Tips Mudik Jalur Darat Jumat-Sabtu Ini dari Klimatolog: dari Utara Jabar ke Selatan Jateng

Kamis, 4 April 2024 22:21 WIB

Foto udara kendaraan bermotor melaju perlahan saat melintasi jalan yang rusak terdampak banjir di jalur utama pantura Demak-Kudus Kilometer 44 di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Minggu, 24 Maret 2024. Bupati Demak Esti'anah telah memerintahkan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Demak mendata seluruh ruas jalan rusak terdampak banjir yang kemudian diprioritaskan untuk perbaikan pada kewenangan wilayah jalan pemerintah pusat, provinsi, dan daerah sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo saat memantau penanganan banjir Demak pada Jumat (22/3). ANTARA FOTO/Aji Styawan

TEMPO.CO, Jakarta - Lebaran sudah dekat, sekolah-sekolah sudah mulai libur, arus mudik diperkirakan meningkat. Jika Anda termasuk yang hendak melakukan perjalanan mudik melalui jalur darat dari Jawa bagian barat menuju tengah dan timur pada Jumat-Sabtu (5-6 April) ini, ada baiknya mendengarkan tips berikut ini.

Tips dibagikan peneliti klimatologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin. Dia menulis di akun media sosial yang biasa digunakannya untuk menjelaskan dan memberikan peringatan dini cuaca buruk.

Erma membaca dan menganalisis data dari Satellite-based Disaster Early Warning System (SADEWA) yang dikembangkan Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN untuk tips yang dibagikannya itu. Dia menyarankan usahakan mulai perjalanan dari tengah malam hingga sebelum jam 11 pada Jumat.

Jika terpaksa harus mudik setelah jam 11, dia mengatakan, bersiaplah dengan risiko hujan hingga jam 18 pada jalur mudik Jawa Barat di tengah dan selatan. "Pilih Jabar utara, jika memungkinkan, untuk jalur mudik dengan kemungkinan hujan yang lebih kecil selama pukul 11-18."

Sampai di Jawa Tengah, jika mau lanjut ke Jawa Timur, dia menyarankan sebaliknya, yakni pilih jalur tengah atau selatan dan hindari jalur utara. Dalam penjelasan sebelumnya, Erma mengungkap beberapa penyebab hujan lebat bahkan ekstrem terkonsentrasi di utara Jawa Tengah belakangan ini.

Advertising
Advertising

Doktor bidang klimatologi ini menyebut antara lain konveksi di laut utara Jawa Tengah tak hanya bisa terbentuk orisinil, tapi juga dipengaruhi oleh penjalaran dari Kalimantan. "Sehingga jika di Kalsel hujan maka dapat menjalar ke laut dan menuju Jateng," katanya.

Tak hanya dari Kalimantan Selatan, pengaruh juga bisa datang dari Jabodetabek. Menurut Erma, konveksi di laut utara Jawa Tengah juga diperkuat dengan penjalaran konveksi yang telah terbentuk di utara Jabodetabek.

Oleh angin baratan, hujan di utara Jawa Barat tersebut dapat terus menjalar ke timur dan berakhir di Jawa Tengah karena tertahan Semenanjung Muria. "Bentuk semenanjung Muria dengan gunung di bagian utara (satu-satunya gunung di pesisir utara Jawa) menjadi daerah hotspot/tangkapan hujan yg berperan menarik hujan dari laut ke darat," cuitnya.

Erma juga menyebut faktor lain, yakni suhu permukaan laut yang memanas di utara Jawa Tengah. Itu, kata dia, juga berperan signifikan meningkatkan kelembapan sehingga proses pembentukan hujan dari konveksi laut dapat terbentuk setiap hari secara intens dari tengah malam.

