TEMPO.CO, Jakarta - Pakar nuklir dari Inggis Staffan Qvist menjelaskan bahwa nuklir merupakan komponen penting solusi perubahan iklim. Qvist melakukan kajian terhadap sistem keselamatan Thorium Molten Salt Reactor (TMSR500) yang rencananya akan dibangun oleh perusahaan perancang reaktor ThorCon, yaitu startup Thorcon, di Indonesia.
Baca: Bocah 12 Tahun Ini Bikin Reaktor Fusi Nuklir di Rumahnya
"Tak dapat disangkal jika kita semua peduli lingkungan, maka nuklir akan menjadi bagian dari masa depan peradaban manusia. Karena memiliki densiti energi yang besar, sehingga membutuhkan lahan yang kecil dan satu-satunya sumber listrik nirkarbon yang memiliki tingkat keandalan tinggi dibanding yang lainnya," ujar Qvist kepada Tempo, di kantor Thorcon Indonesia, Jakarta, Selasa, 5 Maret 2019.
Qvist juga diundang oleh Balitbang ESDM dalam rangka kajian tersebut. Menurut Qvist, negara yang terbukti berhasil menurunkan emisi adalah Swedia dan Prancis yang memanfaatkan nuklir dan hydro.
"Tidak mencontoh Jerman, yang dengan menutup pembangkit listrik tenaga nuklir justru menaikkan emisi," kata Qvist. "Dan juga menaikkan tarif, sehingga Jerman memiliki tarif listrik tertinggi di Eropa."
Menurut Qvist, energi terbarukan itu baik, tapi tidak dapat dengan sendirinya memberikan kekuatan, sebagian karena intermiten dan sebagian karena terlalu lambat untuk dibangun, seperti yang ditunjukkan oleh pengalaman Jerman. Sebaliknya, tenaga nuklir sangat terkonsentrasi sehingga dapat meningkat dengan sangat cepat.
Qvist yang pernah melakukan penelitian di Universitas California memastikan dengan desain Thorcon, kejadian seperti Fukushima atau bahkan yang lebih parah, tidak akan berdampak kebocoran atau ledakan. "Sehingga dapat dikatakan desain Thorcon memiliki tingkat keselamatan yang cukup tinggi," ujarnya.
Selain menjadi solusi perubahan iklim, Qvist menambahkan, nuklir juga lebih hemat dibandingkan energi lainnya. Contoh pengendalian biaya yang baik dilakukan Korea Selatan dengan membangun desain yang sama berulang kali, dan beberapa reaktor di setiap lokasi.
"Dukungan pemerintah yang kuat, dan tidak ada perubahan desain atau peraturan di tengah konstruksi. Korea Selatan dapat membangun reaktor sekitar seperenam dari apa yang dilakukan Amerika saat ini. Ke depan, membangun reaktor secara terpusat di galangan kapal atau pabrik dapat menurunkan biaya," kata Qvist.
Simak artikel lainnya tentang nuklir di kanal tekno tempo.co.