta untuk menjaga kelangsungan bisnis jangka panjang usai merugi selama pandemi

Baca Selengkapnya

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

4 hari lalu

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Pengecekan status dan jenis vaksin Covid-19 bisa dicek melalui aplikasi SatuSehat

Baca Selengkapnya

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

4 hari lalu

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

Heat wave atau gelombang panas dapat menyebabkan dampak negatif bagi tubuh dan kulit, seperti heat stroke dan kanker kulit. Apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

4 hari lalu

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

Perusahaan farmasi AstraZeneca telah memutuskan menarik stok vaksin Vaxzefria dari seluruh dunia. Waktunya bareng dengan sidang gugatan.

Baca Selengkapnya

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

7 hari lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

8 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

8 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya