TEMPO.CO, Jakarta - Tim SAR gabungan hari ini mulai mencari bagian kedua black box pesawat Lion Air JT 610. Kemarin, bagian pertama kotak hitam dari pesawat yang jatuh pada, Senin, 29 Oktober 2018, itu ditemukan.
Baca juga: Cerita dari Bawah Laut Saat Pencarian Black Box Lion Air
Benda yang merekam suara terakhir di pesawat sebelum jatuh itu ditemukan di kedalaman 30 meter lewat alat "Remotely Operated Vehicle" (ROV) yang dimiliki kapal Baruna Jaya I. Awalnya ROV menemukan serpihan badan pesawat dan sebuah syal yang diduga milik korban. Petugas kemudian membawa ping locater untuk menangkap sinyal 'beep' dari kotak hitam tersebut.
Alat yang ditemukan David Warren, seperti dikutip dari laman The Guardian pada, Kamis, 1 November 2018, ilmuwan penerbangan asal Australia, pada dekade 1950-an ini sebetulnya memiliki warna oranye ini memuat dua alat canggih, yakni flight data recorder (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR). FDR merekam suara-suara terkait dengan operasional penerbangan pesawat.
Baca juga: Black Box Lion Air Ditemukan, KNKT: Harus Ada 2 Kotak Hitam
Aturan penerbangan internasional mengharuskan FDR merekam berbagai indikator teknis, seperti waktu, ketinggian, kecepatan, arah, kondisi pesawat, kecepatan udara, akselarasi vertikal, tajuk magnet, posisi roda, stabilisator horisontal, aliran bahan bakar, dan indikator lainnya yang dapat membantu investigasi.
Sedangkan CVR berada di cockpit, tepatnya berada di fligh -data acquisition unit (FDAU). Data yang terekam di dalam ini adalah suara mesin, peringatan, pembicaraan pilot dan berbagai suara yang ada di cockpit lainnya. Parameter kecepatan pesawat dan kegagalan sistem cockpit bisa terekam di sini. Setidaknya ada empa mikrofon yang tersambung dengan CVR yang terletak di headset pilot dan co-pilot, anggota pilot ketiga, dan di tengah cockpit.
Baik CVR maupun FDR merekam menggunakan sistem loop. FDR bisa merekam 25 jam data penerbangan dan CVR bisa merekam dua jam percakapan di cockpit. Sebelumnya, suara percakapan di cockpit hanya mampu terekam selama 30 menit. Karena dirancang khusus untuk pemasalahan teknis, FDR tersambung dengan kabel sensor di seluruh badan pesawat. Karena itulah black box mampu merekam semua kondisi pesawat.
Baca juga: Apa Saja Data yang Direkam Black Box Pesawat? Berikut Daftarnya
Black box adalah satu-satunya benda yang dapat bertahan dalam kecelakaan pesawat. Itu karena black box atau crash-survivable memory units (CSMUs) yang memuat FDR dan CVR itu menggunakan tiga lapis material titanium dan baja anti-karat yang mampu bertahan dari panas yang ekstrem dan tekanan.
Black box juga dilengkapi dengan underwater locator beacon (ULC) yang mengirimkan sinyal otomatis selama 30 hari sejak pesawat mengalami kecelakaan. Sinyal ini berupa gelombang ultrasonik yang bisa dikenali sonar.
Sebelum dimasukkan di pesawat, black box menjalani uji tes terlebih dahulu. Tes tersebut berupa benturan, ketahanan dari tertimpa material berat, tes api hingga suhu 1.100 derajat Celsius, ketahanan tekanan air laut dalam, dan berbagai jenis cairan kimia berbahaya.
Setelah ditemukan biasanya black box akan mendapatkan penanganan khusus agar tidak ada kerusakan lebih lanjut. Sesampainya di laboratorium, semua data akan diunduh oleh para investigator yang terdiri dari tim produsen pesawat, komite negara, dan spesilis bahasa. Dari proses mengunduh hingga bisa diterjemahkan sebagai data matang biasanya memakan waktu mingguan hingga bulanan.
Baca juga: Black Box Lion Air JT 610 Ditemukan Berkat ROV BPPT
Sayangnya, tidak seperti smartphone, black box hanya bisa mengirimkan sinyal darurat satu arah. Artinya, perangkat ini tidak mampu memberikan lokasi detail setelah mengirimkan sinyal lanjutan. Karena itu, Boeing telah mengusulkan supaya black box juga dilengkapi sistem informasi tambahan, seperti lokasi pesawat.
Baca juga: Black Box Lion Air JT 610 Ditemukan, Berikut 3 Fakta Kotak Hitam
Simak kabar terbaru dari pencarian black box Lion Air JT 610 hanya di kanal Tekno Tempo.co.
THE GUARDIAN | HOWSTUFFWORKS.COM