TEMPO.CO, BANDUNG - Peningkatan curah hujan membuat daerah Pangandaran, Jawa Barat, terkepung banjir dan longsor. Sebanyak 13 desa dan sebuah perumahan serta akses jalan tergenang, pun longsor di beberapa titik.
Baca: BMKG Peringatkan 9 Daerah Jabar Berpotensi Hujan Angin dan Petir
"Penyebabnya tiga sungai meluap dari hulunya," kata Nana Ruhena, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Pangandaran.
Menurutnya, ada tiga sungai, yaitu Cikidang, Cijulang, dan Cimerak, yang meluap. Kejadian itu pasca hujan lebat sejak Senin malam hingga Selasa kemarin. Catatan curah hujan dari laporan instansinya mencapai kisaran 20 milimeter per hari di Pangandaran.
Wilayah terdampak banjir meliputi Dusun Karangnangka, Desa Cintaratu, Desa Parigi, Dusun Cijoho, Desa Bojong, Dusun Patrol, Desa Cibenda, di Kecamatan Parigi. Kemudian Dusun Pompet
dan Desa Margacinta di Kecamatan Cijulang.
Banjir juga melanda Dusun Cimanggu, Desa Cinerus, Perum Estetika, dan Desa Cikangkung di Kecamatan Sidamulih, serta Desa Babakan di Kecamatan Pangandaran.
Menurut informasi petugas, ketinggian banjir berkisar 30 - 150 sentimeter. Ketinggian maksimal itu, ujar Nana, bukan di daerah pemukiman melainkan di jalan yang berkontur rendah. "Akibatnya sempat memutus jalur beberapa jam, mobil distop," katanya, Selasa petang, 5 November 2018.
Longsor juga menutup jalan desa. Upaya pemulihannya dilakukan petugas dan relawan serta bantuan alat berat yang dilanjutkan Rabu ini. Menurut Nana, lokasi banjir dan kejadiannya bukan hal yang baru. "Lokasi di titik-titik pinggir sungai dan sudah biasa banjir," katanya.
Biasanya dalam kurun 5-6 jam banjir surut, tapi bisa naik lagi jika hujan dengan intensitas tinggi kembali terjadi. "Warga tidak ada yang mengungsi, perahu karet dikerahkan untuk mengangkut anak sekolah," ujarnya.
Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) meminta masyarakat untuk mewaspadai peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia per 5-9 November 2018. Curah hujan di wilayah Sumatera, Kalimantan, Papua, hingga saat ini masih tinggi. Di Jawa, potensi hujan lebat dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R. Prabowo lewat siaran pers yang diterima menyebut beberapa faktor peningkatan curah hujan di Indonesia hingga tiga hari ke depan.
Sebab pertama yaitu melemahnya aktivitas aliran massa udara kering dari Australia. Kemudian terbentuknya area pertemuan angin di wilayah Jawa. Faktor ketiga, masih adanya pola sirkulasi siklonik di sekitar wilayah Perairan Barat Sumatera, Kalimantan dan Perairan Kepulauan Natuna.
Faktor ini membuat curah hujan di wilayah Sumatera dan Kalimantan hingga saat ini masih tinggi intensitasnya. "Hujan yang memiliki kisaran lebih dari 20 milimeter per hari masih berada di wilayah Sumatera, Kalimantan serta Papua," katanya Senin, 5 November 2018.
Mulyono juga mengatakan, dalam tiga hari ke depan konsentrasi curah hujan meluas ke wilayah Jawa. Penyebabnya adalah perlambatan dan area pertemuan angin yang memanjang dari Jawa bagian timur hingga barat sehingga meningkatkan kelembapan udara di wilayah Jawa.
"Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang di sekitar wilayah Indonesia dalam periode beberapa hari ke depan," katanya.