Ancaman Menakutkan dari Pengembangan Kecerdasan Buatan  

Reporter

Sabtu, 4 Maret 2017 11:08 WIB

Charllotte Abbot berjabat tangan dengan robot Pepper dalam pameran Robots di Museum Sains, London, 7 Februari 2017. AP/Alastair Grant

TEMPO.CO, Jakarta - Kecerdasan buatan kini kian mirip kecerdasan manusia. Dari studi terbaru diketahui bahwa artificial intelligence (AI)—komputer yang diajari banyak hal agar bisa melakukan pekerjaan manusia—ternyata bisa saling mengalahkan dan bekerja sama. Tak percaya?

Adalah DeepMind—salah satu unit di Google yang berfokus mengembangkan AI—yang mengungkap hal tersebut. Dalam sebuah uji coba, para peneliti membuat AI bersaing satu sama lain dalam permainan komputer.

Kompetisi itu digelar dalam 40 juta putaran. Tiap AI harus menembak jatuh apel digital dengan sinar laser sebanyak mungkin. Keduanya juga bisa melakukan sedikit kecurangan dengan cara menembakkan laser ke lawan.

Mungkin orang akan bertanya, apa pentingnya kompetisi ini? Hal ini berkaitan dengan ketakutan umum selama ini bahwa robot akan mengambil alih kehidupan kalau memiliki perasaan. Atau digunakan sebagai senjata perang. Riset ini bisa mengetahui hubungan kecerdasan dan agresi.

“Robot ternyata memiliki keinginan untuk mengalahkan,” demikian tulisan para ilmuwan Google dalam artikel yang diterbitkan di situs DeepMind. Artikel berjudul “Multi-agent Reinforcement Learning in Sequential Social Dilemmas” ini disiapkan untuk terbit dalam jurnal Proceedings of the 16th International Conference on Autonomous Agents and Multiagent Systems edisi Mei 2017.

Saat jumlah apel masih berlimpah, dua agen AI masih belum menyerang satu sama lain. Namun, ketika apel semakin sedikit, keduanya kian agresif. Dari uji coba ini Joel Leibo dan empat peneliti lainnya menemukan bahwa, semakin besar kapasitas kognitif AI, semakin besar pula agresi yang mereka lakukan. Perilaku tersebut lebih kompleks daripada sebelumnya dan membutuhkan tingkat kecerdasan lebih tinggi.

Selanjutnya: Bisa bekerjasama, lalu..
<!--more-->
Dari kompetisi ini, AI juga belajar berperilaku kooperatif dan bekerja sama. Dalam game kedua, masing-masing agen AI bertindak sebagai serigala. Peneliti memunculkan satu agen lagi yang bertugas sebagai mangsa.

Agen AI belajar bahwa, jika bekerja sama, tingkat keberhasilan menangkap mangsa lebih besar ketimbang sendirian. Selain itu, kerja sama dapat melindungi mereka dari pemangsa lain. “Kedua sikap tersebut sama seperti pikiran manusia,” kata Leibo, seperti dikutip dari laman berita Quartz, akhir pekan lalu.

Kecerdasan yang kian kompleks ini memang terdengar bagai sebuah ancaman bagi umat manusia, khususnya jika digunakan dalam perang. Namun, kata para peneliti, sebetulnya hal tersebut tidak perlu ditakutkan. Sebab, AI memiliki kecerdasan yang cukup terbatas dan hanya terfokus pada hal-hal remeh. Sebaliknya, menurut Leibo, ancaman terbesar saat ini adalah manusia di balik AI.

Ketakutan akan penggunaan AI untuk perang dilontarkan langsung oleh Stephen Hawking dan CEO Tesla Motor, Elon Musk, pada Juli 2015. Mereka memimpin lebih dari 1.000 ilmuwan dan peneliti robot terkemuka meneken surat peringatan terbuka ihwal bahaya perlombaan senjata militer berbasis AI alias robot perang. Mereka khawatir mesin perang yang digerakkan oleh kecerdasan buatan, tanpa kontrol penuh manusia, akan mudah dibeli di pasar gelap serta bisa jatuh ke tangan teroris dan penguasa diktator.

Mereka meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa melarang pengembangan senjata yang digerakkan oleh komputer itu untuk tujuan perang. Robot perang digambarkan sebagai revolusi ketiga dalam peperangan, setelah mesiu dan senjata nuklir.

Elon Musk; Stephen Hawking; pendiri Apple, Steve Wozniak; dan pendiri DeepMind, Demis Hassabis, termasuk dalam barisan yang menyerukan pelarangan pengembangan senjata AI. Mereka menyatakan, jika ada kekuatan militer besar mendorong pengembangan senjata tersebut, perlombaan senjata global hampir tak terelakkan.

QUARTZ | WEIRD | LIVE SCIENCE | AMRI M

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya