TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan keamanan siber Kaspersky Lab menerbitkan laporan yang menunjukkan bahwa pembayaran online dapat menjadi target peretasan dan bisa menyebabkan risiko data keuangan tercuri.
Baca: Finnet Buka Layanan Pembayaran Online
"Akhir tahun dan musim liburan adalah saat yang paling menyenangkan ketika orang-orang membeli hadiah untuk keluarga dan teman-teman mereka. Tapi orang-orang juga tidak ingin kehilangan uang melalui transaksi tidak aman atau penipuan online," ujar Kepala Pemasaran Produk Konsumen Kaspersky Lab Marina Titova, akhir pekan lalu.
Dalam laporan Kaspersky Lab yang berjudul 'From festive fun to password panic: Managing money online this Christmas', belanja online adalah salah satu kegiatan paling populer di internet, setelah e-mail tentunya. Sementara, 93 persen orang sadar akan ancaman siber finansial, dan 32 persen mengalami ancaman data finansial jatuh ke tangan yang salah.
Kenyamanan belanja online memang menggiurkan, tapi beberapa orang masih khawatir tentang seberapa aman pembayaran online mereka. Dari 32 persen yang memiliki risiko berbahaya akan data keuangannya, survei mengungkapkan bahwa sekitar 26 persen dari mereka tidak pernah mendapatkan uang mereka kembali.
"Kita harus sangat memperhatikan data keuangan dan pembayaran online kita. Berhati-hati dan hindarilah memasukkan kredensial kartu bank Anda di situs web yang tidak dipercaya, atau melakukan pembayaran dari perangkat yang tidak aman," kata Titova.
Beberapa faktor yang berpotensi membahayakan keuangan adalah kesulitan dalam mengontrol data pembayaran, setelah menggunakannya di berbagai platform e-commerce dan variasi metode pembayaran yang tersedia. Lebih dari separuh atau 54 persen paling khawatir tentang data finansial mereka dapat diakses oleh para pelaku kejahatan siber.
Sementara sepertiga atau 36 persen responden lupa atau tidak mencoba mengingat situs web dan aplikasi tempat mereka membagikan rincian keuangannya. Karena konsumen mencoba memastikan kredensial pembayaran mudah ditemukan dan diingat, satu dari lima atau 20 persen lebih suka menyimpannya di perangkat.
"Namun, jika perangkat hilang atau dicuri, pengguna berisiko tidak hanya kehilangan data pribadi, tapi juga uang mereka, karena seseorang dapat mengakses akun bank pengguna jika menemukan data terkait di catatan dalam ponsel pintar mereka," tutur Titova.
Banyaknya metode pembayaran online memberi kebebasan untuk memilih cara favorit mereka dalam membeli barang atau jasa. Metode yang paling disukai adalah kartu debit dan kartu kredit, transfer langsung dari rekening bank dan e-wallet, misalnya PayPal.