Pilihan Editor: Jawaban Unair Atas Ramai Reaksi Video Minta Maaf Korban Plagiarisme Safrina

Berita terkait

Ada Sirkulasi Siklonik, BMKG: Sumbar Masih Harus Waspada Hujan Lebat Hari Ini

12 jam lalu

Ada Sirkulasi Siklonik, BMKG: Sumbar Masih Harus Waspada Hujan Lebat Hari Ini

Di antara wilayah yang mendapat peringatan dini cuaca BMKG hari ini adalah Sumatera Barat yang baru dilanda bencana banjir lahar dan banjir lahar.

Baca Selengkapnya

Peringatan Dini Cuaca BMKG di Jabodetabek Hari Ini, Simak Potensi Hujan Kapan dan di Mana Saja

13 jam lalu

Peringatan Dini Cuaca BMKG di Jabodetabek Hari Ini, Simak Potensi Hujan Kapan dan di Mana Saja

BMKG memberikan peringatan dini cuaca untuk sejumlah wilayah di Jakarta dan sekitarannya (Jabodetabek) pada hari ini, Kamis 16 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

23 jam lalu

BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

Riset ini berpeluang untuk membuat pemetaan sensor yang bisa mendeteksi kecemasan dan tingkat stres pada pegawai.

Baca Selengkapnya

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

1 hari lalu

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

Tim peneliti di Pusat Studi HAM Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin mengkaji proses Ibu Kota Negara (IKN): sama saja dengan PSN lainnya.

Baca Selengkapnya

14 Orang Tewas Tertimpa Papan Reklame di Mumbai saat Badai Petir

2 hari lalu

14 Orang Tewas Tertimpa Papan Reklame di Mumbai saat Badai Petir

Papan reklame tersebut roboh menimpa beberapa rumah dan sebuah pompa bensin di Mumbai, India akibat angin kencang dan hujan deras

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Sebut Awan Lindungi Indonesia dari Gelombang Panas, Bagaimana Mekanismenya?

2 hari lalu

Peneliti BRIN Sebut Awan Lindungi Indonesia dari Gelombang Panas, Bagaimana Mekanismenya?

Indonesia relatif terlindungi dari heatwave mayoritas areanya adalah laut dan terdiri dari banyak pulau. Awan juga mengurangi dampak paparan surya.

Baca Selengkapnya

Hujan Lebat Picu Banjir Lahar Hujan di Sumbar, BMKG: Berpotensi Sepekan ke Depan

3 hari lalu

Hujan Lebat Picu Banjir Lahar Hujan di Sumbar, BMKG: Berpotensi Sepekan ke Depan

Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpotensi bakal terjadi hingga tanggal 22 Mei 2024 atau selama sepekan ke depan.

Baca Selengkapnya

Badai Geomagnetik Picu Gangguan Sinyal di Indonesia dan Dunia, Begini Kata Peneliti BRIN

3 hari lalu

Badai Geomagnetik Picu Gangguan Sinyal di Indonesia dan Dunia, Begini Kata Peneliti BRIN

Ilmuwan NOAA mendeteksi badai geomagnetik terbaru yang terjadi pada 11 Maret 2024 dan dampaknya diperkirakan berlanjut hingga Mei ini.

Baca Selengkapnya

DBD Masalah Kesehatan Dunia, BRIN Temukan Metode Pengendalian

3 hari lalu

DBD Masalah Kesehatan Dunia, BRIN Temukan Metode Pengendalian

Demam berdarah dengue (DBD) menjadi masalah bagi negara-negara tropis di dunia. Acapkali dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti.

Baca Selengkapnya

Seberapa Ekstrem Dampak Badai Matahari Pekan Ini? Simak Penjelasan Peneliti Antariksa BRIN

3 hari lalu

Seberapa Ekstrem Dampak Badai Matahari Pekan Ini? Simak Penjelasan Peneliti Antariksa BRIN

Badai matahari memicu paparan elektromagnetik yang mempengaruhi sejumlah alat komunikasi dan navigasi di bumi. Fenomena langka dari siklus surya.

Baca Selengkapnya