TEMPO.CO, Jakarta - Piala Dunia 2018 sudah memasuki babak akhir penyisihan grup. Beberapa negara sudah pulang. Namun hal yang paling menyorot perhatian ialah tentu saja perilaku suporter.
Suporter, menurut sains, memang bisa jadi penentu kemenangan. "Dan membangkitkan ikatan saling percaya dari sesama anggota tim," kata Eiluned Pearce, pakar psikologi eksperimental yang kini menjadi mahasiswa pascadoktoral di Universitas Oxford, seperti dilansir laman The Inverse, Jumat, 22 Juni 2018.
Baca juga: Piala Dunia 2018: Inggris Mengamuk, Kane Bikin Hat-trick
Pearce mengatakan nyanyian para suporter memungkinkan terjadinya ikatan pada perilaku manusia. "Bernyanyi untuk tim yang sedang didukung akan melepaskan bahan kimia di otak yang disebut endorfin. Inilah yang membuat kita terlibat dalam ikatan sosial," ujarnya.
Jadi sekelompok suporter yang sedang bersorak-sorai dan menyanyikan yel-yel tidak hanya bersenang-senang. Para suporter tersebut juga sedang menjalani ikatan lebih dekat sebagai sebuah kelompok.
Baca juga: Piala Dunia 2018: Setelah Kelompok Suporter Garis Keras Diredam
Pearce menjelaskan, ikatan tersebut akan memberikan rasa bahagia yang kuat. Selain itu, yel-yel tersebut bisa memecah kebuntuan para pemain.
Selain yel-yel, seruan semangat menggunakan tepukan tangan juga efektif. Sebab, menurut Pearce, manusia menikmati momen-momen saat menyamakan gerakan dengan orang lain. Saat ini terjadi, muncul interaksi sosial.
Bahkan, kata Pearce, suporter Islandia yang menjadi satu-satunya negara terkecil di dunia punya yel-yel dan tepuk tangan sempurna agar lebih terikat satu sama lain. "Mereka punya 'huh!' yang mantap," ucapnya.
Baca juga: Piala Dunia 2018: Peta Persaingan Terkini Setiap Grup
Simak artikel menarik lain tentang Piala Dunia 2018 hanya di Tempo.co.
THE INVERSE | AMB