Covid-19, WHO Publikasi Data Excess Death 2020-2021

Kamis, 5 Januari 2023 07:33 WIB

Petugas pemakaman beristirahat usai memakamkan sejumlah jenazah dengan protokol COVID-19 di TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta, Minggu, 4 Juli 2021. Jumlah kematian akibat COVID-19 per hari Minggu 4 Juli 2021 mencapai 555 kasus, yang menjadi rekor tertinggi sejak kasus pertama COVID-19 di Indonesia diumumkan Presiden Joko Widodo pada awal Maret 2020. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

TEMPO.CO, Jakarta - Ada hampir 15 juta angka kelebihan kematian dari berbagai sebab di dunia sepanjang 2020 dan 2021 lalu dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang tanpa pandemi. Angka itu hampir tiga kali lipat dari data 5,42 juta kematian akibat Covid-19 yang dilaporkan secara resmi negara-negara di dunia di antara 287 juta kasus Covid-19 yang terkonfirmasi per 31 Desember 2021.

Perhitungan dibuat William Msemburi dari Divisi Data, Analitik dan Sebaran Dampak di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss, dan koleganya. Untuk beberapa negara, tim menggunakan data mortalitas 2015-2019 untuk kalkulasi perkiraan jumlah kematian per tahun. Data kemudian dibandingkan jumlah total kematian selama dua tahun pertama pandemi Covid-19.

Di negara-negara yang minim data, seperti beberapa di Afrika dan Timur Tengah, Msemburi dkk menggunakan model statistika untuk prediksi excess death itu. Berdasarkan negara-negara di mana tersedia data yang berlimpah, model statistika yang dimaksud menghubungkan kelebihan kematian dengan faktor-faktor yang berpengaruh, semisal pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan prevalensi kondisi lainnya, seperti diabetes.

Hasilnya, diduga sebanyak 14,83 juta kelebihan kematian terjadi di seluruh dunia dimulai dari awal 2020 sampai akhir 2021. Lebih spesifiknya, laporan yang dipublikasi di Jurnal Nature 14 Desember 2022 menyebutkan lebih dari 10 juta di antaranya terjadi sepanjang 2021.

"Kami menduga kematian pada 2021 bisa berlipat ganda dibandingkan 2020 bukan hanya karena ada lebih banyak varian (Covid-19) yang lebih menular, tapi juga karena Covid-19 menyebar di dalam kelompok-kelompok masyarakat dengan akses ke vaksinasi yang terbatas," kata Msemburi.

Advertising
Advertising

Excess death juga mungkin mencakup pula orang-orang yang meninggal sebab non-Covid, tapi terdampak oleh layanan kesehatan yang terganggu karena pandemi. Atau karena mereka enggan mencari pertolongan medis di tengah meningginya kasus Covid-19.

Menurut studi yang dilakukan, negara dengan angka kelebihan kematian tertinggi adalah Peru. Negara ini memiliki catatan jumlah kematian 2020-2021 yang sampai dua kali lipat daripada jika tanpa pandemi. Berikutnya adalah Ekuador dan Bolivia dengan catatan kelebihan kematian sampai 1,5 kali.

Baca juga: Pernah Diperkirakan 100-200 Ribu, Kematian Covid-19 di AS Tembus 1 Juta Jiwa

Tapi, Msemburi dan timnya memberi catatan, bukan berarti ketiga negara itu adalah yang terburuk dalam penanggulangan pandemi. Ada banyak faktor lain yang bisa memberi pengaruh. "Termasuk momen berbeda meledaknya wabah di setiap negara, varian Covid-19 mana yang pernah dominan, juga laju vaksinasinya," kata Msemburi.

Giacomo De Nicola dari Ludwig Maximilian University of Munich, Jerman, mengatakan bahwa membandingkan angka kelebihan kematian di negara-negara yang berbeda bisa menjadi alat bantu dalam mengevaluasi dampak dari langkah berbeda pemerintahan di dunia. "Yang nantinya membantu dalam memerangi pandemi di masa depan," katanya.

Namun begitu, De Nicola juga memberi catatan. Menurut dia, dalam perhitungan di banyak negara, Msemburi dan timnya menggunakan model yang tidak memperhitungkan fakta bahwa sejumlah populasi mungkin menua atau menjadi lebih muda. Populasi yang menua, diterangkannya, memang akan meningkatkan angka kematian dan dengan demikian mengurangi excess death itu.

"Kami sedang membuat perbaikan-perbaikan atas model yang akan memperbaiki perkiraan," kata Msemburi sambil mengungkap pula kalau kasus Covid-19 dan kematiannya yang dilaporkan negara-negara di dunia selalu di bawah angka sebenarnya.

NEW SCIENTIST, NATURE


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

16 jam lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

17 jam lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

1 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

2 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

2 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

3 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

3 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

3 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya