TEMPO.CO, Jakarta - Huawei dikabarkan sudah menyiapkan komponen penting smartphone untuk setahun ke depan, sehingga boikot yang dilakukan produsen chip dan proseseor seperti Intel, Qualcomm dan Broadcom tidak terlalu berdampak pada produksi mereka.
Baca juga: Perang Dagang AS-Cina Merembet ke Google Vs Huawei, Ini Dampaknya
Sebuah laporan ekslusif yang dilansir Nikkei Asian Review, 17 Mei 2019, mengungkapkan Huawei telah memberi tahu pemasok globalnya enam bulan lalu bahwa mereka ingin membangun persediaan komponen-komponen penting yang akan bertahan hingga satu tahun. Hal ini dilakukan sebagai persiapan Huawei menghadapi ketidakpastian perang dagang AS dan Cina.
Jika secara produksi Huawei bisa mengatasi boikot AS ini, tidak demikian dengan pasokan OS. Keputusan Google untuk menghentikan kerja sama bisnis membuat Huawei tidak bisa menggunakan OS Android seperti selama ini mereka lakukan.
"Huawei hanya akan dapat menggunakan Android versi publik dan tidak akan bisa mendapatkan akses ke aplikasi dan layanan eksklusif dari Google," kata sumber Reuters di Google, Minggu, 19 Mei 2019.
Sebuah pukulan bagi Perusahaan teknologi Cina setelah Pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump telah memasukkan Huawei dalam "daftar hitam" (blacklist) di seluruh dunia.
Langkah tersebut dapat membuat bisnis ponsel Huawei goyah di luar Cina karena raksasa teknologi itu akan segera kehilangan akses ke pembaruan sistem operasi Google Android. Versi ponsel pintar Android Huawei berikutnya juga akan kehilangan akses ke layanan populer termasuk Google Play Store dan aplikasi Gmail dan YouTube.
Huawei bisa menggunakan versi sistem operasi Android yang tersedia melalui lisensi "open source" yang dikenal sebagai Android Open Source Project (AOSP). Aplikasi itu tersedia secara gratis bagi siapa saja yang ingin menggunakannya. Karena gratisan, tentu saja OS ini tidak selengkap yang lisensi.
ANTARA | GIZMOCHINA