Banjir Pakistan Disebut Malapetaka Iklim, Hujan Hariannya Sampai 1.700 mm

Kamis, 1 September 2022 06:00 WIB

Sebuah keluarga berlindung di tempat yang lebih tinggi saat banjir melanda Dera Allah Yar, distrik Jafferabad, Pakistan, 25 Agustus 2022. REUTERS/Amer Hussain

TEMPO.CO, Jakarta - Banjir mahadahsyat yang telah menewaskan lebih dari 1.100 orang di Pakistan adalah sebuah malapetaka iklim yang membutuhkan respons internasional yang kuat. "Pakistan kini sedang menderita," kata Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyerukan dalam video pernyataannya, Selasa 30 Agustus 2022.

Menurut Guterres, Pakistan menghadapi hujan monsun yang ekstrem--yang berdampak ke periode hujan dan banjir yang tak kunjung putus sejak Juni lalu. PBB menyerukan pengumpulan dana $160 juta, atau sekitar Rp 2,4 triliun, dari dunia internasional untuk membantu 33 juta warga Pakistan yang terdampak bencana tersebut.

Sepanjang lebih dari delapan minggu hujan lebat di musim hujan yang ekstrem telah menyebabkan sepertiga wilayah Pakistan terendam banjir, atau yang terparah sejak 2010 lalu. Kerugian yang ditimbulkan ditaksir pemerintahan setempat senilai lebih dari $10 miliar atau Rp 148,5 triliun.

Di beberapa wilayahnya, banjir bandang yang datang sudah diperkirakan sebelumnya oleh Global Flood Awareness System, sebuah skema pemantauan satelit Eropa. Wilayah yang dimaksud adalah Pakistan sebelah selatan yang terbukti mengalami kerusakan paling parah.

Menteri Iklim Pakistan, Sherry Rehman, mengungkap lewat akun Twitter miliknya kalau satu kota kecil, Adidan, di Pakistan Selatan telah menerima curahan hujan hingga 1.700 milimeter dalam sehari. Sebagai ilustrasi, BMKG mendefinisikan curahan 100-150 mm per hari sebagai hujan yang sangat lebat.

Advertising
Advertising

Pakistan mengumumkan keadaan darurat setelah banjir yang dipicu oleh hujan lebat menewaskan 982 orang di negara itu sejak pertengahan Juni.

Bahkan helikopter-helikopter yang akan melakukan evakuasi disebutnya kesulitan menemukan daratan yang kering di wilayah itu. "Ini benar-benar malapetaka dan bencana kemanusiaan yang sangat besar," kata Rehman dalam kesempatan yang lain.

Pakistan dan agenda konferensi iklim

Kondisi geografis dan kemiskinan memang telah membuat Pakistan termasuk negara paling rentan di dunia terhadap dampak perubahan iklim. Sebelumnya, pada tahun ini pula, Pakistan bersama India juga diterjang gelombang panas yang ekstrem. Suhu udara di Jacobabad, satu di antara kota terpanas di dunia, terukur mencapai rekor 51 derajat Celsius.

Dalam pernyataannya hari ini, Guterres menyatakan geram melihat aksi-aksi pengurangan emisi gas rumah kaca yang selama ini tidak mendapat perhatian serius. Dia mengibaratkan dunia dengan orang yang tidur sambil berjalan menuju kehancuran Bumi karena perubahan iklim. "Mari menghentikan itu semua. Hari ini, Pakistan. Besok, bisa saja di negara Anda," katanya.

Rehman juga mengatakan kalau sudah waktunya untuk negara-negara pengemisi karbon terbesar, seperti Cina, Amerika Serikat, India, dan Uni Eropa, untuk mengkaji ulang kebijakan iklimnya. Korban jiwa dan kerugian ekonomi dari banjir Pakistan kemungkinan akan menyediakan dorongan segar di konferensi-konferensi iklim untuk isu 'loss and damage'.

Isu itu didorong negara-negara berpenghasilan lebih rendah. Mereka menyerukan beberapa bentuk reparasi dari negara dengan sejarah emisi yang besar terhadap dampak dari perubahan iklim yang terjadi sekarang.

Agenda Konferensi iklim COP27 di Mesir pada November nanti. Tapi agenda belum tentu mulus seperti yang diharapkan. Sejauh ini, negara-negara yang lebih kaya hanya menyepakati sebatas mendiskusikannya secara formal lebih jauh.

Tingginya korban jiwa dalam banjir Pakistan melahirkan dugaan sistem peringatan dini masih belum bisa menjangkau cukup banyak orang di negara itu."Kenapa banjir sekarang ini mengulangi dampak banjir 2010 lalu yang menewaskan hampir 2.000 orang tewas," kata Liz Stephens dari University of Reading, Inggris.

NEW SCIENTIST, BBC

Baca juga:
Studi Pemodelan Dampak Perang Nuklir India-Pakistan dan Amerika-Rusia


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

7 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diserang Israel, Presiden Iran Justru Kunjungi Pakistan Pekan Ini

7 hari lalu

Diserang Israel, Presiden Iran Justru Kunjungi Pakistan Pekan Ini

Presiden Iran Ebrahim Raisi akan melakukan kunjungan resmi ke Pakistan mulai pekan ini, meski negara itu baru saja diserang Israel pada Jumat lalu

Baca Selengkapnya

800.000 Orang Berisiko Hadapi Bahaya Ekstrem di Sudan

8 hari lalu

800.000 Orang Berisiko Hadapi Bahaya Ekstrem di Sudan

PBB telah memperingatkan bahaya yang akan menimpa setidaknya 800.000 warga Sudan ketika pertempuran semakin intensif dan meluas di Darfur.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

10 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

11 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

11 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Biaya Hidup Termurah di Dunia, Indonesia Masuk?

13 hari lalu

10 Negara dengan Biaya Hidup Termurah di Dunia, Indonesia Masuk?

Negara dengan biaya hidup termurah di dunia pada 2024, Pakistan berada di urutan pertama

Baca Selengkapnya

Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

14 hari lalu

Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

Warga Australia berduka atas kematian lima perempuan dan seorang pria penjaga keamanan pengungsi asal Pakistan.

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

16 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Komite PBB Gagal Sepakati Usulan Keanggotaan Palestina

16 hari lalu

Komite PBB Gagal Sepakati Usulan Keanggotaan Palestina

Komite Penerimaan Anggota Baru Dewan Keamanan PBB gagal mencapai kesepakatan terkait permohonan keanggotaan penuh Palestina

Baca Selengkapnya