2. Letusan disebabkan subduksi lempeng teknonik Indo-Australia
Aktivitas vulkanik disebabkan oleh subduksi lempeng tektonik Indo-Australia ketika bergerak ke utara menuju daratan Asia. Kepulauan vulkanik itu memiliki lebar sekitar 3 mil (setara 4,8 kilometer) dan panjang 5,5 mil (setara 8,8 kilometer).
Sebelum letusan yang bersejarah itu, Gunung itu memiliki tiga puncak gunung berapi yang terhubung: Perboewatan, yang paling utara dan paling aktif; Danan di tengah; dan yang terbesar, Rakata, membentuk di ujung selatan pulau. Krakatau dan dua pulau terdekat, Lang dan Verlatan, adalah sisa-sisa letusan besar sebelumnya yang meninggalkan kaldera bawah laut di antaranya.
3. Letusan memiliki kekuatan ledakan 200 megaton TNT
Letusan Gunung Krakatau telah diberi peringkat 6 oleh Volcanic Explosion Index (VEI) dan diperkirakan memiliki kekuatan ledakan 200 megaton TNT. Sebagai perbandingan, bom yang menghancurkan Hiroshima memiliki kekuatan 20 kiloton, artinya Gunung Krakatau hampir sepuluh ribu kali lebih ledakannya.
Letusan Krakatau juga diklaim memiliki sepuluh kali lebih eksplosif daripada ledakan Gunung St. Helens di Amerika pada 1980, tingkat 5 dalam VEI. Suara letusannya terdengar sampai 4.500 kilometer dari pusat letusan, bahkan dapat didengar oleh seper-delapan penduduk bumi saat itu.
Letusan berawal pada pukul 12.53 WIB, Ahad, 26 Agustus 1883. Ledakan awal letusan mengirim awan gas dan puing-puing sekitar 24 kilometer di udara di atas Perboewatan. Keesokan harinya, 27 Agustus 1883, terjadi empat ledakan dahsyat, terdengar hingga Perth, Australia, dan menjatuhkan Perboewatan dan Danan ke kaldera di bawah laut.
Ledakan awal memecahkan ruang magma dan memungkinkan air laut untuk bercampur dengan lava panas, yang dikenal sebagai peristiwa phreatomagmatic. Peristiwa itu membuat air mendidih, menciptakan bantalan uap super panas yang membawa aliran piroklastik hingga 25 mil (setara 40 kilometer) pada kecepatan lebih dari 100 kilometer per jam.