TEMPO.CO, Depok - Komunitas Bakul Budaya yang berbasis di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) telah melakukan penjajakan dengan pendiri Lenong Rumpi Harry De Fretes. Kolaborasi ingin dilakukan untuk program pemajuan seni dan budaya, terutama seni dan budaya Betawi.

Ketua Umum Bakul Budaya Dewi Fajar Marhaeni mengungkap itu pada Senin petang, 15 April 2024. "Pertemuan dengan pengutus Bakul Budaya dengan Harry De Fretes di kawasan Blok M, Jakarta Selatan," katanya.

Dewi menilai Harry De Fretes bersama kelompok Lenong Rumpi, seperti Debby Sahertian, Robby Tumewu, Ade Juwita, Titi DJ, Ira Wibowo, dan yang lainnya merupakan figur-figur seniman yang sukses membawa kesenian lenong ke layar televisi swasta pada dekade 1990-an.

Adapun Bakul Budaya disebutnya komunitas seni dan budaya yang berada di bawah kelompok kerja seni dan budaya Ikatan Alumni UI atau ILUNI FIB UI sejak 3 September 2022. Para pendirinya adalah Dewi Fajar Marhaeni, Ayie Suminar, Gunawan Wicaksono, Abrar Husin, Qorihani, Ferry Ardianto, dan Oka Barta Daud.

"Bakul Budaya aktif melakukan kampanye-kampanye seni dan budaya melalui aneka tari tradisional nusantara dan juga aktif dalam gerakan-gerakan pelestarian lingkungan hidup, seperti melalui acara 'Sedekah Hutan' juga acara 'Ruwat dan Rawat Danau'," kata Dewi menuturkan.

Siswa taman kanak-kanak menempel sendiri replika daun hasil kreasi menggambar mereka ke replika pohon yang terbuat dari kardus karya seniman komunitas Bumi Kardus dalam rangkaian acara Sedekah Hutan Universitas Indonesia, di Kampus UI, Depok, Jawa Barat, Kamis 8 Juni 2023. Acara yang digagas oleh Bakul Budaya FIB UI dan Makara Art Center UI ini bertujuan memupuk kesadaran anak untuk peduli hutan dan lingkungan hidup. TEMPO/ Gunawan Wicaksono

Dewi belum berkenan menyampaikan secara detail hasil pertemuan yang berlangsung sekitar satu setengah jam tersebut. "Biar nanti jadi kejutan, yang jelas nantinya kami berharap program kerja sama ini bisa ikut andil dalam memajukan pariwisata di Jakarta," ucap Dewi.

Pilihan Editor: Tudingan Dosen Malaysia kepada Guru Besar Unas, Ini Dampak Penggunaan Jurnal Predator