Krisis Beras, Ahli Gizi Unair Beberkan Proses Pembuatan Beras Analog Sebagai Alternatif

Jumat, 8 Maret 2024 16:10 WIB

Ilustrasi Beras Analog Sebagai Alternatif Beras (Foto: Shutterstock)

TEMPO.CO, Jakarta - Harga beras yang terus meroket membuat masyarakat mencari alternatif bahan pokok lainnya. Salah satu alternatif yang muncul adalah beras analog, yaitu beras buatan yang dibuat dari bahan baku selain beras, seperti tepung umbi-umbian, tepung kacang-kacangan, dan bekatul.

Ahli Gizi Universitas Airlangga (Unair) Lailatul Muniroh membeberkan proses dan pertimbangan pembuatan beras analog. “Proses pembuatan beras analog terdiri dari beberapa tahap, yaitu pemilihan bahan baku, penggilingan, pencampuran, perebusan atau pemasakan, pengeringan, penggilingan sekunder, penambahan zat gizi, dan penentuan bentuk dan kemasan,” ujar Lailatul melalui keterangan tertulis, Jumat, 8 Maret 2024.

Lailatul Muniroh SKM MKes, Ahli Gizi Universitas Airlangga (Foto: Istimewa).

Lailatul menjelaskan bahwa pemilihan bahan baku tergantung pada preferensi lokal, ketersediaan, dan nilai gizi yang diinginkan. “Bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat beras analog adalah tepung umbi-umbian, seperti singkong, ubi jalar, atau talas. Tepung kacang-kacangan, seperti kedelai, kacang hijau, atau kacang merah, bekatul (kulit ari beras yang mengandung serat), vitamin, dan mineral. Bahan-bahan ini dicampur dengan perbandingan tertentu untuk menciptakan campuran homogen yang siap diolah lebih lanjut,” katanya.

Lailatul melanjutkan bahwa campuran tepung kemudian direbus atau dimasak dengan cara tertentu. Misalnya, menggunakan ekstruder, yaitu alat yang dapat mengubah campuran tepung menjadi butiran-butiran seperti beras.

Advertising
Advertising

“Setelah itu, butiran-butiran tersebut dikeringkan dengan menggunakan oven atau metode pengeringan lainnya, agar memiliki kadar air yang rendah dan dapat disimpan lebih lama. Butiran-butiran tersebut kemudian dapat digiling sekunder untuk mendapatkan tekstur yang lebih halus, tergantung pada jenis bahan baku dan keinginan produsen,” katanya.

Ia menambahkan bahwa beberapa produsen mungkin menambahkan zat gizi, seperti vitamin dan mineral, untuk meningkatkan nilai gizi dari beras analog. “Penambahan zat gizi ini bersifat opsional, tergantung pada tujuan dan target pasar produsen. Penambahan zat gizi dapat dilakukan sebelum atau sesudah proses perebusan atau pemasakan. Setelah itu, beras analog dapat ditentukan bentuk dan kemasannya, misalnya dalam bentuk butiran-butiran seperti beras atau dalam bentuk lainnya, kemudian dikemas,” ujar dia.

Dosen FKM itu mengatakan bahwa beras analog di satu sisi dapat dianggap sebagai solusi untuk mengatasi krisis beras. Namun, disisi lain, ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan, diantaranya penerimaan masyarakat, ketersediaan bahan baku, kesesuaian dengan kebutuhan lokal, harga dan ketersediaan, keberlanjutan produksi, regulasi dan keamanan pangan.

“Penerimaan masyarakat terhadap beras analog sangat dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya, dan ekonomi. Beberapa masyarakat mungkin masih lebih menyukai beras asli daripada beras analog, karena alasan tradisi, selera, atau kualitas. Ketersediaan bahan baku juga menjadi faktor penting, karena bahan baku yang digunakan untuk membuat beras analog harus mudah didapat, murah, dan memiliki kualitas yang baik. Kesesuaian dengan kebutuhan lokal juga harus dipertimbangkan, karena beras analog harus dapat memenuhi kebutuhan gizi dan energi masyarakat setempat,” tuturnya.

“Harga dan ketersediaan beras analog juga harus kompetitif dengan beras asli, agar dapat menarik minat konsumen. Keberlanjutan produksi beras analog juga harus dijamin, agar dapat memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat. Regulasi dan keamanan pangan juga harus diperhatikan, agar beras analog yang diproduksi dan dikonsumsi memiliki standar kesehatan yang baik dan tidak berbahaya bagi kesehatan,” kata Lailatul menambahkan.

Lailatul mengakhiri dengan mengatakan bahwa beras analog dapat menjadi solusi jika semua aspek tersebut dipertimbangkan dan diatasi dengan baik. “Khususnya dalam situasi dimana harga beras biasa meningkat atau ketersediaannya terbatas, beras analog dapat menjadi alternatif yang layak untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Namun tidak boleh berhenti hanya di alternatif solusi, harus diselesaikan apa yang menjadi akar masalah kenaikan harga beras yang terjadi saat ini,” kata dia.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Top 3 Tekno: Prakiraan Cuaca BMKG, Penyakit Ngorok Mematikan, Sekolah Bisnis Terbaik

3 hari lalu

Top 3 Tekno: Prakiraan Cuaca BMKG, Penyakit Ngorok Mematikan, Sekolah Bisnis Terbaik

Top 3 Tekno Berita Terkini pada Kamis pagi ini, 9 Mei 2024, dimulai dari artikel prakiraan cuaca BMKG kemarin.

Baca Selengkapnya

Flexing Mahasiswa KIP, Dosen Administrasi Publik Beberkan Kekurangan Puslapdik

3 hari lalu

Flexing Mahasiswa KIP, Dosen Administrasi Publik Beberkan Kekurangan Puslapdik

Viral flexing mahasiswa penerima fasilitas bantuan keuangan Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) belum berarti menunjukkan bantuan yang salah sasaran

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Stok Beras Cukup untuk Antisipasi Kemarau

4 hari lalu

Jokowi Sebut Stok Beras Cukup untuk Antisipasi Kemarau

Jokowi juga menyebut harga sejumlah bahan pokok mengalami penurunan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tinjau Pasar di Karawang: Stok dan Harga Bahan Pokok Baik

4 hari lalu

Jokowi Tinjau Pasar di Karawang: Stok dan Harga Bahan Pokok Baik

Jokowi juga menyebut harga sejumlah bahan pokok mengalami penurunan.

Baca Selengkapnya

Hewan Ternak Mati Akibat Penyakit Ngorok, Begini Penjelasan Dokter Hewan Unair

4 hari lalu

Hewan Ternak Mati Akibat Penyakit Ngorok, Begini Penjelasan Dokter Hewan Unair

Ratusan sapi dan kerbau yang terserang penyakit ngorok ini mati mendadak.

Baca Selengkapnya

Unair Buka 1.200 Kuota Penerima KIP Kuliah 2024

4 hari lalu

Unair Buka 1.200 Kuota Penerima KIP Kuliah 2024

Unair menerima kuota KIP Kuliah sebanyak 660 mahasiswa pada 2023.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Farmasi Unair Raih Juara Pertama Kompetisi Internasional Se-Asia Pasifik

5 hari lalu

Mahasiswa Farmasi Unair Raih Juara Pertama Kompetisi Internasional Se-Asia Pasifik

Keempat mahasiswa Unair itu diumumkan menjadi juara pertama dalam kompetisi Industrial Skills Event (ISE).

Baca Selengkapnya

Unair Buka Pendaftaran Mahasiswa Baru Jalur Mandiri, Ini Besaran UKT dan IPI

5 hari lalu

Unair Buka Pendaftaran Mahasiswa Baru Jalur Mandiri, Ini Besaran UKT dan IPI

Universitas Airlangga (Unair) membuka pendaftaran penerimaan mahasiswa baru 2024 jalur seleksi mandiri.

Baca Selengkapnya

Fenomena Flexing Mahasiswa KIP Kuliah di Media Sosial, Ini Kata Dosen Unair

5 hari lalu

Fenomena Flexing Mahasiswa KIP Kuliah di Media Sosial, Ini Kata Dosen Unair

Banyak yang mempertanyakan kelayakan mahasiswa tersebut sebagai penerima bantuan biaya KIP Kuliah.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Filipina Tolak Padi Beras Emas Kembali Dikurung di Laboratorium

5 hari lalu

Pemerintah Filipina Tolak Padi Beras Emas Kembali Dikurung di Laboratorium

Pengadilan baru saja mencabut izin penanaman komersial padi Beras Emas atau Golden Rice hasil rekayasa genetika di Filipina.

Baca Selengkapnya