Memahami Cuaca Ekstrem dan Perubahan Iklim, Apa Penyebabnya?

Kamis, 12 Oktober 2023 12:12 WIB

Seorang pria merendam kepalanya di air mancur Piazza del Popolo saat cuaca panas menyerang, di Roma, Italia, 18 Juli 2023. Peringatan merah atau red alert cuaca telah dikeluarkan untuk 16 kota di Italia akibat suhu panas ekstrem. REUTERS/Remo Casilli

TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan sering kita mendengar frasa cuaca ekstrem, terkadang diikuti dengan frasa kekeringan ekstrem, panas ekstrem, badai ekstrem, dan segala sesuatu berkaitan dengan iklim. Namun, mungkin kita memaknainya sebagai sesuatu yang tidak biasa saja. Apakah hal tersebut sesuai dengan faktanya?

Dilansir dari climate.nasa.gov, cuaca ekstrem berkaitan dengan perubahan iklim. Oleh karena itu, pertama-tama kita harus memahami apa itu hal tersebut. Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam pola cuaca rata-rata yang menentukan iklim lokal, regional, dan global di bumi.

Tren perubahan iklim menjadi perhatian lebih sejak pertengahan abad ke-20. Hal tersebut karena pada masa itu mulai menjadi kebiasaan untuk menggunakan bahan bakar fosil yang meningkatkan kadar gas rumah kaca sehingga terperangkapnya panas lebih banyak di atmosfer bumi. Keadaan tersebut meningkatkan suhu rata-rata permukaan bumi.

Dampak nyata perubahan iklim bukan sekadar kenaikan suhu permukaan bumi, lebih dari itu juga menyebabkan La Nina, El Nino, dan Osilasi Dekadal Pasifik. Bahkan lebih jauh lagi memengaruhi aktivitas gunung berapi dan variasi orbit bumi. Barangkali semua itu tidak dirasakan langsung oleh kita, tetapi cuaca ekstrem yang membuat kita tidak nyaman beraktivitas pun salah satu dampak perubahan iklim.

Cuaca ekstrem merupakan wujud nyata perubahan iklim. Fenomena-fenomena cuaca ekstrem di antaranya adalah gelombang panas, hujan deras, banjir besar, kekeringan menahun, kebakaran hutan ekstrem, dan segala hal hebat yang menyiksa manusia. Semua itu harus kita sadari sebagai dampak aktivitas mayoritas manusia yang tidak ramah lingkungan.

Advertising
Advertising

Berdasarkan Laporan Penilaian Keenam Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) pada 2021, peningkatan gas rumah kaca yang disebabkan manusia sudah meningkatkan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem.

Tentu ini adalah hal yang mengancam kehidupan manusia, mulai dari sekarang dan nanti ke depannya. Dua hal yang dapat dilakukan manusia ke depannya adalah mitigasi dan adaptasi. Mitigasi adalah upaya pengurangan dampak perubahan iklim, sedangkan adaptasi adalah upaya penyesuaian diri dengan perubahan iklim. Mau tidak mau, semua itu harus dilakukan sejak saat ini.

Upaya mitigasi yang paling perlu dilakukan adalah mengurangi produksi gas rumah kaca yang dapat memerangkap panas di atmosfer bumi. Tindak nyata yang dapat dilakukan di antaranya mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, menjaga kelestarian kawasan penyerap gas kaca yang baik seperti hutan, lautan, dan tanah.

Upaya adaptasi lebih menekankan pada kesiapan manusia terhadap bencana yang datang, tentu dimulai dengan mengenali lingkungan sekitar. Misalnya mengamati pola cuaca ekstrem agar tidak terdampak terlalu berat dan lain sebagainya.

Pilihan Editor: Lebih 30,3 Derajat Celcius Suhu Maksimum di Bandung Kini Tergolong Ekstrem

Berita terkait

Banjir Sumbar Berdampak ke Pariwisata, Sandiaga Uno: Keselamatan yang Paling Utama

2 hari lalu

Banjir Sumbar Berdampak ke Pariwisata, Sandiaga Uno: Keselamatan yang Paling Utama

Sandiaga Uno menyebut banjir Sumbar turut berdampak ke sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Baca Selengkapnya

Ekspedisi Jalur Sesar Baribis, BPBD Jabar Sosialisasi Bahaya Gempa

3 hari lalu

Ekspedisi Jalur Sesar Baribis, BPBD Jabar Sosialisasi Bahaya Gempa

Ekspedisi Sesar Baribis akan tersebar ke beberapa titik untuk sosialisasi dan upaya mitigasi bahaya gempa.

Baca Selengkapnya

Rekor Suhu Udara Terpanas Berlanjut di April 2024, Ini Datanya

4 hari lalu

Rekor Suhu Udara Terpanas Berlanjut di April 2024, Ini Datanya

Suhu udara di permukaan Bumi sepanjang April 2024 mematahkan rekor sebelumnya yang tercipta pada 2016. Sama-sama diwarnai El Nino kuat.

Baca Selengkapnya

BMKG: 14 Daerah Berstatus Waspada Dampak Cuaca Ekstrem Akibat Bibit Siklon Tropis

5 hari lalu

BMKG: 14 Daerah Berstatus Waspada Dampak Cuaca Ekstrem Akibat Bibit Siklon Tropis

BMKG menyebut 14 daerah berstatus waspada dampak cuaca ekstrem sebagai akibat dari intervensi bibit siklon tropis.

Baca Selengkapnya

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

6 hari lalu

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

Heat wave atau gelombang panas dapat menyebabkan dampak negatif bagi tubuh dan kulit, seperti heat stroke dan kanker kulit. Apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

7 hari lalu

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Musim Kemarau, Jokowi Siapkan Sumur Pompa

7 hari lalu

Antisipasi Musim Kemarau, Jokowi Siapkan Sumur Pompa

BMKG memperkirakan musim kemarau 2024 berlangsung pada Mei hingga Agustus.

Baca Selengkapnya

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

9 hari lalu

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.

Baca Selengkapnya

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

11 hari lalu

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

Zulkifli Hasan mengatakan impor difokuskan ke wilayah sentra non produksi guna menjaga kestabilan stok beras hingga ke depannya.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

12 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya