Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

Kamis, 4 April 2024 16:13 WIB

Penampakan gerhana bulan sebagian atau Parsial di langit Jakarta, Minggu, 29 Oktober 2023. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) peristiwa gerhana bulan parsial terjadi saat posisi Bulan, Matahari dan Bumi sejajar membuat sebagian piringan bulan masuk ke umbra (bayangan gelap) Bumi sehingga saat puncak gerhana terjadi Bulan akan terlihat gelap sedikit kemerahan di bagian yang terkena umbra Bumi. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S.

TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena gerhana matahari akan terjadi pada 8 April 2024. Ahli astronomi dan astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, mengatakan fenomena tersebut merupakan gerhana matahari cincin yang akan dirasakan di beberapa negara, di antaranya Kanada dan Amerika Serikat.

Gerhana matahari terjadi ketika Matahari, Bulan, dan Bumi sejajar, baik seluruhnya maupun sebagian. Ini umumnya hanya berlangsung beberapa menit saja. Namun, tahukah bahwa di alam semesta ada fenomena gerhana matahari yang berlangsung hingga 3,5 tahun?

Tanpa matahari selama 3,5 tahun

Itulah yang terjadi di suatu sistem bintang biner berjarak 10 ribu tahun cahaya dari Bumi. Sistem yang disebut dengan kode astronomi TYC 2505-672-1 ini memecahkan rekor alam semesta untuk gerhana matahari terlama.

“Saat ini, itulah durasi terlama dan orbit terpanjang dalam sistem biner yang pernah kami temukan,” kata penemu sistem ini, Joey Rodriguez dari Vanderbilt, seperti dilansir dari Phys, Ahad, 21 Februari 2016.

Advertising
Advertising

Temuan ini telah dimuat dalam Astronomical Journal. Gerhana yang terjadi pada TYC 2505-672-1 berlangsung 69 tahun sekali, dan durasinya mencapai 3,5 tahun. Rodriguez memperkirakan jalur lintas di antara dua bintang ini sekitar 20 unit astronomi atau setara dengan jarak Matahari ke Uranus.

TYC 2505-672-1 terdiri atas sepasang bintang merah raksasa, yang salah satunya kehilangan lapisan luar dan hanya menyisakan inti. Akhirnya, bintang telanjang ini menjadi suatu materi padat yang mampu menghalangi cahaya dari bintang pasangannya.

Para peneliti memperkirakan “matahari” dari sistem biner tersebut 2.000 derajat Celsius lebih panas dari matahari Bumi. Namun berukuran lebih kecil.

Karena jaraknya yang sangat jauh dari Bumi, para peneliti belum mampu memberikan keterangan lebih detail tentang TYC 2505-672-1. Sejauh ini, kesimpulan banyak didapat dari gambar satelit, itu pun sangat terbatas. Untuk itu, Rodriguez berharap akan ada pengamatan lanjutan saat gerhana terulang pada 2080.

“Saat ini teleskop belum ada yang mampu mengamati dua obyek itu bersamaan. Semoga kemajuan teknologi pada masa depan sudah lebih memadai,” ujarnya.

Keivan Stassun, professor fisika dan astronomi dari Vanderbilt yang terlibat dalam penelitian ini, menganggap pengungkapan atas fenomena semacam ini sangat sulit karena perbedaan rentang waktu antara Bumi dan galaksi lain. “Bagaimanapun juga, ini fenomena sangat langka yang dapat menjadi jendela kita untuk melihat perkembangan hidup sistem bintang,” tuturnya.

Pilihan Editor: 4 Fakta Gerhana Matahari 8 April, Jadi Pembatas Akhir Ramadan dan Awal Syawal 1445 H

Berita terkait

Samuel Sekuritas: IHSG Ditutup Melemah di Sesi I, Saham ASII Paling Aktif Diperdagangkan

2 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Ditutup Melemah di Sesi I, Saham ASII Paling Aktif Diperdagangkan

IHSG melemah di sesi pertama hari ini, menutup sesi di level 7,082.9 atau -0,22 persen.

Baca Selengkapnya

Mengapa Aurora Tidak Terlihat di Wilayah Indonesia?

3 hari lalu

Mengapa Aurora Tidak Terlihat di Wilayah Indonesia?

Kemungkinan terjadinya aurora di langit Indonesia sangat rendah karena berada di sekitar khatulistiwa,

Baca Selengkapnya

"Badai Geomagnetik Parah" Melanda Bumi, NOAA Beri Peringatan Dampaknya

5 hari lalu

"Badai Geomagnetik Parah" Melanda Bumi, NOAA Beri Peringatan Dampaknya

NOAA beri peringatan dampak badai geomagnetik parah yang melanda bumi. Bisa mengganggu komunikasi dan jaringan listrik.

Baca Selengkapnya

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

8 hari lalu

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

14 hari lalu

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Cairan amnion dan substansi seperti verniks caseosa berperan dalam menciptakan aroma bayi yang khas.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

19 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

19 hari lalu

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:

Baca Selengkapnya

8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

23 hari lalu

8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperingati Hari Bumi dengan aktivitas yang menghargai dan melindungi planet ini. Berikut di antaranya.

Baca Selengkapnya

Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

27 hari lalu

Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

Jurnal terindeks Scopus menjadi salah satu tujuan para peneliti di Indonesia untuk mempublikasikan artikel ilmiah atau penelitiannya, bagaimana cara menulis artikel ilmiah yang terindeks scopus?

Baca Selengkapnya

Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

35 hari lalu

Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

World Health Summit akan pertama kali digelar di Monash University. Ada beberapa tema yang akan dibahas oleh peneliti, salah satunya, demam berdarah

Baca Selengkapnya