TEMPO.CO, Jakarta - Tim RISE dari Universitan Indonesia (UI) terpilih menjadi pemenang dalam kompetisi Go Green in the City (GGITC) 2018 tingkat nasional. Kemenangan ini sekaligus menjadikan tim RISE UI wakil dari Indonesia untuk bersaing di Asia Pasifik.
Gelaran tersebut diselenggarakan oleh perusahaan global yang bergerak di bidang pengelolaan energi dan otomasi, Schneider Electric. Country President Schneider Electric Indonesia Xavier Denoly mengatakan bahwa generasi tech savvy akan mendominasi 50 perseb dari tenaga kerja produktif pada 2020. Milenial, kata dia, menjadi generasi utama dalam melakukan perubahan yang sustainable dengan pemanfaatan teknologi, internet of think dan kecerdasan buatan.
"Melalui kompetisi GGITC 2018, Schneider Electric menggajak milenial untuk ambil bagian dalam komunitas global. Dan mau mengasah kemampuan serta kreativitas dengan berorientasi pada teknologi pengelolaan energi yang efisien dan berdampak positif terhadap sosial-lingkungan," ujar Denoly, dalam keterang yang diterima Tempo, Kamis, 12 Juli 2018.
Baca juga: Alumni UI Gelar Diskusi Soal Radikalisme di Kampus-kampus
Konsep ide tim RISE UI berjudul Smart Memory Alloy for Reliable Trackers (SMART) terpilih sebagai pemenang. Ide tersebut menjadi jawaban dari permasalahan kebutuhan sumber energi alternatif tenaga matahari. Tim RISE mengalahkan 250 tim mahasiswa dari seluruh Indonesia.
Kompetisi GGITC merupakan kompetisi global yang diperuntukkan bagi para mahasiswa untuk menumbuhkan minat. Dan memfasilitasi generasi muda untuk ikut mencari solusi dalam pengelolaan energi efisien di kawasan perkotaan dan berdampak positif terhadap lingkungan.
Tiap tim wajib mengirimkan satu konsep yang mengilustrasikan ide solusi pengelolaan energi inovatif untuk kota pintar (smart city), dengan berfokus pada tema dasar. Tema dasar dari acara tersebut yaitu Sustainability dan Inclusivity, Digital Economy, Smart Manufacturing dan Supply Chain, serta Cyber Security.
Baca juga: Rektorat UI Bantah Menahan Dana BEM Imbas Kartu Kuning ke Jokowi
Tidak hanya itu peserta juga diperbolehkan untuk mengambil tema No Boundaries, dimana para peserta dapat bebas berinovasi sesuai dengan peluang efisiensi energi yang mereka anggap relevan dengan kehidupan perkotaan.
"Generasi milenial dikenal memiliki pemahaman yang baik tentang konsekuensi dari tindakan mereka terhadap lingkungan. Serta memiliki pendidikan, motivasi dan kesadaran sosial untuk berpartisipasi dalam gerakan ramah lingkungan," kata Denoly.
Penilaian didasarkan pada inovasi, visibilitas ide dan dampak terhadap efisiensi energi atau lingkungan, serta kemampuan peserta dalam menyampaikan ide. Dewan juri GGITC 2018 terdiri dari Xavier Denoly, Director Customer Satisfaction, Quality and CCC Schneider Electric Indonesia Budijanto Jutanti Gunawan dan Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM Andriah Feby Misna.
Baca juga: Peneliti UI Ciptakan TaLis, Solusi Listrik Warga Pedalaman
Tim RISE terdiri dari Clarissa Merry dan Rivaldo Gurky, mereka akan menampilkan ide SMART untuk bersaing di tingkat Asia Pasifik. Tingkat Asia Pasifik digelar pada 28-29 Agustus 2018 untuk memperebutkan tiket menuju Grand Final yang akan diselenggarakan di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, November 2018. Clarisa dan Rivaldo akan mempresentasikan idenya yang fokus pada energi alternatif dengan memaksimalkan tenaga surya.
Dengan sistem panel surya ini, energi listrik yang dihasilkan dari tenaga surya dapat meningkat sekitar 18 persen dibandingkan sistem panel surya konvensional, diperkirakan dalam satu hari dapat menghasilkan energi listrik hingga 31,6 megawatt per jam, setara dengan menghidupkan 2.300 rumah tangga dengan konsumsi listrik rata-rata per harinya sebesar 13,6 kilowat per jam.
Baca juga: UI Jadi Perguruan Tinggi Terbaik ke-54 di Asia
Simak kabar terbaru dari UI hanya di kanal Tekno Tempo.co.