Berlomba Eksplorasi Luar Angkasa, Berburu Harta Karun?

Reporter

Selasa, 20 Desember 2016 13:33 WIB

Roket Delta IV Heavy dengan pesawat ruang angkasa Orion diluncurkan di Air Force Station Cape Canaveral, Cape Canaveral, Florida, 5 Desember 2014. Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) meluncurkan Orion dengan roket Delta IV sebagai langkah NASA untuk bisa mengeksplorasi planet Mars, meski tidak sampai ke Mars, diharapkan Orion bisa menjadi langkah awal pembaharuan eksplorasi ruang angkasa terutama Mars. REUTERS/Steve Nesius

TEMPO.CO, Jakarta - Kompetisi berburu sumber daya alam di luar angkasa semakin ramai. Jepang membuat kesepakatan dengan perusahaan eksplorasi ispace Incorporation untuk mengambil sumber daya alam di bulan. Satelit bumi itu mengandung material penting dalam jumlah besar yang bisa dipakai mengembangkan misi penjelajahan luar angkasa.

Bersama Badan Eksplorasi Antariksa Jepang (JAXA), ispace berencana membangun industri penambangan, penyimpanan, pengiriman, dan pemanfaatan sumber daya alam di bulan. Jepang sudah mengumumkan kebijakan nasional untuk memperkuat pembangunan industri luar angkasa dalam 20 tahun. Nilai industri luar angkasa diperkirakan mencapai US$ 90 miliar atau Rp 1.207 triliun pada 2030.

Menurut Takeshi Hakamada, pendiri ispace, pembangunan industri sumber daya luar angkasa menarik banyak peminat di seluruh dunia. “Dengan sokongan pemerintah dan JAXA, ispace akan memimpin pembangunan industri luar angkasa di tingkat nasional dan internasional,” ujar Hakamada dalam keterangan pers, Jumat pekan lalu.

Kesepakatan internasional menyatakan tak satu pun negara bisa mengklaim kepemilikan terhadap obyek antariksa seperti planet atau teritori di luar angkasa. Hal ini untuk mencegah perselisihan antarnegara. Namun siapa pun bisa memiliki properti, termasuk sumber daya alam yang mereka bangun dan kembangkan sendiri.

Pada November tahun lalu, Presiden Amerika Serikat Barack Obama membuat undang-undang pemanfaatan luar angkasa secara komersial. Dengan adanya aturan ini, perusahaan eksplorasi Amerika Serikat bisa memiliki apa pun yang mereka tambang di luar angkasa. Luksemburg, negara kecil di Eropa, juga menyatakan akan membuat peraturan serupa.

Moon Express, perusahaan eksplorasi dari Amerika Serikat, telah mendapatkan izin untuk meluncurkan misi ke bulan. Sementara itu, Deep Space Industries (DSI) tengah membangun wahana nirawak untuk menambang asteroid. Perusahaan itu akan meluncurkan wahana penyelidik tahun depan dan mulai menambang pada akhir dekade ini.

Planetary Resources, perusahaan yang disokong pendiri Google, Larry Page, juga berminat pada industri pertambangan luar angkasa. Tahun lalu, mereka meluncurkan satelit perdana dari Stasiun Luar Angkasa Internasional. Dengan teknologi yang dimilikinya, Planetary Resources berencana memulai operasi penambangan pada 2020.

Perkembangan dalam bisnis dan industri luar angkasa paling pesat justru ditunjukkan perusahaan transportasi. Blue Origin, yang dibangun pendiri Amazon.com, Jeff Bezos, serta SpaceX yang diinisiasi pemilik Tesla Motors, Elon Musk. SpaceX bahkan berkonsentrasi dalam mengembangkan roket pengangkut ulang-alik.

Industri luar angkasa adalah peluang bisnis bernilai tinggi. Nilai kandungan mineral di bulan diperkirakan lebih dari US$ 150.000 triliun. Salah satu elemen berharga di sana adalah helium-3 yang sangat langka dan mahal di bumi. Elemen ini dipakai sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga nuklir dengan teknologi fusi.

Kandungan mineral di asteroid juga tak kalah banyak. Asteroid umumnya mengandung besi, nikel, kobalt, platinum, dan titanium dalam jumlah besar.

