TEMPO.CO, San Fransisco - Sebuah upaya besar yang didanai pemerintah federal Amerika Serikat menghasilkan sebuah laporan yang sangat rinci tentang makhluk-makhluk super kecil yang menumpang di tubuh kita. Ilmuwan merilis foto-foto triliun koloni makhluk ini dalam tubuh kita untuk pertama kalinya.
Dua makalah utama penelitian diterbitkan di jurnal ilmiah Nature dan satu lagi diterbitkan dalam jurnal lain, Science.
Para peneliti menemukan banyak variasi dalam populasi mikroba dalam sampel 242 orang yang mereka teliti. Namun, apakah ada polanya? Studi ini tidak menemukannya, tetapi jumlah mereka sangat tergantung pada pada jenis kelamin, indeks massa tubuh, tekanan darah, dan suhu tubuh manusia. Ras atau etnis tak begitu berpengaruh.
Satu hal yang belum diteliti lebih jauh adalah paparan lingkungan, seperti di mana seseorang dibesarkan atau apa yang dimakannya ketika bayi.
Gerombolan bakteri paling banyak ditemukan di kulit. Ini adalah tempat lain pada tubuh di mana para ilmuwan menemukan banyak variasi bakteri yang berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Hal ini, kata ilmuwan, sangat bisa dipahami, "Kulit paling mudah terganggu oleh lingkungan," kata Curtis Huttenhower dari Harvard, salah satu ilmuwan yang terlibat dalam penelitian, dalam sebuah wawancara. Kulit juga menjadi "padang pasir" mikroba. Dibandingkan dengan bagian lain dari tubuh, hanya ada nutrisi lebih sedikit di sana, lebih kering, dan tidak "ramah".
Para ilmuwan tidak menemukan perbedaan bakteri pada kulit yang berhubungan dengan usia (responden berusia 18-40 tahun). Bakteri tertentu dari kelompok besar yang disebut Firmicutes menurun jumlahnya seiring pertambahan usia yang pada sampel diambil dari belakang telinga.
Bagian tubuh yang paling miskin variasi mikroba adalah vagina wanita. Area ini didominasi oleh hanya satu jenis bakteri Lactobacillus saja. Namun ada kondisi yang mengubah komposisinya dan membuat masuk mikroba lain, yaitu kadar pH. makin tinggi kadarnya, yang artinya kadar asam berkurang, maka jumlah Lactobacillus menurun dan keanekaragaman mikroba akan naik.
Ketika seorang wanita hamil, microbiome vagina menjadi lebih kurang beragam. Para ilmuwan melaporkan dalam makalah yang diterbitkan dalam jurnal PLoS ONE setelah membandingkan flora vagina dari 24 wanita hamil yang sehat dengan 60 wanita yang tidak hamil. Ada bakteri lebih sedikit di sana juga. Para ilmuwan berspekulasi bahwa perubahan mungkin memiliki peran dalam melindungi bayi yang akan segera bergerak melalui saluran vagina dari kemungkinan infeksi.
Meskipun bakteri merupakan bentuk kehidupan yang dominan dalam microbiome, ada makhluk mikroskopis lainnya dalam diri kita, yaitu jamur. Dalam sebuah makalah yang diterbitkan pekan lalu, David Underhill dari Cedars Sinai Medical Center dan rekan-rekannya menjelaskan bagaimana beberapa dari mereka terkait dengan ulcerative colitis, penyakit inflamasi usus.
Virus juga berada dalam tubuh kita, meskipun proyek ini tidak secara optimal membahasnya. Peneliti melihat kemungkinan adanya hubungan antara virus dan demam yang tidak jelas pada anak-anak berusia di bawah tiga tahun. Meskipun virus umumnya diduga menjadi penyebabnya, mereka biasanya tidak diuji dan ada banyak antibiotik yang diresepkan untuk sakit jenis ini. Padahal antibiotik tidak membasmi virus. Analisis DNA menemukan bahwa anak-anak dengan demam memiliki 1,5 kali lebih jumlah materi genetik virus daripada mereka yang sehat.
TRIP B | LOS ANGELES TIMES
Berita Terpopuler
Foto-foto Aborsi Paksa di Cina Guncang Jagat Maya
Disuruh Cium Mulan Jameela, Dhani Takut FPI
Anak Kambing Ini Berwajah Mirip Manusia
Seru Mana Once atau Ari Lasso di Konser Ahmad Dhani ?
Ruhut Sitompul : Anas Bukan Level SBY
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya