Seberapa Ekstrem Dampak Badai Matahari Pekan Ini? Simak Penjelasan Peneliti Antariksa BRIN

Senin, 13 Mei 2024 07:00 WIB

Memprediksi Badai Matahari dalam 24 Jam

TEMPO.CO, Jakarta - Bintik hitam matahari atau sunspot berukuran besar menghasilkan badai matahari yang berdampak ke bumi selama beberapa hari terakhir. Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Johan Muhamad, mengatakan fenomena surya itu berpotensi mengganggu koneksi telekomunikasi dan navigasi secara global.

“Dalam tiga hari terakhir sunspot yang besar itu menghasilkan badai matahari yang bisa dibilang cukup ekstrem,” ujar Johan, Ahad, 12 Mei 2024.

Menurut Johan, dampak yang lebih merinci masih harus dikaji lebih jauh. Namun, dari pengamatan astronom sejauh ini, sunspot yang berukuran lebih dari 10 kali bumi itu menghasilkan suara atau flare matahari dan lontaran massa korona atau coronal mass ejection (CME).

“Ukuran sunspot sebesar ini tergolong jarang walau sebelumnya pernah ada,” kata Johan yang juga merupakan Koordinator Kelompok Penelitian Fisika Matahari di Organisasi Riset Penerbangan Antariksa BRIN tersebut.

Konfigurasi magnetik dari sunspot raksasa itu sangat kompleks sehingga menghasilkan flare. Saat ini permukaan sunspot itu mengarah ke bumi yang akhirnya masuk dalam jangkauan flare tersebut. Selain sunspot raksasa, para peneliti juga melihat bintik hitam lain di matahari.

Advertising
Advertising

“Jumlah terbaru yang saya lihat, per hari ini (12 Mei) ada 156 sunspot,” tuturnya.

Bintik hitam bertambah karena matahari tengah mencapai puncak siklus aktivitas yang periodenya kurang lebih setiap 11 tahun. Saat ini, Johan meneruskan, posisi sunspot besar berada di pinggir piringan matahari. Perubahan posisi bintik hitam, seiring rotasi matahari, membutuhkan waktu 27 hari.

“Mungkin dalam 3 hari lagi (sunspot besar) sudah tidak kelihatan, tapi masih ada di balik matahari kalau dilihat dari bumi,” kata dia. Dampak badai matahari berkurang karena posisinya tak lagi menghadap bumi.

Gangguan Atmosfer dan Alat Komunikasi

Pancaran elektromagnetik solar flare bisa mengarah ke bumi dalam hitungan menit. Satelit luar angkasa yang terpapar bisa terganggu. Akibatnya terasa pada layanan komunikasi dan navigasi. Posisi alat navigasi yang digunakan penduduk bumi pun bisa melenceng hingga beberapa meter.

Adapun lontaran massa korona matahari yang berupa material atau partikel proton, serta elektron berenergi tinggi, membutuhkan 1-3 hari untuk sampai ke bumi, tergantung volumenya. Paparan badan matahari juga mengganggu fungsi lapisan ionosfer di atmosfer.

Kendati peneliti terus mengamati aktivitas surya dan memprediksi cuaca antariksa, Johan menyebut fenomena badai matahari masih sulit diantisipasi. “Paling menunggu saja sampai dampak badai matahari mereda,” ujar Johan.

Pancaran partikel dan energi dari matahari yang masuk ke bumi melalui kutub utara dan selatan lazimnya menampilkan aurora pada malam hari. Badai matahari membuat area pengamatan aurora semakin luas di wilayah lintang menengah.

Aurora bisa terlihat hingga negara skandinavia Eropa seperti Norwegia, Swedia, Finlandia, Inggris, dan Alaska, serta beberapa negara bagian di Amerika Serikat. “Orang-orang di lintang menengah yang tidak biasa melihat aurora kemarin baru pertama kali melihat seumur hidupnya tanpa harus ke daerah kutub,” kata Johan.

Bagi kalangan astronom, badai matahari langka akan menambah pengetahuan. Johan mengimbuhkan, fenomena ini juga momentum untuk menguji banyak parameter, terutama soal bahaya sunspot. “Kalau yang sekarang ini dampaknya masih bisa ditolerir.”