Dari seluruh “harta karun” luar angkasa, material yang paling berharga sebenarnya adalah air. Meagan Crawford, Wakil Presiden DSI, mengatakan banyak asteroid di kawasan dekat bumi mengandung banyak es. Siapa pun yang bisa mendekati asteroid dan menambang es, bakal untung besar.

“Sebagian besar isinya adalah oksigen dan hidrogen cair. Ini bahan bakar penting untuk roket,” kata Crawford. “Kami tengah mengembangkan teknologi yang bisa memanfaatkan air sebagai pendorong. Jadi, tak perlu lagi memisahkan oksigen dan hidrogen.”

Bisa mendapatkan bahan bakar di luar bumi menjadi keuntungan besar bagi perusahaan eksplorasi. Ongkos terbesar misi ke luar angkasa adalah untuk bahan bakar. Jadi, asteroid ibarat stasiun pengisian bahan bakar. “Lebih dari 90 persen bobot roket modern adalah bahan bakar,” kata pendiri Moon Express, Naveen Jain.

SPACE | NASA | THE GUARDIAN | LIVE SCIENCE | GABRIEL YUGA

Baca:
3 Barang Paling Diminati Saat Harbolnas 2016
Begini 5 Ponsel Android yang Paling Ditunggu di 2017
5 Game Paling Populer 2016: Tahu Bulat hingga Pokemon Go


Berita terkait

Musisi Jazz Meriahkan Pembukaan Ecodome

13 November 2017

Musisi Jazz Meriahkan Pembukaan Ecodome

Ecodome menjadi model Kebun Raya Bogor sebagai pendidikan lingkungan melalui sentuhan teknologi.

Baca Selengkapnya

Kenapa Nyamuk Malaria Suka Menggigit Pasien Malaria?

11 Februari 2017

Kenapa Nyamuk Malaria Suka Menggigit Pasien Malaria?

Nyamuk malaria cenderung lebih tertarik menghisap darah penderita malaria.

Baca Selengkapnya

Unsur Kimia Baru Ditemukan di Mars, Beri Harapan Besar

21 Desember 2016

Unsur Kimia Baru Ditemukan di Mars, Beri Harapan Besar

NASA, lembaga antariksa Amerika Serikat, menemukan boronunsur kimia dengan lambang B dan nomor atom 5 dalam tabel periodikdi permukaan Mars.

Baca Selengkapnya

Ini Saklar Ajaib Anti-Kekeringan untuk Tanaman

3 Februari 2016

Ini Saklar Ajaib Anti-Kekeringan untuk Tanaman

Sangat berguna untuk membantu tanaman tetap tumbuh saat musim kemarau.

Baca Selengkapnya

Inovasi Kantong Plastik Unpad Dipamerkan ke Inggris  

22 Desember 2015

Inovasi Kantong Plastik Unpad Dipamerkan ke Inggris  

Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran mengenalkan inovasi kantong plastik untuk pertanian (polybag) berbahan eceng gondok.

Baca Selengkapnya

LIPI Gaet Anak Muda Meneliti Bioteknologi

18 November 2015

LIPI Gaet Anak Muda Meneliti Bioteknologi

Melalui acara open house, LIPI ingin mendorong animo masyarakat
pada teknologi rekayasa genetika.

Baca Selengkapnya

Printer 3D Bisa Cetak Hidung Buatan Hanya dalam 16 Menit

6 November 2015

Printer 3D Bisa Cetak Hidung Buatan Hanya dalam 16 Menit

Teknik cetak hidung ini bergantung pada bioprinting-tulang rawan hasil cetak 3D dari kultur sel pasien.

Baca Selengkapnya

Rekayasa Genetik Bikin Tomat Setara 50 Botol Anggur  

4 November 2015

Rekayasa Genetik Bikin Tomat Setara 50 Botol Anggur  

Berkat rekayasa genetik, kandungan senyawa resveratrol dalam tomat dapat setara dengan 50 botol anggur merah.

Baca Selengkapnya

Alat Ini Bikin Manusia Seperti Spiderman

21 Oktober 2015

Alat Ini Bikin Manusia Seperti Spiderman

Membantu untuk berjalan di dinding.

Baca Selengkapnya

LIPI Gelar Pameran Bidang Bioresources

25 September 2014

LIPI Gelar Pameran Bidang Bioresources

Acara 24-25 September 2014 untuk membuka wawasan dan pengetahuan tentang pemanfaatan sumber daya dari makhkuk hidup.

Baca Selengkapnya