TEMPO.CO, Milan - Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa anjing memiliki tingkat keandalan sebesar 98 persen dalam mencium kanker prostat pada pria. Studi yang dilakukan ilmuwan Italia tersebut mendukung tes sebelumnya yang dilakukan badan amal Medical Detection Dogs, yang berbasis di Buckinghamshire.
Penelitian terbaru Departemen Urologi di Humanitas Klinis dan Research Centre di Milan itu melibatkan dua anjing gembala Jerman yang mengendus urine 900 laki-laki, 360 di antaranya mengidap kanker prostat dan 540 sisanya negatif kanker prostat.
Para ilmuwan menemukan bahwa penciuman anjing itu benar dalam 98,7 persen kasus. Mereka mengatakan anjing dapat mendeteksi kanker prostat senyawa organik volatil tertentu dalam urine. Namun pertanyaan penting adalah bagaimana anjing akan menemukannya dalam praktek sehari-hari.
Dokter Claire Guest, yang memimpin penelitian yang sama, sebelumnya mengatakan penelitian yang dilakukannya menemukan tingkat keandalan 93 persen ketika mendeteksi kandung kemih dan kanker prostat. Dia menggambarkan temuan baru ilmuwan Italia ini sebagai penemuan yang spektakuler.
"Hasil ini spektakuler. Hasil penelitian ini menawarkan bukti lebih lanjut bahwa anjing memiliki kemampuan untuk mendeteksi kanker pada manusia. Hal ini sangat menarik, karena penelitian ini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dalam mendeteksi kanker prostat," ujar Guest
Kanker prostat adalah kanker paling umum yang terjadi pada pria di Inggris, dengan lebih dari 40 ribu kasus baru didiagnosis setiap tahun. Tidak ada tes tunggal untuk kanker prostat, tapi yang paling umum digunakan adalah tes darah, pemeriksaan fisik, atau biopsi.
Guest menambahkan, deteksi anjing memberikan solusi alternatif yang memberikan hasil yang konsisten dan akurat. Penelitian ini telah diterbitkan dalam Journal of Urology, yang dilansir ITV.com pada Sabtu, 11 April 2015.
ITV.COM | YON DEMA
Berita terkait
BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan
41 hari lalu
BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaDua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?
26 September 2023
Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.
Baca SelengkapnyaRektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang
20 Juli 2023
Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.
Baca Selengkapnya2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi
14 Juli 2023
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.
Baca SelengkapnyaBagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad
14 April 2023
Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.
Baca SelengkapnyaPakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia
6 April 2023
Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.
Baca SelengkapnyaRancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah
26 Maret 2023
Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.
Baca SelengkapnyaPakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat
22 Maret 2023
Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.
Baca SelengkapnyaPsikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik
17 Januari 2023
Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.
Baca SelengkapnyaTips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu
13 September 2022
Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.
Baca Selengkapnya