TEMPO.CO, Jakarta - Kabar berhentinya layanan Qlapa sebagai marketplace yang mewadahi karya para perajin Indonesia menuai beragam reaksi dari warganet, termasuk Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf. Bahkan Triawan berjanji mencarikan solusi.
Qlapa, Marketplace Wadah Perajin Indonesia Tutup
Dalam kolom komentar unggahan akun Instagram resmi Bisnis, @bisniscom misalnya, banyak warganet mengaku sedih dan menyayangkan kalau marketplace buatan startup lokal ini harus gulung tikar.
Di antara berbagai komentar tersebut, ada satu pengguna dengan akun bernama @cakphi yang turut menyayangkan hal itu. Dia sekaligus meminta Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) untuk meneruskan apa yang dilakukan Qlapa demi menyelamatkan ekosistem yang terlanjur terbentuk.
@cakphi: “Wah..sayang banget.. mgkn @bekrafid bisa takeover dan nerusin @triawanmunaf sayang banget kalau sampe tutup karena community nya dah kebentuk dan jalan.”
Komentar tersebut langsung mendapat respons dari Kepala BekrafTriawan Munaf. Pria yang juga mantan musisi ini mengaku tengah mencari solusi untuk mengatasi hal tersebut.
@triawanmunaf “@cakphi Sedang dicari solusinya.”
Tapi tidak dijelaskan solusi apa yang akan ditawarkan pada Qlapa.
Di media sosial resmi milik Qlapa pun tak kalah ramainya. Warganet membanjiri akun Instagram @qlapa dengan ucapan terima kasih serta mengekspresikan kesedihan mereka karena tak dapat lagi berbelanja melalui Qlapa.
Per awal Maret 2019, Qlapa memang membuat pernyataan resmi melalui situs dan akun akun media sosial resminya bahwa mereka telah menghentikan layanan marketplace-nya mulai tahun 2019 ini karena dianggap sebagai bisnis tak berkelanjutan dan tak menguntungkan.
Startup besutan Benny Fajarai dan Fransiskus Xaverius ini pertama kali terbentuk pada 2015 silam. Qlapa dikenal sebagai marketplkace kerajinan asli Indonesia yang menjual berbagai produk pengrajin lokal seperti kreasi batik dan tenun, tas dan sepatu kulit, perhiasan, dan dekorasi rumah.