TEMPO.CO, California - Hanya dalam hitungan menit, kecerdasan buatan mampu memecahkan urutan teks acak (captcha) yang diberikan. Captcha, yang merupakan singkatan dari completely automated public Turing test to tell humans and computers apart, adalah fitur keamanan di web untuk membedakan antara robot dan manusia. Ibarat kata, dia menjadi pintu terlarang bagi robot.
Untuk mengungkap captcha, robot harus mengungkap karakter yang terdistorsi dan tersembunyi. Tentunya ini hal sulit. Mereka harus dilatih dengan jutaan gambar agar bisa bekerja dengan baik. Manusia sekalipun harus benar-benar jeli untuk mencari karakter yang hilang tersebut.
Namun kecerdasan buatan (artificial intelligence) besutan perusahaan rintisan Vicarious mampu mengungkap karakter acak captcha setelah dilatih hanya dalam hitungan menit. Termasuk di dalamnya berbagai gaya captcha, seperti tulisan tangan, angka, dan skenario foto, maupun obyek non-teks. Sistem ini meniru cara kerja otak untuk mengidentifikasi obyek hanya dari beberapa contoh.
"Kami terinspirasi dari evolusi otak manusia dan menempatkan struktur ini ke dalam algoritma supaya AI bisa belajar lebih cepat," demikian menurut tim peneliti Vicarious dalam jurnal Science. Studi yang menyebut kecerdasan buatan mereka sebagai recursive cortical network (RCN) itu berjudul "A Generative Vision Model That Trains with High Data Efficiency and Breaks Text-based CAPTCHAs".
Baca: Ahli Teknologi Ini Bikin Agama Baru Bertuhankan Kecerdasan Buatan
Brenden Lee, asisten profesor bidang kognitif dan data dari New York University, mengacungkan jempol untuk kerja George dan tim di Vicarious. Lee, yang tak tergabung dalam studi, mengatakan mungkin tak lama lagi kecerdasan buatan akan bisa mengejar ketertinggalan dari manusia.
"George dan tim mampu mengubah prinsip dasar sains kognitif dan ilmu saraf ke dalam bentuk algoritma," kata Lee. "Ini memang langkah kecil, tapi menjadi pertimbangan besar untuk perkembangan kecerdasan buatan tingkat lanjut."
Baca: Cina Bikin Sistem Kecerdasan Buatan Ini untuk Pantau Warganya
Tim menguji sistem captcha berbasis teks dari dua penyedia layanan, yakni reCAPTCHA dan Bot Detect. Dua penyedia ini digunakan oleh Yahoo dan PayPal dengan akurasi 57-67 persen. Memang, menurut tim, banyak situs web telah beralih dari captcha berbasis teks ke gambar dan data tentang gerakan mouse atau cookies. Namun kata acak berbasis teks masih menjadi tolok ukur yang baik untuk menguji AI.
Selama ini sistem kecerdasan buatan melacak gambar captcha dengan mencari pola dalam pikselnya. Tim Vicarious menggabungkan cara tersebut dengan sistem visual manusia: sketsa dan tekstur.
"Alasan di balik kenapa manusia dengan mudah menggambar suatu benda meski tidak pernah melihatnya ialah membayangkan tekstur," kata Dileep George, wakil pendiri Vicarious, perusahaan rintisan yang membuat kecerdasan buatan tersebut, seperti dilansir laman Live Science. Teknik ini, George menjelaskan, ternyata tak hanya memberikan pemahaman yang lebih fleksibel tentang obyek, melainkan juga melihat kemungkinan kombinasi bentuk dan tekstur untuk mengidentifikasi obyek baru.
Dengan menanamkan algoritma yang berbasis konsep tersebut, tim dapat melakukan dua hal sekaligus terhadap kecerdasan buatan yang mereka ciptakan. Pertama, memusatkan perhatian pada obyek dan memisahkannya dari obyek yang tumpang tindih. Kedua, kecerdasan buatan mampu belajar dari contoh yang lebih sedikit sekaligus bekerja dengan efektif.
Baca: Kecerdasan Buatan Pemindai Wajah dan Face ID: Berbahayakah?
Simak artikel menarik lainnya tentang kecerdasan buatan hanya di kanal Tekno Tempo.co.
SCIENCE | LIVE SCIENCE