Epidemiolog Sebut Peningkatan Kasus Covid-19 di Singapura Imbas Euforia Usai Pandemi

Rabu, 6 Desember 2023 15:08 WIB

Vaksinasi Covid-19 tetap digencarkan di Yogyakarta pada Senin (26/6) meski status pandemi telah dicabut. Dok.istimewa

TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dr. Dicky Budiman mengatakan peningkatan kasus Covid-19 di Singapura yang melonjak hingga dua kali lipat merupakan imbas dari euforia seusai pandemi.

Laman resmi kesehatan Singapura, Ministry of Health, menyebutkan bahwa peningkatan infeksi Covid-19 di Singapura terjadi pada kurun waktu 19-25 November 2023 lalu. Data terakhir mereka menunjukkan ada sekira 22.904 kasus yang kini ditangani.

"Apa yang terjadi di Singapura saat ini adalah konsekuensi logis dari peredaran penyakit infeksi saluran napas yang sebelumnya sudah bersifat endemi," kata Dicky kepada Tempo, Selasa, 5 Desember 2023.

Epidemilog lulusan Universitas Griffith tersebut juga mengatakan bahwa Covid-19 tidak akan bisa hilang seluruhnya. Pasalnya, virus jenis ini terus mengalami mutasi di tiap periode. Jika pun nanti bakal banyak terinfeksi, menurut Dicky, tidak akan separah awal dahulu.

"Covid-19 jadi kelompok yang terus bertambah secara jumlah, ditambah lagi virus tersebut dikabarkan juga bermutasi menjadi banyak model. Tentunya kondisi ini berisiko untuk masifnya penyebarannya," ungkap pakar analisis Covid-19 ini.

Advertising
Advertising

Peningkatan kasus yang terjadi di Singapura, kata Dicky, juga bakal dirasakan Indonesia kalau pemerintah dan masyarakat abai terhadap mitigasi kesehatan. Alasannya, Covid-19 tidak selesai hanya dengan vaksinasi semata.

Aturan yang sebelumnya diterapkan dan dipatuhi di Indonesia juga harus ditaati walau masa pandemi telah usai. Dicky menyayangkan sikap abai dari masyarakat terkait Covis-19, yang terkesan seperti euforia seusai pandemi panjang.

"Selepas pandemi memasuki masa endemi, terjadi euforia luar biasa, baik di pemerintah atau masyarakatnya. Mereka enggak pakai masker lagi, enggak jaga jarak dan menjaga kesehatannya," ucap Dicky yang kini sedang di Eropa.

Kendati vaksinasi bukan langkah pasti untuk menghilangkan Covid-19, Dicky menilai pemerintah tetap harus meningkatkan sosialisasi akan pentingnya divaksin untuk menghadapi virus tersebut. Secara sederhananya, menurut Dicky, vaksinasi dapat menghambat penyebaran dan membuat tubuh lebih kebal.

Dicky mengkhawatirkan angka kelahiran yang hampir tiap hari bertambah dan bayi-bayi baru bermunculan. Dari pembagiannya, bayi adalah kelompok rentan untuk terinfeksi virus. Ditambah lagi vaksinasi tidak bisa diberikan dengan dosis maksimal kepada bayi.

Beranjak dari permasalahan tersebut, Dicky meminta kepada pemerintah Indonesia dan para orang tua untuk sama-sama menjaga serta memahami bahaya Covid-19. Virus yang satu ini tidak bisa dibiarkan walau pandemi telah usai.

Kurang Pengetahuan Kondisi Global

Faktor utama yang dikritik Dicky dari penanganan Covid-19 di Indonesia adalah kurangnya literasi dan pemahaman secara global. Banyak kasus dan contoh yang sebenarnya telah terjadi di negara lain tapi di Indonesia masih diabaikan, karena merasa aman-aman saja.

"Saya melihat antar lembaga dan pihak terkait kurang mendukung dan minim pemahaman terhadap kondisi global. Saya meminta Kementerian Kesehatan tak bisa diam saja sekarang. Ini tanggung jawab pemerintah," kata Dicky.

Lebih lanjut, Dicky juga menilai penyaluran vaksin di Indonesia seharusnya bisa digratiskan. Hal ini bertujuan supaya masyarakat tidak skeptis dan punya motivasi lebih untuk ikut vaksinasi.

Sementara Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin merekomendasikan kepada masyarakat Indonesia untuk segera melakukan vaksinasi bagi yang belum. Pasalnya, vaksinasi dapat mengurangi angka penyebaran untuk Covid-19 dan memperkuat imun tubuh terhadapnya.

"Kami juga melihat ada kenaikan, cuma kan memang bagusnya kita masih ada vaksinasi. Kalau itu divaksin, kita seharusnya bisa bagus," kata Budi sebagaimana dikutip Antara, 4 Desember 2023.

Budi menyebut, vaksinasi tak hanya cukup dilakukan sekali saja. Masyarakat perlu melakukan vaksinasi Covid-19 hingga dosis penguat. Saat ini, fasilitas vaksinasi dikatakan Budi masih gratis hingga Desember 2023.

"Mumpung Desember ini masih gratis, ya itu dimanfaatkan saja," tutur Budi Gunadi Sadikin. Sebab, jika tidak dimanfaatkan, dampaknya juga akan dirasakan sendiri oleh masyarakat.

Walau di Singapura terjadi peningkatan kasus Covid-19 hingga dua kali lipat, Budi menyatakan di Indonesia saat ini masih aman. Pasalnya belum ada lonjakan pasien di rumah sakit yang ada di Indonesia terkait Covid-19 tersebut.

"Untuk yang masuk rumah sakit kami enggak melihat. Memang ada peningkatan dari yang kena, tapi karena imunitasnya sudah bagus, dengan vaksinasi jadi bagus," pungkas Budi.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Mengenal Lawrence Wong, PM Baru Singapura yang Akan Memimpin dengan Caranya Sendiri

40 menit lalu

Mengenal Lawrence Wong, PM Baru Singapura yang Akan Memimpin dengan Caranya Sendiri

Lawrence Wong dilantik menjadi Perdana Menteri Singapura, Rabu, dan berjanji memimpin negara kota kaya itu dengan caranya sendiri

Baca Selengkapnya

Benih Lobster Senilai Rp 35 Miliar Dari Pelabuhan Ratu Hendak Diselundukan ke Singapura

5 jam lalu

Benih Lobster Senilai Rp 35 Miliar Dari Pelabuhan Ratu Hendak Diselundukan ke Singapura

Polisi menggagalkan upaya penyelundupan benih lobster senilai Rp 35 miliar ke Singapura itu saat transit di Pulau Bangka.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

1 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

1 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu: Tingkat Pengangguran 2024 Turun, Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi

2 hari lalu

Wamenkeu: Tingkat Pengangguran 2024 Turun, Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi

Wamenkeu Suahasil Nazara mengungkapkan, tingkat pengangguran 2024 telah turun lebih rendah ke level sebelum pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

2 hari lalu

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.

Baca Selengkapnya

Indonesia-Glencore Bakal Akuisisi Aset Minyak Shell di Singapura, Target Rampung Akhir Tahun Ini

5 hari lalu

Indonesia-Glencore Bakal Akuisisi Aset Minyak Shell di Singapura, Target Rampung Akhir Tahun Ini

Tercapainya kesepakatan mengakuisisi aset minyak Shell di Singapura semakin memperkuat ketahanan bisnis PT Chandra Asri Pacific Tbk.

Baca Selengkapnya

5 Negara dengan Tingkat Urbanisasi Paling Tinggi di Asia, Indonesia Termasuk?

6 hari lalu

5 Negara dengan Tingkat Urbanisasi Paling Tinggi di Asia, Indonesia Termasuk?

Urbanisasi menjadi penentu zaman ketika lebih dari separuh populasi dunia kini tinggal di perkotaan.

Baca Selengkapnya

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

7 hari lalu

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

Epidemiolog menilai penarikan stok vaksin AstraZeneca dari pasar global tak berpengaruh terhadap penanganan Covid-19 saat ini.

Baca Selengkapnya

Alasan Perusahaan Tutup Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta

7 hari lalu

Alasan Perusahaan Tutup Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta

Tutupnya pabrik sepatu Bata di Purwakarta untuk menjaga kelangsungan bisnis jangka panjang usai merugi selama pandemi

Baca Selengkapnya