Pilihan Editor: Satelit Starlink Milik Elon Musk Terganggu Akibat Badai Matahari, Begini Penjelasannya

Berita terkait

Top 3 Tekno: Riset Efek Daun Kratom Setara Morfin, Profil dan Cara Kerja Brain Cipher, Kunci PDNS Diberikan

4 jam lalu

Top 3 Tekno: Riset Efek Daun Kratom Setara Morfin, Profil dan Cara Kerja Brain Cipher, Kunci PDNS Diberikan

Topik tentang riset peneliti BRIN mengungkap daun kratom menghasilkan efek pereda nyeri setara morfin menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.

Baca Selengkapnya

Riset Peneliti BRIN, Efek Pereda Nyeri dari Daun Kratom Hampir Setara Morfin

1 hari lalu

Riset Peneliti BRIN, Efek Pereda Nyeri dari Daun Kratom Hampir Setara Morfin

Efek analgesik alkaloid kratom hampir sama dengan efek analgesik yang ditimbulkan morfin.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ungkap Fakta Gelombang Panas di Asean: Naik Signifikan, Picu Krisis Pangan dan Kesehatan

2 hari lalu

Peneliti BRIN Ungkap Fakta Gelombang Panas di Asean: Naik Signifikan, Picu Krisis Pangan dan Kesehatan

Gelombang panas yang terjadi di Indonesia memiliki korelasi yang linear dan secara umum dipengaruhi oleh fenomena El Nino.

Baca Selengkapnya

Potensi La Nina 2024, Peneliti BRIN: Redam Kekeringan di Indonesia Barat Saat Kemarau

6 hari lalu

Potensi La Nina 2024, Peneliti BRIN: Redam Kekeringan di Indonesia Barat Saat Kemarau

Kebanyakan model prediksi cuaca mengindikasikan kemunculan La Nina pada September mendatang.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Peringatkan Peningkatan Curah Hujan, Sepaku IKN Banjir Setinggi 2 Meter

7 hari lalu

Peneliti BRIN Peringatkan Peningkatan Curah Hujan, Sepaku IKN Banjir Setinggi 2 Meter

Hujan dengan intensitas lebat pada 23 Juni 2024 membuat Kampung Sepaku terendam banjir dengan ketinggian air mencapai dua meter.

Baca Selengkapnya

Soal Legalisasi Kratom, Anggota DPR Minta Tunggu Penelitian

8 hari lalu

Soal Legalisasi Kratom, Anggota DPR Minta Tunggu Penelitian

Anggota Komisi IX DPR Edy Wuryanto legalisasi kratom masih menunggu penelitian dari BRIN yang didampingi BPOM.

Baca Selengkapnya

Soroti Klaim BRIN soal Publikasi Jurnal Ilmiah, KIKA Minta Kualitas Karya Diperhatikan

8 hari lalu

Soroti Klaim BRIN soal Publikasi Jurnal Ilmiah, KIKA Minta Kualitas Karya Diperhatikan

KIKA mengkritik banyaknya peneliti dan akademisi Indonesia yang menerbitkan publikasi di jurnal predator dengan jaminan kualitas yang buruk.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan PLTS Terapung Mobile Pertama di Indonesia

8 hari lalu

BRIN Kembangkan PLTS Terapung Mobile Pertama di Indonesia

BRIN mengembangkan PLTS terapung mobile pertama. Memanfaatkan potensi besar energi surya dan mengatasi keterbatasan lahan.

Baca Selengkapnya

Pemprov Jakarta Siapkan Water Mist Tangkal Polusi Udara Jabodetabek, Bagaimana Sistem Kerjanya?

9 hari lalu

Pemprov Jakarta Siapkan Water Mist Tangkal Polusi Udara Jabodetabek, Bagaimana Sistem Kerjanya?

Upaya menekan polusi udara, Pemerintah Provinsi Jakarta menyiapkan penggunaan kabut air (water mist) saat memasuki musim kemarau.

Baca Selengkapnya

Pakar Klimatologi BRIN: Wilayah IKN Diprediksi Hujan Sepanjang Kemarau, Imbas BSISO

9 hari lalu

Pakar Klimatologi BRIN: Wilayah IKN Diprediksi Hujan Sepanjang Kemarau, Imbas BSISO

Peneliti BRIN memprediksi hujan sepanjang kemarau di Kalimantan, termasuk di wilayah IKN.

Baca Selengkapnya