Bos Pura Grup Dapat Doktor HC dan Punya 150 Paten, Ini Rahasianya
Editor
Kodrat setiawan
Kamis, 20 Agustus 2015 05:29 WIB
TEMPO.CO , Jakarta: Pemilik sekaligus CEO Pura Grup Jacobus Busono mendapat gelar doktor honoris causa atau anugerah perekayasa utama kehormatan 2015 dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Rabu 19 Agustus 2015.
Pengusaha berusia 78 tahun asal Kudus, Jawa Tengah itu, dianggap sebagai tokoh yang telah banyak melakukan riset, pengembangan, dan inovasi di industri percetakan dan kemasan dengan material dan teknologi tinggi.
Sampai detik ini, Pura telah memiliki 150 paten, jumlah terbanyak di Indonesia. Produknya seperti kertas uang dan sistem anti pemalsuan telah dipakai di berbagai negara. Lalu apa rahasia Jacobus sehingga mampu mengembangkan Pura yang pada 1970-an hanya punya 50 karyawan, kini memiliki 12 ribu karyawan?
“Hidup mati dan maju mundurnya suatu perusahaan bergantung pada manusianya, bukan sebaliknya,” kata Jacobus menyampaikan orasi di Gedung BPPT, Rabu.
Menurut Jacobus, sumber daya manusia itu mempunyai infrastruktur utama, yaitu karakter. Jadi jika ingin membangun infrastruktur, kata Jacobus, maka pembinaan karakter seharusnya menjadi prioritas utama. Jacobus mengakui Pura memang fokus pada inovasi dan teknologi.
“Tapi teknologi bukanlah mesin-mesin, peralatan, gadget, atau formula. Teknologi semata-mata berasal dari manusia yang menciptakannya,” kata Jacobus.
Pura dikenal sebagai perusahaan inovatif yang memproduksi kertas sekuriti dan kertas uang berhologram, sistem anti pemalsuan terpadu, smart card dan label yang dipakai di kartu telepon seluler, ATM, sampai e-KTP, converting seperti kertas materai dan perangko serta kertas tanpa karbon, dan engineering terpadu.
Bisnisnya ditopang oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Perusahaan ini juga memproduksi teknologi tepat guna seperti mesin pengering padi dengan teknologi after burner, mesin pengawet produk ikan dan mesin yang mencegah kebusukan sayuran dan buah-buahan. ”Semua ini adalah hasil dari pembinaan karakter sumber daya manusia.”
Untuk hasil karya-karyanya itu Jacobus punya prinsip bekerja yang menarik. Di dunia ini, kata Jacobus, yang “enak” biasanya tidak betul. Sementara yang ”betul” biasanya tidak enak. ”Santai terus, bersenang-senang, tidak bekerja, memang enak, tapi tidak betul. Bekerja keras, berpikir mencari terobosan, disiplin memang tidak enak, melelahkan, tapi itula yang seharusnya dilakukan,” kata pengusaha yang mendapat diploma dalam bidang perekayasaan pencetakan dan pembuatan kertas di Fachhochschule (FH) Jerman itu.
Menurut Jacobus, berbahagialah orang yang benar-benar mencintai pekerjaannya. Karena, kata dia, tidak ada yang lebih membahagiakan di dunia daripada itu. Dia merinci dalam satu hari ada 24 jam, 8 jam di antaranya dipakai tidur. Sedangkan waktu bekerja sekitar 8-10 jam atau lebih.
“Karena sebagian besar waktu hidup dipakai untuk bekerja, kalau sampai tidak senang dan bangga pada pekerjaan, bukankah sangat menyiksa?” kata Jacobus. “Mencintai pekerjaan Anda dan merasakan betapa bernilainya, apakah ada yang lebih menyenangkan?”
Jacobus mengatakan, jangan bermimpi bahwa hidup bisa bahagia dan sukses tanpa mencintai pekerjaan dan santai terus tanpa bekerja. “Karena itu tidak mungkin,” kata dia. Dalam konteks pekerjaan, kata dia, tidak ada orang yang pandai di segala hal dan mengerjakan segala sesuatu yang besar seorang diri. “Karena itu dalam menjalankan perusahaan atau proyek besar, multak diperlukan teamwork yang solid dengan anggota orang-orang yang berkarakter baik,” kata Jacobus.
AHMAD NURHASIM