TEMPO.CO, Bandung - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir meresmikan Industri-Katalis Pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB), Kamis, 11 Oktober 2018. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri merintis pendirian Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalis ITB sejak 2017. Hasil riset katalis terbarunya digunakan Pertamina untuk bahan bakar dari minyak sawit.
Baca juga: ITB Kembangkan Robot Kecoa, Bisa Jadi Mata-mata KPK
Kepala laboratorium tersebut Subagjo mengatakan, katalis itu dinamakan Merah-Putih. Katalis merupakan zat yang mempercepat reaksi kimia dengan suhu tertentu. Pengembangan katalis di ITB untuk industri sudah dimulai sejak 1996 namun masih skala laboratorium. Baru pada 2016 ada tantangan dari industri yang perlu 3 kilogram katalis. "Sementara di laboratorium baru sanggup 60 gram per hari," katanya.
Sejak mendapat bantuan peralatan dari pemerintah pada 2016, skala katalis bisa didongkrak jadi 1-5 kilogram per hari. Hasil riset katalis buatan ITB dipakai Pertamina untuk mengolah bahan bakar mesin diesel.
Baca juga: Ini Penjelasan Pakar Geologi ITB Soal Likuifaksi di Palu
Senior Vice President Research & Technology Center (RTC) Pertamina Herutama Trikoranto mengatakan, latar belakang Pertamina terlibat dalam riset karena proses bahan bakar minyak sekitar 80 persen memerlukan katalis.
Biasanya Pertamina mengimpor katalis US$100-200 juta atau lebih dari Rp1 triliun. Katalis buatan ITB akan dipakai untuk menggantikan katalis impor. "Kualitasnya lebih baik dan memberikan efisiensi yang besar karena waktu pemakaiannya lebih panjang dan penggantiannya lebih sedikit," ujar Herutama.
Pertamina menggunakan tiga jenis katalis ITB untuk menghasilkan bensin, solar, dan avtur serba nabati dari minyak kelapa sawit. Dari harga pasaran katalis impor sekitar US$22-23 per kilogramnya, kemunculan katalis ITB mulai menurunkan harga katalis impor hingga menjadi US$16,5. Menristek M. Nasir mengatakan importir selama ini menikmati keuntungan dari harga katalis US$22-23 per kilogram. "Kita pendatang baru menghantam mereka, keuntungannya di-share ke pihak lain," katanya.
Baca juga: Ahli ITB Ungkap Faktor Penyebab Tsunami Teluk Palu
Simak kabar terbaru dari Institut Teknologi Bandung hanya di kanal Tekno Tempo.co.